Showing posts with label Explore Jakarta. Show all posts
Showing posts with label Explore Jakarta. Show all posts

Sunday, 29 March 2020

Melihat Kota Tua Jakarta di Malam Hari


Selepas acara pertemuan di salah satu hotel di Jakarta, saya bareng temen balik ke kamar. Kegiatan yang kami ikuti dari pagi hingga sore mengundang rasa lelah dan ngantuk. Enaknya sampai di kamar, langsung mandi dan beristirahat. Tiduran sambil nonton tv. Menunggu mata terpejam di bawah pendingin udara yang aduhai sejuknya. Benar-benar dibuat ngantuk. Akhirnya saya pun tertidur pulas. Sedangkan teman sekamar sedang asyik video call bareng anak istri di Pulau Lombok sana.

Gak terlalu lama tertidur, saya pun terbangun. Rasa lelah sudah hilang entah kemana. Badan segar kembali meskipun tidurnya gak terlalu lama. Melihat ke luar jendela kamar, langit sudah mulai gelap dan terlihat lampu-lampu gedung tinggi yang berkilauan. Inilah pemandangan ibukota Jakarta pada malam hari. Saya dan teman memutuskan untuk shalat magrib terlebih dahulu. Setelah itu makan malam di resto hotel yang sudah disiapkan oleh panitia acara. 

Selesai makan, iseng-iseng liat jam tangan. Ternyata masih jam delapan malam. Tanya teman sekamar kita mau kemana. Dia ngikut saya katanya. Buka google maps di handphone. Lihat lokasi terdekat yang bisa kami kunjungi. Akhirnya saya memutuskan untuk ke Kota Tua Jakarta. Lokasinya gak jauh dari hotel tempat kami menginap. 

Ini pertama kalinya saya ke Kota Tua Jakarta semenjak Belanda menjajah Indonesia. Di tahun 2020 saya menulis sejarah pertama kali menginjakkan kaki di salah satu tempat bersejarah di Ibukota Jakarta. Senang rasanya berkesempatan melihat suasana di Kota Tua Jakarta pada malam hari. Ada yang bilang asyiknya ke Kota Tua Jakarta itu pada sore hari. Bisa foto-fotoan dan gak gelap. Mungkin bagi beberapa orang mungkin asyik kali ya. Tapi menurut saya mau sore atau malam hari, sama saja. Terpenting datang kesini, hehehe. 

Oke, kita mulai saja ceritanya !






Kami berdua memutuskan untuk berjalan kaki menuju Kota Tua Jakarta. Jaraknya gak begitu jauh dari hotel. Setelah dihitung, waktu tempuh kami berjalan kaki memakan waktu lima belas menit saja. Hitung-hitung nyari keringet, sudah lama juga gak jalan kaki menyusuri indahnya cahaya lampu ibukota di malam hari.

Sepanjang jalan, saya melihat banyak bangunan tua yang masih dipertahankan. Deretan pertokoan tua juga terlihat masih kokoh. Ini mengingatkan saya di kampung halaman, tepatnya di Kota Tua Ampenan, Lombok. Bangunannya sama persis dan mirip. Bergaya eropa dengan cat bangunan berwarna putih.

Melewati Gedung Museum Bank Indonesia. Ingin masuk tapi sayangnya sudah tutup. Lain kali saja datang kesini lagi buat belajar sejarah. Para pedagang asesoris, lukisan, pakaian dan minuman banyak berjejeran di sepanjang jalan. Sepertinya sudah memasuki kawasan Kota Tua Jakarta. Kami melihat ada loket yang tutup. Apa masuk ke Kota Tua Jakarta bayar ya ?. Tapi malam itu kami masuk gitu saja, gak ada petugas yang menghampiri kami.




Cerita dari temen saya yang asli orang Jakarta, Kota Tua Jakarta di masa lalu bukanlah kota tua yang sama seperti yang sekarang. Sejarah Kota Tua Jakarta dulunya merupakan markas dari Perusahaan India Timur Belanda atau dikenal dengan sebutan Dutch East India Company. 

Dari beberapa referensi yang sudah saya baca, ternyata Belanda memulai monopoli perdagangan rempah antar benua pada tahun 1602. Sudah lama juga ya. Oleh sebab itu, untuk menjamin kelangsungan dan kelancaran perdagangannya, Belanda mendirikan Perusahaan India Timur Belanda sebagai agen kolonial resmi. Gak heran Kota Tua Jakarta lokasinya sangat dekat dengan pantai dan pelabuhan yang berada di pesisir utara Ibukota Jakarta. Pelabuhan tersebut bernama Pelabuhan Sunda Kelapa. Di Jaman Belanda atau VOC Pelabuhan ini sangat ramai sekali dan menjadi pintu masuk perdagangan di Batavia (Jakarta).

Lanjut ceritanya !

Perusahaan India Timur Belanda ini dikenal sangat kuat. Mereka di support keuangan yang sangat besar, kekuatan hukum untuk berperang, menegakkan yurisprudensi sendiri dan menciptakan pemukiman di luar negeri. Jadi jangan heran, kita banyak menemukan gedung-gedung perkantoran bergaya Eropa klasik di Kota Tua Jakarta. Sebagai contoh, gedung Museum Fatahillah, Museum Bank Indonesia, Museum Wayang dan Kantor Pos Indonesia. 

Berdirinya Perusahaan India Timur Belanda di Kota Tua Jakarta atau dulunya bernama Old Batavia, kota ini secara gak langsung menjadi pusat ibukota saat itu. Lokasinya pun sangat strategis dan menjadi rebutan pada masa itu. 

Untuk menuju Kota Tua Jakarta, kita bisa menggunakan kereta reguler atau KRL dan turunnya di Stasiun Jakarta Kota. Stasiun ini sangat dekat dengan Kota Tua Jakarta. Bentuk bangunan stasiunnya saja gak terlalu jauh dengan gaya bangunan di Kota Tua Jakarta. Selain itu kalian bisa menggunakan alat transportasi lainnya seperti TransJakarta jurusan Kota Tua Jakarta atau Stasiun Jakarta Kota. Begitulah sedikit sejarah dari Kota Tua Jakarta yang saya cari dari artikel-artikel sumber terpercaya.







Gak terasa berjalan kaki, kami sudah berada di tengah-tengah kawasan Kota Tua Jakarta. Deretan resto yang bergaya klasik yang menjual aneka kuliner dari China, Eropa bahkan Betawi. Nama restonya pun beraneka ragam dan klasik. Saya merasakan memasuki dunia jaman dulu. Melihat bangunan bergaya campuran Eropa dan Betawi. Lampu-lampu penerang yang menambah kesan klasik.

Saya mengalihkan pandangan ke salah satu cafe yang bernama Batavia Cafe. Cafe yang paling besar dan ramai di Kota Tua Jakarta. Pengen masuk sih tapi perut masih kenyang. Lagi ngirit juga sih, hahaha. Ini beneran ngirit atau sudah kenyang yaak ?, tanyakan saja pada dompet yang berbisu. 

Di sepanjang jalan setapak Kota Tua Jakarta juga banyak para penjual jasa foto. Gak hanya sekedar menjual jasa foto saja, tapi kita bisa foto bareng dengan para model. Modelnya manis-manis lhoo. Berpakaian gaun cantik, mirip seperti none-none Belande (aksen Betawi). Itu beneran none-none kan, bukan KW ?. Selain model none-none, ada juga model berpakaian tentara dan masih banyak lainnya.

Paling asyik kalau malam datang kesini yaitu duduk manis sambil makan gorengan atau kacang rebus di depan Museum Fatahillah dan Kantor Pos Indonesia. Disini ramai sekali orang yang berkumpul.  Mendengar alunan musik keroncong atau suara biola dari para musisi jalanan. Tempatnya sangat luas, seluas lapangan sepakbola kali ya. Tempatnya bersih dan kita bisa duduk bersila di atas paping blok.  Asyiknya lagi bawa pasangan kalian. Bawa istri, gebetan atau pacar. Kalau bawa selingkuhan gak boleh ya, nanti kalian terciduk.

Duduk bersila sambil makan kacang rebus. Memandangi cahaya lampu dari bangunan di Kota Tua Jakarta dan kelap-kelip bintang di langit. Untungnya saat datang kesana, cuaca lagi bersahabat. Padahal bukan malam minggu, tapi para pengunjung yang datang sangat ramai sekali. Mau berama lama pun nongkrong disini, waktu pun gak terasa berjalan.

Yang saya suka dari tempat wisata ini yaitu tertata rapi dan gak ada sampah yang berserakan. Di media sosial banyak yang memberitakan kalau Jakarta itu banyak sampah dan langganan banjir. Setelah saya datang kesini, agak heran sih. Kok tempat wisata ini sangat bersih sekali. Para pengunjung juga tertib, banyak saya lihat tempat-tempat sampah yang disediakan. 

Melihat lokasi pasar malamnya juga tertata rapi. Gak asal dirikan tenda lapak mereka. Sudah sangat tertib menurut saya. Kurang tau juga di tahun sebelum-sebelumnya. Salut sama pemerintah daerah disini yang sangat peduli dengan tempat-tempat bersejarah di Jakarta. Apalagi liat tempat nongkrong di sepanjang sungainya, keren habis. Meskipun air sungainya lumayan beraroma gak sedap, tapi melihat kondisinya saat ini, sudah tertata dengan baik. Sangat instagramable banget untuk berfoto disini.

Untuk oleh-oleh, bisa menemukan berbagai macam buah tangan yang bisa dibawa pulang. Seperti berbagai macam baju kaos bertuliskan Kota Tua Jakarta, gantungan kunci, lukisan yang bisa direquest dan masih banyak lainnya. Harga barang dagangan disini juga murah-murah lhoo. Saya berhasil membelikan baju daster buat istri seharga 100 ribu dapat 3 daster. Cukup murah bukan.

So, sangat rekomended buat kalian yang sedang berada di Jakarta. Bingung nyari tempat nongkrong di malam hari. Bisa memilih datang ke Kota Tua Jakarta. Menurut informasi, pada malam-malam tertentu di tempat ini biasanya diadakan sebuah pertunjukkan seni budaya. Keren kan. Jadi pengen datang pas tahun baru. Pasti disini sangat ramai sekali dan bisa melihat pesta kembang api dari Kota Tua Jakarta. 

Semoga Jakarta dan daerah lainnya kembali pulih dari musibah yang sedang melanda kita "Covid-19". Semoga kita semua diberikan kesehatan dan kesabaran dalam menghadapi ujian berat ini. Amin. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Tuesday, 24 December 2019

Mengenang Kembali Nostalgia di Blok M : M Bloc Space


Pas banget nih sudah memasuki musim liburan. Anak sekolah sudah bagi raport. Btw, Gimana hasil raportnya, bagus apa menurun?. Ditambah musim libur Natal dan Tahun Baru. Bakalan ramai para wisatawan terutama yang domestik datang berlibur ke berbagai destinasi yang ada di Indonesia. Ada tempat yang sedang ngehits yang bakalan kalian kunjungi dalam rangka liburan bareng keluarga dan sahabat tercinta. Apa dan dimana itu ?. Yuuk simak curhatan saya kali ini.

Cerita saya masih tentang ibukota Jakarta. Saat datang ke Jakarta untuk urusan kerjaan beberapa minggu yang lalu, saya gak mau buang-buang waktu hanya tiduran di kamar hotel saja. Rela memanfaatkan waktu istirahat untuk jalan-jalan ke kawasan Blok M. Tujuan utamanya sih nyariin oleh-oleh pakaian buat istri tercinta dan keluarga di rumah. 

Setelah sampai di hotel tempat acara pertemuan berlangsung, saya segera registrasi di meja panitia. Panitia memberikan kunci kamar kepada saya. Selanjutnya, saya menuju kamar dan segera berganti pakaian karena di hari itu gak ada agenda. Kebetulan acara pertemuannya dibuka keesokan harinya, Asyiik hari ini acaranya bebas. Oke, saya pun bersiap-siap ngebolang seorang diri. 

Keluar hotel sekitar jam lima sore, saya segera menuju Stasiun MRT yang berada di kawasan Senayan dengan berjalan kaki. Kebetulan lokasi hotelnya ada di kawasan Semanggi dan gak jauh dari Plaza Semanggi dan Stasiun MRT Senayan. Kurang lebih lima belas menit, saya sudah tiba di stasiun. Stasiunnya ada di bawah tanah dengan kedalaman sekitar dua puluh meter dari atas permukaan tanah.

Ini kali keduanya saya mencoba moda transportasi baru kebanggaan Jakarta setelah di tulisan sebelumnya saya pernah menulis perngalaman pertama saya menaiki MRT (bisa di cek sendiri). Tujuan utama tetap Blok M dengan menaiki MRT jalur Bundaran HI menuju Lebak Bulus. Membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit, saya sudah tiba di Stasiun Blok M BCA. Stasiunnya berada di atas jembatan layang dan kita harus menuruni anak tangga menuju Blok M Grosir maupun Blok M Plaza. 




Saya memutuskan menuju Blok M Grosir Square dulu untuk membeli beberapa kebutuhan istri dan saya sendiri. Katanya barang-barang disini cukup murah, sama seperti yang ada di Tanah Abang. Setelah yang dicari dapat semua, saya coba cek google maps. Pengen tau tempat-tempat menarik lainnya yang ada di seputaran Blok M. 

Setelah dibuka, ada tempat yang menjadi perhatian saya yaitu M Bloc Space. Keliatannya ini tempat baru dan belum pernah saya lihat di program tv manapun. Oke, berhubung lokasinya gak jauh dari posisi saya saat itu, akhirnya saya memutuskan jalan kesana. Masih dengan berjalan kaki. 

Lokasinya berada di bawah jembatan layang jalur MRT. Atau tepatnya berada di Jalan Panglima Polim no. 37 RT/RW 001/001, Kec.Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Buka dari jam 10 pagi sampai 10 malam waktu setempat.

Jadi hanya dua ratus meter ke arah timur dari Blok M Plaza dan Terminal Blok M. Jadi saran saya, kalau mau ke M Bloc Space lebih enak pakai transportasi umum seperti TransJakarta, Bus Umum atau MRT karena gak ada lahan parkir kendaraan kalian yang disediakan. Jadi kalau bawa kendaraan, bisa parkir di Blok M Plaza. 

Apa sih M Bloc Space ini ?

M Bloc Space merupakan sebuah kawasan perumahan milik Perum Peruri yang sudah dua puluh lima tahun terbengkalai. Terlihat bangunan tua yang dibangun puluhan tahun yang lalu. Menyulap rumah dinas perusahaan pabrik uang di jamannya dulu menjadikan suasana M Bloc Space menjadi klasik dan dipenuhi dengan deretan bangunan tua yang warna-warni. 

Berdiri di atas lahan seluas tujuh ribu meter persegi di kawasan Blok M, M Bloc Space diresmikan  pada tanggak 26 September 2019 lalu. Dimana M Bloc Space hadir atas kerjasama antara Perum Peruri dengan PT Ruang Milenial. Dengan menciptakan lahan mati menjadi ruang publik baru yang memiliki segudang kreasi anak muda jaman sekarang. 

Waaaww, masih baru berarti. Gak sia-sia emang datang kesini tanpa ada rencana sebelumnya. Disini ada beberapa gerai dan tenant yang bernuansa klasik juga. Apa saja, yuuk dilanjutkan membaca sampai habis !.







Untuk masuk ke M Bloc Space ini gratis lhoo guys. Hanya saja kalau ingin nongkrong dan jajan di beberapa gerainya sih bayar lah. Hari gene gak bayar ?.

Sore itu sangat ramai sekali oleh pengunjung yang sebagian besar berparas pribumi dan mandarin. Saya termasuk yang di tengah-tengahnya, mata sipit tapi kulit hitam (gak penting). Pentingnya, kali ini saya mencoba menyusuri setiap sudut dari bangunan tua ini. Penasaran juga, bangunan tua diubah menjadi tempat tongkrongan anak muda milenials tanpa menghilangkan kesan klasiknya. 

Mencoba menyusuri bagian belakang bangunan, disini terdapat area tempat pengunjung duduk santai. Disediakan ruang kosong untuk area berkumpul. Dilengkapi dengan tembok-tembok yang dipenuhi dengan berbagai macam mural yang sungguh kece. Disini saya bertemu dengan salah satu rombongan yang terdiri dari calon emak-emak milenials. Mereka berasal dari Jakarta Timur. 

Dari hasil obrolan kami, saya menanyakan pendapat mereka tentang tempat ini. Jawaban mereka sangat keren dan cocok dijadikan tujuan nongkrong jika datang ke Blok M. Gak hanya taunya nongkrong di dalam mall saja, tapi di M Bloc Space selain nongkrong, kita bisa foto-foto disini. Tempatnya instagramable banget. 

Disini juga ada sebuah resto yang bernama Oeang Restaurant, Bar and Roastery. Tapi antriannya guys, kalah-kalah kendaraan ngantri masuk tol. Restonya sih paling keren diantara gerai lainnya yang ada di M Bloc Space karena dia memiliki bangunan tersendiri. Ini menurut saya lhoo ya. Mungkin kalian yang sudah datang kesini, punya tempat favorit lainnya. Bisa koment di kolom komentar di bawah yaa !. 

Saya gak bisa masuk ke dalam restonya karena sudah over load. Mau nunggu, males kelamaan. So, next time saja lah, kalau datang ke Jakarta lagi sempatin masuk ke dalam restonya. Itu kalau gak ramai seperti sebelumnya, hahahaha. 





Semakin sore, pengunjung yang datang semakin membludak saja. Terlihat di sepanjang jalan M Bloc Space dipenuhi oleh pengunjung yang bersantai dengan keluarga, sahabat, gebetan atau mungkin saja dengan selingkuhannya, hahaha..peace. 

Hari sudah semakin gelap, saya memutuskan untuk kembali ke bagian depan. Disini terdapat sekitar dua puluh gerai yang menjual bermacam-macam produk. Ada satu gerai yang menjadi perhatian saya saat itu yaitu Cafe Jamu. Baru kali ini saya menemukan sebuah cafe yang menjual segala macam jamu. Ada jamu dari beras kencur, kunir asem, temulawak, rosella dan lainnya. Dijualnya ada yang per botol, saset dan ada yang bisa diminum disini sambil ngobrol bareng orang tercinta. 

Penampilan ruangannya asyik dan dipenuhi dengan segala macam informasi tentang ilmu perjamuan. Segala perabotan di dalam ruangan juga sangat klasik. Saat berada di dalam cafe ini, saya merasa beralih ke dimensi jaman jadoel. Konsepnya sangat keren dan membuat saya betah berlama-lama disini.






Selain cafe jamu, disini juga ada toko komic dan kaset jadoel. Komik-komik yang dijual merupakan komik yang ngehits di saat saya masih anak-anak bahkan belum saya lahir komik itu sudah muncul. Ada juga toko kaset yang isinya musik atau lagu-lagu lawas. Dari lagu Indonesia sampai lagu luar lengkap ada disini. Saat melihat salah satu kaset, saya mengerutkan dahi tanda bingung. Alasan pertama, karena hampir seluruh kaset seisi toko ini, gak ada saya kenal penyanyinya satu pun. Sudah jelas penyanyinya ada sebelum saya lahir. Bisa saja sebelum ortu lahir, musiknya sudah menggema di seluruh negeri.

Alasan kedua, karena saya bertemu lagi dengan kaset piring. Tau kan kaset piring yang diputar di sebuah alat kemudian dia berputar dan menghasilkan sebuah lagu. Bener-bener saya dibuat berpindah ke dimensi jaman doeloe, dimana orang belum mengenal namanya handphone, facebook, instagram apalagi tik tok kan. 

Melihat M Bloc Space seperti melihat kembali usaha kebangkitan Blok M yang dikenal sebagai kawasan populer para anak muda di tahun 80-an. Hanya saja dengan konsep dan gaya ala jaman now. Meskipun gak berbelanja, saya cukup puas berkeliling di kawasan M Bloc Space. Suatu saat akan balik kesini lagi bareng dengan istri dan anak nantinya. Amiin.

Sudah malam, perut sudah laper. Saatnya balik ke hotel untuk makan malam. Bagi kalian yang ada rencana ke Jakarta dan belum tau tentang M Bloc Space, yuuk buruan datang kesini keburu orang lain dari luar Indonesia yang datang kesini !.

Penulis : Lazwardy Perdana Putra