Dapat long weekends itu rasanya bahagia banget. Apalagi buat saya pribadi bisa mengagendakan mau ngetrip kemana atau menghabiskan waktu bersama anak-anak dan istri di rumah.
Kebetulan juga saya sudah lama gak olahraga sepedaan. Malam sebelumnya, saya dapat pesan whatsapp dari teman kantor. Dia ngajakin buat gowes tapi belum ditentukan jalurnya kemana.
Setelah saya bilang sama istri, akhirnya diijinkan buat gowes. Wah emang istri terbaik. Tau aja suaminya lagi pengen gowes ke jalur yang lumayan jauh.
Oke, tidur jangan kemaleman biar besok subuhnya gak kesiangan. Rencananya kumpul jam enam pagi (semoga tepat waktu).
Keesokan paginya, setelah shalat subuh, saya bersiap-siap untuk berangkat. Sepeda sudah dicek kondisinya. Semuanya aman. Anak-anak untungnya masih tidur. Hanya istri dan saya yang sudah bangun.
Langit sebelah timur sudah terlihat berwarna jingga. Tandanya sebentar lagi matahari akan terbit. Ayuhan sepeda pertama menuju titik kumpul yang sudah disekapati bersama.
Saya sudah janjian ketemu sama Mas Rahman di depan sebuah warung nasi. Sambilan menunggu masnya, saya sarapan sebungkus nasi kuning dulu karena takutnya gak sempet makan dalam perjalanan nanti,hehehe.
Oke, setelah nasi kuning habis sebungkus. Temen-temen sudah pada berdatangan dari berbagai arah. Alhamdulillah, teman gowes hari itu cukup ramai. Ada lima orang yaitu saya sendiri, Mas Rahman, Mas Zaki, Mas Jirin dan Mas Adrian. Semuanya mas-mas alias sudah bapak-bapak, hahaha. "Lhoo Mbak-mbaknya gak ikutan ?". Mbak-mbaknya gak tau dimana, asyiiik (mulai halu).
Btw, kami cuss gowes ke tempat tujuan yang dadakan. Awalnya mau gowes ke daerah pantai yang jaraknya kurang lebih empat kiloan. Eh, tiba-tiba ada yang usulkan kita mainnya ke area persawahan saja di daerah Lombok Tengah.
Posisi star awal kami berada di kawasan Rumak, Kediri, Lombok Barat. Kurang lebih sekitar sepuluh kilo jarak yang akan kita tempuh. Bismillah, ini gowes pertama saya semenjak off beberapa bulan. Ohya, kami berlima menggunakan jenis sepeda yang sama yaitu MTB semua.
Cuaca di Kamis pagi saat itu sangat cerah. Udara dingin dengan kabut tipis menemani perjalanan kami berlima. Kondisi kelima sepeda sangat baik. Gak khawatir ada masalah di tengah jalan nanti.
Melalui Jalan TGH Abul Karim dengan kondisi jalan full aspal mulus. Lalu lintas kendaraan pagi itu sudah cukup ramai. Maklum saja, kita harus melalui jalur padat antara daerah Rumak menuju Kediri, Lombok Barat. So, harus ekstra hati-hati.
Setelah melewati kawasan padat kendaraan di daerah Kediri, kita berbelok ke jalur cukup kecil menuju Desa Bilebante, Kec.Pringgarata, Kab.Lombok Tengah yang jaraknya kurang lebih lima kilometer lagi.
Jalan yang tadinya sangat ramai oleh lalu lintas kendaraan besar, sekarang sudah agak sepi. Jalur yang sebagian besar berupa jalur persawahan. Dimana kiri kanan merupakan area persawahan dan perkebunan. Sesekali bertemu dengan area pemukiman penduduk.
Sinar matahari terasa hangat di kulit. Udara pagi yang sangat sejuk menyambut kita dengan suka cita. Kami pun tambah semangat mengayuh sepeda sampai di titik pertama untuk beristirahat sejenak.
Kondisi jalan yang tadinya datar-datar saja, sekarang sudah agak menanjak. Artinya daerah yang kita lalui sekarang berada lebih tinggi dibandingkan tempat kumpul tadi.
Sejauh mata memandang, semuanya area persawahan hijau, deretan pohon kelapa dan tanaman lainnya.
Titip pertama kita beristirahat yaitu di salah satu rumah teman kantor. Namanya Pak Zaenal yang merupakan penduduk asli Desa Bilebante. Gak terasa sudah setengah jam bersepeda, kita sudah sampai di pintu masuk Desa Bilebante. Tandanya sebentar lagi kita sampai di rumah Pak Zaenal.
Gak janjian di awal sama beliau alias dadakan bertamu, hehe. Untung saja bapaknya masih di rumah pagi itu. Biasanya beliau pas hari libur sudah berangkat ke sawah.
Kami dijamu hangat oleh bapaknya. Gak pakai kata nolak, kami disuruh ambil buah kelapa yang masih di atas pohonnya. Berhubung sudah haus dan butuh tambahan energi, Jirin dan Rahman sigap metik buah kelapa yang terlihat menyegarkan.
Rasa air kelapanya bener-bener manis dan dagingnya sangat empuk. Pas banget nih kelapa mudanya di petik. Masing-masing orang dapat satu buah kelapa muda utuh. Mantaap !.
Selain itu anaknya Pak Zaenal membuatkan kami kopi hitam dan beberapa gorengan. Wah, sarapan yang sederhana tapi sangat berkesan. Terimakasih buat Pak Zaenal dan keluarga yang sudah menyambut bapak-bapak yang gowes dadakan salah satu desa terbaik di NTB ini yaitu Desa Bilebante.
Kalau gak salah di tahun 2018 lalu, Desa Bilebante sudah disinggahi oleh Bapak Menteri Pariwisata RI terdahulu yaitu Bapak Arief Yahya. Beliau meresmikan salah satu destinasi wisata digital yaitu Pasar Pancingan yang lokasinya di Desa Bilebante. Setelah itu Desa Bilebante sangat dikenal di Indonesia bahkan dunia menjadi desa wisata terbaik di negeri ini. Beberapa penghargaan sudah disabet oleh desa ini. Semoga semakin maju dan populer !.
Setelah beristirahat sejenak di rumahnya Pak Zaenal, kami melanjutkan perjalanan lagi ke lokasi berikutnya yaitu D'Gonggress. Jaraknya kurang lebih dua kilometer lagi. Semangat, tenaga sudah pulih kembali setelah minum air kelapa, Asyiik !.
Sayangnya di lokasi berikutnya, kami gak diijinkan membawa sepeda masuk ke area wisata. So, gak banyak yang bisa saya ceritakan. Next time kali ya kalau diberikan kesempatan gowes kesini lagi dan dapat ijin masuk pakai sepeda !.
So, kami balik lagi ke Desa Bilebante. Akhirnya kami beristirahat kedua kalinya di Pasar Pancingan. Sayangnya di lokasi gak ada orang. Hanya saja boleh masuk ke area Pasar Pancingan. Untuk cerita Pasar Pancingan bisa kalian baca-baca di postingan saya terdahulu.
Bisa baca disini ---> Kemeriahan Fun Walk Pasar Pancingan
Waktu sudah menunjukkan jam sepuluh pagi. Saatnya kami balik ke rumah. Jalur yang dilalui berbeda dari jalur pas berangkat. Kami melalui jalan setapak yang sudah dicor semen. Kiri - kanan yang kami lalui yaitu persawahan yang hijau. Meskipun terik matahari sudah menyengat di kulit, angin persawahan sepoi-sepoi mengurangi panasnya pagi menjelang siang itu.
Gak terasa kami sudah sampai di jalur antara Kediri dan Kota Praya. Trek jalur masih menanjak dan menurun disini. Tenaga sudah hampir habis. Sebagian teman lainnya juga masih belum sarapan nasi. So, kami mampir istirahat lagi buat makan nasi bungkus.
Di jalur ini banyak sekali warung nasi yang buka. Setelah gowes sudah lebih sepuluh kilometer, saatnya bersantai sejenak sambil makan nasi bungkus dan ngopi pastinya.
Akhir cerita kami sampai di lokasi titik kumpul pagi tadi sekitar jam dua belas siang. Kami pun berpisah ke rumah masing-masing. Tenaga sudah hampir habis. Untung saja jarak rumah sudah gak jauh.
Next time, kami berencana untuk gowes ke Kuta Mandalika. Semoga cepat terealisasi. Amin
Penulis: Lazwardy Perdana Putra
wih seger banget kelapa muda nya
ReplyDeletePerlu kita ulangi lg momentnya hehehe
Delete