Bila motoran ke tempat jauh (solo touring) atau berdua bareng istri, mungkin biasa-biasa saja. Luar biasanya itu, nekat touring ke tempat jauh untuk pertama kalinya bawa anak-anak yang umurnya 2-4 tahun.
Saya dan istri sudah jauh-jauh hari berencana akan camping di salah satu tempat di Pulau Bali. Lokasinya berada di daerah Bedugul, Kab.Tabanan, Bali. So, harus nyeberang ke Pulau Bali dulu dari Pulau Lombok pakai kapal ferry.
Penginapan sudah dibooking dua minggu sebelum berangkat. Rencananya kami akan menginap selama tiga hari dua malam. Tapi seminggu sebelum berangkat, anak-anak tiba-tiba demam tinggi selama tiga hari.
Sempat dilema jadi berangkat atau ditunda beberapa hari kedepan. Masalahnya, surat cuti sudah ditandatangan pimpinan. Mau gak mau, cuti gak bisa diundur lagi.
Syukurnya selama tiga hari, kondisi anak-anak semakin membaik dengan pengobatan maksimal yang kami berikan. Menjelang dua hari keberangkatan, anak-anak sudah seratus persen pulih. Sudah ceria lagi dan siap jalan-jalan ke Bali.
Saya dan istri sudah buat keputusan untuk rescedule penginapannya. Yang tadinya berangkat Hari Rabu, jadi mundur sehari. Untungnya pihak penginapan baik hati dan kamar yang kami sewa aman untuk tiga hari kedepan alias gak bentrok dengan pengunjung lainnya.
Biar gak buru-buru saat di perjalanan, saya memesan tiket kapal ferry penyeberangan Lembar- Padangbai melalui aplikasi ferizy. Untuk memesan tiketnya gak sulit. Kita tinggal download aplikasinya di Play Store. Kemudian daftar akun, setelah menyelesaikan administrasi yang ada, barulah aplikasi bisa digunakan.
Untuk mencari jadwal kapalnya, kita tinggal pilih rute dari Lembar menuju Padangbai. Kemudian klik jam keberangkatan. Setelah muncul, barulah dipilih.
Saya memilih keberangkatan pagi yaitu kapal ferry jam sembilan pagi. Alasan memilih perjalanan pagi, agar bisa melihat pemandangan cantik nantinya sepanjang perjalanan. Estimasi sampai di penginapan, targetnya jam lima sore bila gak ada halangan.
Setelah itu, memilih jadwal keberangkatan dan lain-lainnya seperti jenis kendaraan dan nama penumpang untuk keperluan manivest. Ohya, sebagai catatan sementara ini pelayanan penyeberangan Lembar - Padangbai hanya dihitung kendaraannya ya. Jadi kalau bawa motor dengan empat orang seperti kami yang membawa dua anak, hanya dihitung motornya saja di tiket.
Setelah semua sudah terinput dengan benar, barulah membayar via rek.bank atau dompet digital sesuai yang ada di aplikasi. Sudah bayar, barulah e-tiket dikirim ke email yang sudah terdaftar di aplikasi. Nantinya e-tiket baru bisa ditukar dengan tiket fisik di loket penukaran tiket di pelabuhan. Cepat dan mudah bukan ?.
Bagi yang gak sempat beli tiket via aplikasi, kalian bisa membeli tiket di counter tiket yang berada di luar pelabuhan dengan harga yang gak relatif jauh berbeda. Terpenting jangan membeli tiket di calo ya, bisa-bisa kalian kena tipu. Sudah banyak kejadian yang pernah saya baca di medsos.
Hari H pun tiba, kami sudah mandi dan gosok gigi. Gak lupa sarapan nasi telur buatan istri. Anak-anak juga ikutan sarapan biar gak masuk angin di jalan.
Si Blue alias Nmax kesayangan juga sudah siap melintasi aspal Bali. Ban depan dan oli sudah diganti. Gak ada masalah dari motor. Barang bawaan juga cukup ditaruh di dalam jok motor. Semuanya aman terkendali.
Ini kali pertama kalinya nyeberang ke Bali lagi bawa motor semenjak Covid-19 melanda 2 tahun yang lalu. Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan biar lancar ibabah, bekerja dan berlibur. Amin
Tepat jam tujuh pagi, kami jalan dari rumah menuju pelabuhan. Kurang lebih lima belas menit dari rumah menuju Pelabuhan Lembar. Sesampainya di pelabuhan, suasana masih sepi kendaraan yang akan menyeberang.
Loket penukaran tiket saja belum buka. So, kita tunggu di depan loketnya. Ada beberapa penumpang juga yang bareng ikut nungguin loketnya buka.
Sekitar sepuluh menit menunggu, akhirnya loket dibuka. Saya pun membuka handphone buat tunjukin e-tiket. Prosesnya gak lama. Setelah discan, barulah tercetak tiket fisiknya.
Tiket fisik sudah ditangan, kami pun segera menuju dermaga 2 untuk masuk ke dalam kapal. Keliatannya sih bakalan sepi nih. Gak khawatir gak kebagian tempat duduk.
Ohya, kapal ferry yang kami naiki yaitu KMP Gemilang VIII dari PT. Trimitra Samudra - Semarang. Salah satu kapal legend di penyeberangan ini. Kurang lebih sudah lima belas tahunan melayani penyeberangan Lembar - Padangbai PP.
Wajah anak-anak sangat bahagia ketika motor berjalan memasuki lambung kapal. Kondisi cardeck masih lengang. Motor kami pun diarahkan parkir tepat di depan ramdor belakang kapal. Tandanya nanti ketika sampai di Pelabuhan Padangbai, motor kami yang pertama kali keluar dari kapal. Hahahaha.
Setelah turun dari motor, kami segera berjalan menaiki tangga menuju ruang penumpang. Tangganya agak terlihat sempit untuk ukuran badan saya. Mana gendong si kakak Ken lagi yang belum berani naik tangga sendiri. Sedangkan Adeq Nala tetap digendongan bundanya.
Setelah berada di lantai dua, suasana cukup ramai juga. Pagi itu kebanyakan penumpang pejalan kaki. Sempat kaget juga. Kami kiranya bakalan sepi, eh ternyata ramai.
Masuk ke dalam ruang penumpang yang hanya satu-satunya, ada beberapa kursi yang masih kosong. Sayangnya tempat duduk yang kami inginkan sudah diduduki oleh beberapa penumpang yang selonjoran dan tiduran. Agak jengkel sih liatnya. Harusnya mereka kasi tempat duduk buat penumpang lainnya. Jangan egois gitu !.
Syukurnya masih ada lima kursi kosong di area belakang, disanalah kami duduk. Ada juga para crew kapal yang menawarkan sewa kamar dan matras yang berada di bagian belakang ruang penumpang.
Berhubung bawa anak-anak, jadinya kami sewa matras satu saja buat selonjoran dan tidur anak-anak selama perlayaran nanti.
Ruang penumpangnya cukup adem dan nyaman. Ada tv-nya juga buat hiburan. Asyiknya lagi, kami diputarkan film-film terkini alias gak jadul seperti pengalaman saya naik kapal sebelumnya.
Buat yang belum sarapan atau lagi pengen ngemil gak perlu khawatir. Banyak sekali pedagang asongan yang menjajakan dagangannya di dalam kapal sebelum berangkat. Ada nasi bungkus, pop mie, kopi, jagung rebus, kacang rebus, pisang rebus, dan lain-lain. Pengamen juga ada yang siap menghibur kita sebelum berangkat. Siapin saja duit seribu rupiah atau lebih buat mereka.
Di atas kapal juga ada kantinnya bila kepepet laper atau ngemil. Soal harga sih agak mahal. Jadi kalau boleh saran, beli makanannya di luar kapal atau pedagang asongan saja yang relatif lebih murah.
Sekitar jam sembilan lewat lima belas menit, bel kapal pun berbunyi. Pertanda kapal akan segera berangkat. Seluruh pedagang disuruh turun dari kapal.
Saya pun tertarik untuk berjalan ke depan kapal melihat ramdor ditutup. Wah, moment ini yang selalu gak saya lewatkan ketika naik kapal. Melihat kesibukan para crew kapal yang bertugas di bagiannya masing-masing. Tali-tali kapal ditarik dan kapal pun berjalan menjauh meninggalkan dermaga.
Sampai jumpa lagi Lombok !.
KMP Gemilang VIII pun perlahan-lahan meninggalkan Pelabuhan Lembar dan bersiap berlayar mengarungi Selat Lombok. Sudah lama rasanya gak berlayar naik kapal ferry lagi. Rasa bahagia bisa ngetrip bareng keluarga, terutama bareng anak-anak.
View saat meninggalkan Pelabuhan Lembar sungguh cantik dan kece. Teluk Lembar atau biasa disebut Teluk Waru merupakan salah satu view tercantik yang dimiliki Pulau Lombok.
Deretan perbukitan hijau dan hutan mangrove pun terlihat dengan cantiknya. Air teluk yang tenang dan biru. Melewati Pelabuhan Gili Mas dan deretan kapal-kapal ferry yang sedang anchor atau istirahat menambah keindahan pemandangan di awal perjalanan kami bersama KMP Gemilang VIII.
Btw, KMP Gemilang VIII sendiri merupakan salah satu kapal ferry yang selama ini, ingin saya naiki. Ini pertama kalinya saya naik kapal yang memiliki panjang 69 meter dan lebar 13 meter (koreksi bila salah).
Memiliki bentuk seperti kapal perang yang terlihat panjang dengan livery polos dengan cat kapal warna putih dan biru. Fasilitas di dalamnya cukup lengkap. Ada ruang penumpang ber-AC, ruang supir, ruang menyusui, ruang medis, musholla, tempat wudhu, kamar mandi yang cukup bersih.
Tanda-tanda peringatan dan petunjuk sangat lengkap. Jadi kita gak perlu bingung untuk mencari toilet atau kamar mandi dimana. Ada juga larangan membuang sampah ke laut dan merokok di ruang penumpang. Kebersihan kapal juga saya rasa sudah oke.
Tempat-tempat bersantai sambil menikmati pelayaran di kapal ini juga ada. Ada di bagian belakang dan depan kapal, kita bisa melihat lumba-lumba yang sedang melompat dan berenang di sekitaran kapal. Tepat berada di belakang anjungan juga diperbolehkan naik untuk menikmati sunrise atau sunsite cantik dari Selat Lombok.
Alhamdulillah cuaca pagi menjelang siang tersebut cukup cerah. Hanya saja gelombang laut yang cukup besar. Untungnya anak-anak sangat nyaman dalam pelayaran pertama mereka. Terlihat dari mereka gak ada yang mabuk laut.
Kakak Kenzi asyik duduk bersandar sambil nonton film yang diputar, sedangkan Adeq Nala lagi tiduran bareng bundanya di matras bagian belakang. Saya dan istri pun sangat tenang dan nyaman dalam pelayaran kali ini.
Dua jam pelayaran, kapal oleng ke kanan dan ke kiri. Tapi ini olengnya masih batas wajar. Angin lautpun gak begitu kencang. Para penumpang lainnya pun sedang asyik beristirahat.
Ada juga beberapa penumpang yang duduk manis di pinggiran kapal sambil menikmati perjalanan. Moment-moment di atas kapal yang sudah lama saya rindukan, akhirnya terwujud lagi.
Posisi kapal sudah berada di antara perairan Nusa Penida dan Bali. Gelombang laut pun semakin besar. Tapi kapal yang kami naiki sangat nyaman. Ada beberapa penumpang yaitu ibu-ibu yang kelihatannya mabuk laut. Beliau hanya tiduran dengan kondisi lemas habis muntah.
Ada juga bapak-bapak dari semenjak kapal berangkat, gak putus-putus merokok di pinggiran kapal. Itu rokoknya sudah habis berapa batang ya?. Ah, kepo jadinya.
Di sisa pelayaran saat itu, saya dan lainnya habiskan untuk tidur sejenak. Anak-anak dan istri terlihat sudah tidur juga. Saya pun sempatin diri untuk terpejam sejenak sambil menjaga barang bawaan. Menurut radar di aplikasi, kapal diperkirakan sampai dua jam lagi. Masih banyak waktu buat tidur.
Sekitar jam satu siang, saya terbangun karena perut laper. Sudah waktunya makan siang nih. Tapi gak tega bangunkan Kakak Ken yang tertidur di pangkuan ayahnya. Tahan sebentar dulu. Siapa tau Kakak Ken sebentar lagi bangun.
Kapal sebentar lagi sampai di Pelabuhan Padangbai. Anak-anak akhirnya terbangun dari tidurnya. Istri juga ikutan bangun. Kami kemudian makan siang bareng. Ada nasi telur dan mie goreng. Ini menu favorit banget kalau sedang naik kapal, hehehe.
Setelah perut kenyang, kami pun bersantai sejenak di atas kapal yang sedang menunggu giliran bersandar di dermaga. Kami keluar sejenak menikmati pemandangan perbukitan Pulau Bali yang terlihat jelas. Puncak Gunung Agung dari kejauhan juga terlihat.
Cuaca di Bali siang itu cukup cerah. Semoga saja di perjalanan sampai di Bedugul nanti cuaca tetap cerah. Kebayang kan kalau hujan betapa ribetnya touring bareng anak-anak, hehehe.
Sekitar jam setengah dua siang, kapal pun bergerak menuju dermaga dua Pelabuhan Lembar. Kami bersiap-siap turun dari kapal menuju deck kendaraan. Karena motor kami berada di antrian paling depan buat keluar dari kapal, kami segera turun dan menunggu ramdor kapal diturunkan.
Kakak Ken dan Adeq Nala paling heboh dan bahagia banget. Mereka sudah gak sabar turun dari kapal.
Welcome Bali !.
Sudah lima tahun saya dan istri gak menginjakkan Bali. Kesini lagi eh, sudah bareng anak-anak. Terimakasi ya Allah SWT !.
Akhirnya kami sudah turun dari kapal. Saya keluar dari kapal bawa motor sendiri karena di parkiran gak mungkin naik semua karena jarak antar kendaraan sangat sempit.
Setelah keluar kapal, saya pun menunggu anak dan istri di depan dermaga yang berjalan ke luar dari kapal.
Over all, saya sangat suka dengan KMP Gemilang VIII. Meskipun kapal dengan usia gak muda lagi tapi bagi saya cukup nyaman. AC ruang penumpang cukup dingin. Bersih, wangi dan tenang. Anak-anak pun sangat nyaman sepanjang pelayaran dari Lombok ke Bali.
Kapalnya juga cukup cepat dengan kecepatan rata-rata 8 sampai 10 knot. Kurang lebih empat jam pelayaran dari Pelabuhan Lembar ke Pelabuhan Padangbai.
Suasana di Pelabuhan Padangbai, Bali siang itu cukup ramai oleh antrian kendaraan yang akan menyeberang ke Lombok.
Kami pun beristirahat sejenak di masjid depan pelabuhan untuk melaksanakan shalat dzuhur terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan ke Bedugul.
Mungkin sampai ini dulu cerita perjalanan kami ke Bali. Ditunggu kelanjutan cerita perjalanannya di tulisan berikutnya.
Bersambung ........
Penulis : Lazwardy Perdana Putra
jadi kangen perjalanan darat + laut dari Jember ke Lombok via Bali
ReplyDeletecemas ya mas Lazwardy kalau anak-anak sakit disaat kita udah merencanakan mau jalan-jalan. Sebuah dilemma juga sebenernya, beruntung anak-anak kembali ceria lagi
enaknya kalau perjalanan naik kapal, kadang aku bengong gitu sambil ngelihat laut. Tapi kalau kapalnya yang guede kayak jurusan Banyuwangi - Lombok, bisa jalan-jalan keliling kapal, dari lantai satu sampe lantai 2.
Alhamdulillah cuacanya cerah mbak. Pengen diulangi lg perjalanan seperti ini lg. Amin :)
DeleteAku nyebrang ke Bali naik kapal itu baru sekali. Tp pakai bus, trus lanjut ferry. Dan itu masih kelas 1 SD hahahahahahha. Jujur ga ingat.
ReplyDeletePengeeen sih ngulang lagi. Ada memang plan ke Bali bawa mobil sendiri. Jd anak2 bisa ngerasain juga naik ferry begini.
Hebaaat mas, naik motor ama anak2 😁. Aku sejujurnya ga berani kalo naik motor 😅.
Next time touring ke Sumbawa mbak. Ditunggu saja ceritanya hehehe
DeleteTernyata lumayan lama juga ya mas perjalanan menyeberang dari Lombok ke Bali, aku pikir tu cepet kurleb 1 jaman gt kayak kalo dari jawa ke bali...
ReplyDeleteBtw ini lumayan panjang loo perjalalanannya berarti, masih lanjut perjlan darat dari pelabuhan ke bedugul yang jalannya juga berkelok2, semoga anak2 hepi liburan dibedugul ini..alhamdulillah anak2 sudah sehat semua jadi liburannya gak tertunda
Ditunggu kelanjutan ceritanya ;)
Iya mbak. Lama karena pakai kapal ferry. Ada jg fast boat tp harganya lumayan mahal dan gak bisa masuk motor hehehe.
DeleteSiap