Saturday, 1 February 2025

Menjaga Lingkungan Agar Tidak Punah : Ekowisata Mangrove Tanjung Batu, Sekotong


Long weekends kali ini saya manfaatkan untuk bepergian ke beberapa destinasi wisata. Salah satunya hutan mangrove yang berada di wilayah Sekotong, Lombok Barat. 


Dimana seperti Kuta Mandalika, Gili Trawangan atau Desa Sembalun yang ramai dikunjungi ketika long weekends seperti akhir Januari tahun ini, saya dan anak istri malah perginya ke tempat yang gak begitu ramai. 


Alasannya, kami ingin mencari tempat yang menenangkan. Dan Sekotong menjadi lokasi yang cocok buat touring kami. 


Butuh satu sampai dua jam perjalanan karena membawa anak-anak menjadi pertimbangan kami. Cuaca yang gak menentu juga menjadi hal yang paling penting. 


Berangkat pagi sepertinya sangat ideal. Panasin mesin motor dan ngecek perlengkapan yang dibutuhkan selama perjalanan nanti. 


Sudah lama juga gak touring bareng keluarga. Terakhir kali Bulan Juli tahun lalu ketika kami touring ke Pulau Bali, tepatnya ke Bedugul, Kab.Tabanan, Bali.


Bisa baca juga disini : Touring ke Bedugul Bali


Bangun pagi, kondisi masih hujan lebat. Lihat jam dinding menunjukkan jam enam pagi. Anak-anak juga sudah bangun. Istri menyiapkan sarapan sebelum berangkat. 


Kita sarapan dulu sambil nunggu hujan reda. Syukurnya sekitar jam sembilan, hujan sudah mulai reda. Diskusi bareng istri, dan akhirnya kami memutuskan untuk jadi berangkat. 




Sekitar jam sembilan lebih, kami jalan dari rumah. Perjalanan sehabis hujan syahdu sekali. Aspal jalan masih basah. Pengendara motor juga masih mengenakan jas hujan di tubuhnya. Mobil-mobil pun masih basah kuyup. 


Langit ke arah barat, masih gelap. Tapi firasat saya hujan juga sudah berhenti disana. Positif thinking, yang penting kita jalan. Jas hujan anak-anak juga sudah dibawa di dalam jok motor. 


Dengan perasaan happy, kami bersemangat sampai di lokasi tanpa basah kuyup. Benar saja, ketika sudah dekat dengan Pelabuhan Lembar, aspal jalan sudah mengering dan matahari sudah terlihat samar-samar dari balik awan mendung. Gak ada gerimis dan tercium bau tanah menemani sepanjang jalan. Syahdu bener. 


Tempat yang menjadi tujuan kami yaitu Ekowisata Mangrove Tanjung Batu. Lokasinya di Desa Sekotong Tengah, Kab.Lombok Barat. Jalur menuju kesana bisa dua pilihan. Bisa lewat jalur Sekotong Atas atau jalur Sekotong Bawah. 


Baca disini juga : paket tour lombok


Dari Kota Mataram, kita ambil jalur menuju Pelabuhan Lembar. Sebelum pelabuhan, ada pertigaan dan kita belok kiri menuju Sekotong. Setelah itu bertemu pertigaan lagi. Jika lurus, melalui jalur Sekotong Atas. Sedangkan jika ambil kanan, menuju Pelabuhan Gili Mas dan bertemu lagi dengan jalur dari Sekotong Atas. 


Kalau boleh saran, apabila ingin cepat, bisa melalui jalur atas dengan jalan menanjak dan berliku. Bisa memangkas waktu lebih cepat dibandingkan jalur bawah. 


Tapi bila gak buru-buru dan ingin menikmati jalur pinggir Teluk Lembar, bisa melalui jalur bawah dengan memakan waktu lebih lama. Tinggal kalian pilih saja !.


Welcome Desa Sekotong Tengah !.


Ketika melewati gapura bertuliskan "Selamat Datang di Desa Sekotong Tengah", gak lama lagi sampai di tujuan kita. Setelah bertemu dengan pertigaan Alfamart, kami berbelok ke kanan menuju Mangrove Tanjung Batu. Sedangkan bila belok kiri, kita mengarah ke Desa Buwun Mas. 


Kurang lebih dua kilometer dari pertigaan, kami sampai di parkiran Mangrove Tanjung Batu. Lokasinya berada di tikungan yang cukup tajam. 


Buat yang pertama kali kesini, apabila bingung lokasinya. Kalian bisa melihat tebing bukit yang bertuliskan "Mangrove Sekotong Tengah". Itu tanda bahwa kalian sudah sampai di lokasi yang dimaksud. 


Berada di seberang jalan apabila dari jalur Kota Mataram. So, kita harus hati-hati untuk menyeberang karena kondisi jalan cukup ramai. 


Baca juga disini : paket tour lombok





Waktu menunjukkan jam sepuluh pagi. Kurang lebih satu jam perjalanan dari rumah dengan kecepatan normal. 


Area parkirnya cukup luas dan belum ada kendaraan selain kendaraan kami. Berarti pengunjung pertama pagi itu ya kami, hehehe. 


Setelah memarkirkan motor, kami segera berjalan menuju pintu masuk. Terlebih dahulu membayar tiket masuk sebesar 5 ribu rupiah untuk dewasa. Kalau anak-anak setengah harga. Total kami membayar 15 ribu untuk tiket masuk berempat. Cukup murah bukan.


Setelah membeli tiket, kami berjalan menyusuri jembatan kayu menuju ke dalam hutan mangrove. Ada beberapa ketentuan yang wajib kita ikuti. Salah satunya selama berada di area hutan mangrove, harus selalu menjaga kebersihan.


Dilarang melakukan hal-hal yang gak baik selama di dalam seperti merusak tanaman bakau, merusak fasilitas yang ada dan menjaga kenyamanan pengunjung lainnya. 


Melihat kondisi jembatan kayu, terlihat umurnya cukup lama. Sepertinya harus dilakukan pemeliharaan agar nyaman dan aman bagi pengunjung. 


Berjalan kaki lebih dalam lagi, akhirnya kami sampai juga di dalam hutan mangrovenya. Di sebelah kiri, terdapat gazebo untuk beristirahat. 






Tetapi kami melanjutkan berjalan kaki menyusuri hutan. Kiri-kanan melihat tanaman bakau yang sudah lama saya gak melihatnya. Anak-anak pun sangat antusias belajar tentang hutan mangrove dan pentingnya menjaga lingkungan. 


Kakak Ken dan Adeq Nala selalu bertanya, "Ini pohon apa ayah bunda ?". "Mana burung-burung, kok gak kelihatan?". Anak-anak sangat bersemangat ketika kami berada di dalam hutan. 


Kalimat yang saya baca di salah satu papan yang terdapat di sudut jembatan kayu yaitu Bakau adalah Masa Depan. Satu Pohon Satu Harapan. 


Pentingnya kita terus menjaga hutan bakau agar lingkungan kita tetap aman dari abrasi air laut yang setiap tahunnya terus meningkat. Dengan adanya hutan bakau yang menjaga bagian pesisir dari abrasi air laut agar terhindar dari banjir dan pasang air laut.


Apalagi negara kita, negara kepulauan dan penduduk kita sebagian besar tinggal di daerah pesisir, maka penting sekali keberadaan hutan bakau ini. 


Ekowisata Mangrove Tanjung Batu sudah empat tahun berjalan dibuka untuk umum. Pengunjung sudah banyak yang datang kesini. Saya dan anak istri, baru pertama kali kesini. Dari dulu sudah ada rencana explore mangrove ini tapi belum ada kesempatan dan waktu. 






Dari beberapa hutan mangrove yang pertama saya datangi, ini salah satu yang memiliki view cantik. Area mangrovenya cukup luas dengan jembatan kayu yang cukup panjang sekitar 200 meter. 


Ada beberapa fasilitas yang tersedia, antara lain; berugak atau gazebo, menara dengan ketinggian belasan meter, toilet, resto apung, bangunan homestay dan spot-spot foto yang keren. 


Sayangnya beberapa diantaranya perlu adanya pemeliharaan dan perbaikan seperti menara yang sudah gak ada tangganya. Jalur trekkingnya yang berupa jembatan kayu juga ada beberapa yang perlu diperbaiki. 


Ekowisata Mangrove Tanjung Batu, memiliki tanaman bakau yang cukup khas. Ukuran bakaunya cukup besar dengan akar yang sangat kokoh. Apalagi berada di daerah Teluk Lembar dengan keindahan yang gak perlu diragukan lagi akan keindahannya. 


Beberapa flora dan fauna lainnya juga hidup disini seperti aneka burung mangrove, kepiting dan hewan lainnya. Keindahan teluk dengan air berwarna biru kehijauan. Terlihat pemandangan perbukitan alam Sekotong dan dari kejauhan deretan kapal-kapal ferry yang sedang angkor di Teluk Lembar. 


Kurang lebih satu jam kami berada di dalam hutan mangrove. Melewati jembatan kayu, menara yang sudah gak ada tangganya menuju ke atas, berfoto di beberapa spot seperti patung kepiting, kupu-kupu, sarang burung dan masih banyak lainnya. 





Keluar hutan dan berjalan mengurusi jembatan kayu yang cukup panjang menjorok ke laut. Di ujung jembatan terdapat dua gazebo di sebelah kiri dan kanan. Kita bisa beristirahat sejenak sambil menikmati view yang ada. 


Angin laut cukup kencang saat itu. Arus laut pun lumayan deras. Langit kembali mendung. Tapi kami semua sangat menikmati moment saat itu. Sudah lama rasanya gak keluar ke alam lagi. Anak-anak pun sangat senang diajak kesini. 


Mereka bisa mengenal lingkungan. Sudah tau akan manfaat hutan mangrove. Melihat secara langsung tanaman mangrove seperti apa. Merasakan suasana saat berada di dalam hutan mangrove. Udara yang sangat segar jauh dari polusi udara. 






Kebersihan hutan juga cukup terjaga. Gak ada sampah plastik yang kami jumpai. Para petugas terlihat hilir mudik membersihkan beberapa tempat yang ada di dalam hutan. 


Semoga saja setahun dua tahun yang akan datang, Ekowisata Mangrove Tanjung Batu masih tetap terawat dan ramai dikunjungi oleh warga baik domestik maupun mancanegara. 


Lokasi Mangrove Tanjung Batu ini juga sangat strategis. Dekat dengan Gili Nanggu, Gili Kedis, Buwun Mas, Pantai Mekaki, Pantai Elak-Elak, Pelabuhan Gili Mas dan beberapa destinasi wisata lainnya di Lombok Barat bagian selatan. 


Siapa lagi yang akan menjaga lingkungan kita agar tetap lestari kalau bukan kita sendiri. 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra


0 comments:

Post a Comment