Saturday 13 July 2024

Belajar Sambil Menikmati Kesejukan Hutan Mangrove di Balemangrove, Lombok Timur


Cuaca panas dan terik, gak menyurutkan semangat saya dan keluarga untuk mengunjungi salah satu saudara yang sudah melahirkan anak kedua mereka di salah satu desa yang terletak di ujung timur Pulau Lombok. 


Desa yang berada di pesisir timur bagian selatan dan menjadi sentra hasil laut yang terkenal di Pulau Lombok. Cumi, udang, kepiting, berbagai jenis ikan bisa kalian dapatkan disini. 


Gak jauh dari desa ini juga banyak terdapat destinasi wisata favorit yang bisa diexplore. Sebut saja Tanjung Ringgit, Pantai Pink, Gili Kapal, Pulau Maringkik, hutang mangrove dan masih banyak lainnya. 


Mari memulai pertualangan ke Desa Tanjung Luar bersama cerita saya kali ini !. 


Agenda ke desa ini bisa dibilang dadakan. Berawal dari ajakan bapak untuk menjenguk keluarga yang habis lahiran. Sudah lama juga gak berkunjung ke keluarga bapak yang ada di desa ini. 


Terakhir kali saya kesini saat masih kuliah dulu, sekitar tahun 2009. Sudah lama juga ya. Dan ini menjadi cerita jalan-jalan yang buat saya semangat. Apalagi kalau sudah berbau pesisir pantai dan kampung nelayan, saya sangat suka sekali. 


Hari itu bertepatan dengan akhir pekan. Sabtu jam sembilan pagi, sebuah mobil putih sudah berada di depan gerbang rumah.  Bapak dan mama menjemput kami di rumah. 


Saya, istri dan anak-anak sudah siap dari tadi karena janjiannya sih berangkat jam tujuh pagi. Tapi gak apa-apa, namanya juga di jalan. Ada saja halangannya, entah macet atau lama ngantri di pom bensin. 


Anak-anak terlihat bahagia. Ini pertama kalinya kami ajak ke tempat yang baru. Apalagi sudah dijanjikan bakalan naik perahu di pantai, mereka tambah semangat. 




Perjalanan kurang lebih memakan waktu satu setengah jam perjalanan menyusuri Jalan Mataram - Selong, Lombok Timur. Seperti biasa kondisi lalu lintas cukup padat merayap oleh aktivitas warga baik yang keluar kota maupun ke arah Kota Mataram. 


Sepanjang perjalanan kami pergunakan untuk istirahat. Anak-anak kami suruh tidur tapi gak tidur-tidur. Akhirnya kami semua gak bisa tidur di dalam mobil. 


Agar gak boring di jalan, kami ngobrol ngalor-ngidul. Kebetulan yang menyetir itu bapak karena saya belum lancar bawa mobil. Kasian juga kalau beliau ditinggal tidur. Yasudah, jadinyaa pada ngobrol nanti mau kemana saja. 


Sekitar jam sebelas pagi, kami sudah sampai di Kota Selong, Ibukota Kab.Lombok Timur. Kami mampir sejenak di rumah bibi sekaligus menjemput beliau untuk bareng ke Desa Tanjung Luar. 


Gak lama mampir di Selong, kami pun melanjutkan perjalanan ke Desa Tanjung Luar dengan memakan waktu kurang lebih setengah jam perjalanan. Sepanjang perjalanan dari Selong ke Desa Tanjung Luar, kita akan dimanjakan oleh pemandangan area persawahan dan perkebunan. Kondisi jalan dengan  aspalnya yang cukup baik. Enak sekali untuk touring kesini dari Kota Mataram. 


Next time, kalau ada waktu pengen touring pakai Nmax kesini bareng anak istri dan teman-teman barangkali ya. 


Setiba waktu dzuhur, kami sampai di Desa Tanjung Luar. Cuaca siang itu cukup terik. Tapi melihat keindahan pantai dari kejauhan, rasa capek dan khawatir kepanasan, hilang seketika.


Mobil sudah terparkir di pinggir jalan, dan kami harus berjalan kaki memasuki gang sempit ke rumah keluarga. Suasana perkampungan nelayan sangat terasa disini.


Terlihat penampakan rumah-rumah panggung yang terbuat dari kayu. Rumah panggung masih banyak kita jumpai disini di tengah sudah banyak juga rumah dari batu bata dan modern. 


Apalagi terdengar obrolan beberapa warga desa menggunakan bahasa Bajo dan Bugis. Ini beneran rasanya sudah berada di Desa Tanjung Luar. 


Setiba di rumah keluarga, kami disambut sangat hangat. Mereka sudah menunggu sejak tadi karena dikira kami datangnya pagi. Melihat adek bayi yang baru lahir, jadi pengen nambah anak lagi, hahaha (semoga istri gak baca bagian ini). 


Berhubung sudah waktu shalat Dzuhur, kami melaksanakan shalat terlebih dahulu. Kemudian, lanjut makan siang dengan hidangan yang sangat lezat. 


Menunya ada Pelumara (ikan kuah kuning), Ayam Goreng, Kepiting Asem Manis dan Pelecing Kangkung. Enak bener dimakan dengan nasi putih yang masih hangat. 


Saking enaknya, saya nambah satu piring nasi. Semangkuk Pelumara ludes saya makan sendiri. Bener-bener mereka masak banyak sekali. Itupun masih banyak tersisa lauk yang lainnya. Gak sanggup saya menghabiskannya sendiri. 




Setelah makan siang, perut sangat kenyang. Waktunya istirahat sejenak sambil ngobrol dengan tuan rumah. Gak lengkap rasanya kalau ngobrol gak ngopi. Ngobrol sambil ngopi menikmati suasana di rumah panggung. Rumah panggung khas kampung nelayan Suku Bajo. Suku dimana bapak berasal. 


Sekitar jam tiga sore, kami melanjutkan perjalanan ke salah satu destinasi wisata yang jaraknya cukup dekat dengan Desa Tanjung Luar. Namanya, Balemangrove yang lokasinya berada di desa sebelah yaitu Dusun Poton Bako, Kec. Keruak, Lombok Timur. 


Untuk menuju hutan mangrove ini, kita bisa melalui Dusun Poton Bako yang jaraknya gak jauh dari Dermaga Telong Elong. Biar gak bingung, kita bisa melihat lokasinya di google maps. 


Kalau dihitung-hitung jarak dari Kota Mataram, kurang lebih sekitar 68 kilometer hingga di Balemangrove dengan memakan waktu tempuh satu setengah jam perjalanan. 


Kondisi jalan menuju destinasi satu ini cukup baik. Aspal mulus dengan melewati perkampungan nelayan dan deretan pohon kelapa. 


Cuaca saat itu cukup mendukung. Gak panas dan angin pantai gak begitu kencang. Perjalanan juga cukup lancar. Hanya saja, kami harus melewati gang sempit di tengah perkampungan untuk menuju pintu masuk Balemangrove. 






Kebetulan juga air laut sedang surut. Jadinya warga sekitar berbondong-bondong menuju ke tengah laut dengan berjalan kaki mencari kerang-kerang laut. Gak heran parkiran kendaraan sangat padat dan sempat dibuat macet. 


Lima belas menit perjalanan dari Desa Tanjung Luar, kami sudah sampai di area parkir Balemangrove. Perasaan campur aduk, ada senang dan kurang puas karena pengunjung sangat ramai. Kebayang gak dapat foto kece disini karena banyak orang. 


Balemangrove ini bukan sembarang hutan mangrove yang tiba-tiba ada dan ramai dikunjungi. Ini adalah buah hasil dari kerja keras teman-teman Pokdarwis disini yang melestarikan tanaman mangrove sehingga terjaga sampai sekarang. 


Menurut informasi yang dapat dipercaya, Balemangrove disebut juga Mangrove Purba karena tanaman mangrove disini usianya ada yang sudah puluhan hingga ratusan juta tahun. 


Bisa dibilang tanaman mangrove disini cukup langka ditemukan di tempat lain di Pulau Lombok. Ada dua jenis tanaman mangrove yang tumbuh subur disini yaitu Rhizophora dan Sonneratia alba.


Untuk Rhizophora sendiri berukuran 20 hingga 40 meter sedangkan Sonneratia Alba merupakan tanaman bakau yang sudah berumur ratusan tahun atau mangrove purba. Warga sekitar sering menyebutnya dengan nama Pohon Pining atau Pohon Mangrove Purba.


Tiket masuk ke Balemangrove setiap pengunjung dikenai tarif 5 ribu. Sedangkan untuk anak-anak kecil gratis. Bukanya setiap hari dari jam tujuh pagi sampai enam sore.





Setelah membeli tiket, kami memulai petualangan seru memasuki area hutan mangrove yang memiliki luas sekitar dua hektare. 


Anak-anak sangat bersemangat. Ini adalah tempat baru sekaligus tempat mereka mengenal dan belajar tentang alam. Di pintu masuk hutang mangrove, terdapat sebuah gapura bertuliskan Balemangrove. 


Jalan atau bisa disebut jembatan kayu sepanjang dua ratus meter ini merupakan akses untuk berkeliling hutan mangrove. Ada beberapa spot yang bisa dijadikan untuk berfoto. Ada rumah pohon, hammock, ayunan, dan masih ada lagi spot untuk ber-selfie ria. 


Kesan saat berada di dalam hutan mangrove bener-bener sejuk dan syahdu mendengar suara kicauan burung-burung yang hidup di hutan mangrove ini. Sinar matahari muncul dari celah-celah pohon mangrove. 


Sayangnya saat kami datang kesana, pengunjung sedang ramai-ramainya karena musim liburan. Banyak juga yang datang kesini bareng pasangan atau gebetan. Yang jomblo juga. Malah banyakan yang jomblo kali ya menurut pengamatan saya (sambilan cuci mata hehehe).





Btw, air laut sore itu juga sedang surut. So, gak bisa melihat pemandangan sungai-sungai kecil yang berada di dalam hutan mangrove. 


Kalau air laut sedang pasang, banyak pengunjung yang menyewa kano untuk mengelilingi hutan mangrove menggunakan kano yang bisa memuat hanya dua orang dewasa. Harga sewanya pun beragam, tergantung ukuran kano dan lama menyewanya alias bisa nego sama yang punya kano, hehehe.


Setelah beberapa menit berjalan menyusuri jalanan kayu, tibalah kami di ujung jalan. Dari sini kita bisa melihat pemandangan yang luar biasa indah. Deretan pulau-pulau kecil antara lain Pulau Maringkik, Pulau Pasir dan lain-lain terlihat dari sini. Beberapa perahu nelayan yang sedang kandas karena air laut surut terlihat juga.


Ratusan warga yang berjalan kaki sampai ke tengah laut untuk mencari kerang-kerang laut. Biasanya moment ini bisa kita dapatkan disaat air laut sedang surut di waktu sore hari. Banyak sekali warga baik warga sekitar maupun dari luar desa yang mengikuti moment langka seperti ini. Saya juga sebenarnya pengen, tapi bawa anak. Gimana urusannya, hahaha.






Ohya, buat kalian yang sedang berlibur ke Lombok. Mungkin pengen nyari tempat baru dengan suasana baru, destinasi Balemangrove bisa menjadi pilihan yang tepat. 


Disini juga setiap Hari Minggu ada kelas Lentera Bahari. Kita bisa mengikuti pembelajaran mengenai melestarikan tanaman bakau ini. Dari pembibitan hingga menjaga dan melestarikan tanaman bakau.


Waktu sudah semakin sore, kami segera balik ke parkiran mobil. Sebelumnya, kami beristirahat sejenak sambil mijetin kaki. Lumayan juga buat pegel kaki,hehehe. Disini juga tersedia warung makan dan berugaq (gazebo). Terdapat juga mushola dan kamar mandi. Lengkap juga fasilitas yang ada disini. Semuanya terawat dan bersih. Kece !.


Over all, kesimpulan saya selama berada di Balemangrove. Tempatnya kece habis. Sepanjang menyusuri hutan mangrove, keadaan sekitar bersih dari sampah. Hanya saja di bagian pintu masuk masih ada beberapa sampah pengunjung yang terlihat. Suasananya menurut saya nyaman dan menyenangkan. Bisa mendengar kicauan burung dan udara yang sejuk selama berada di dalam kawasan hutan mangrove.  


Buat kalian yang ingin menuju Pantai Pink, Pulau Maringkik atau destinasi di sekitarnya, bisa menyewa perahu warga disini. Untuk biaya sewanya, kita bisa nego tergantung jauh dan kondisi gelombang lautnya.


Penulis : Lazwardy Perdana Putra


Location: Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Bar., Indonesia

4 comments:

  1. pengalamannya seru banget pak, semoga saya suatu saat nanti bisa mengajak keluarga wisata kesana, ke lombok timur....

    ReplyDelete
  2. ternyata ada hutan magrove juga to di Lombok dan ternyata malah jenis mangrove purba yaa..saya baru sekali ke lombok itu pun gak ekplore kemana2 karena waktu itu hanya ke gili trawangan saja..smg next bisa ke lombok lagi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di Lombok ada beberapa destinasi wisata mangrove. Salah satunya Balemangrove ini.

      Ditunggu ceritanya di Lombok lg

      Delete