Saturday, 18 March 2023

Welcome To Lombok ! : Terbang Bersama Garuda Indonesia PK GFI Livery Livin by Mandiri


Saat tau dibookingkan tiket Garuda Indonesia dari Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (BIZAM) Lombok ke Bandara Soekarno Hatta oleh panitia, saya berharap dapat pesawat dengan livery Garuda pada tahun 1960-1969 dengan kode registrasi PK GFM. Infonya hanya satu-satunya pesawat milik Garuda Indonesia yang diberi livery tersebut. Unik dan kece keliatannya menurut saya. Kapan lagi nyobain terbang bersama Garuda pakai livery jadulnya. 


Ini penerbangan pertama saya di tahun 2023. Lagi-lagi ditugaskan dari kantor untuk menghadiri pertemuan di Tangerang Selatan. Bertugas sambil jalan-jalan gratis, dibayar pula. Anggap saja begitu.

 

Pengennya sih pulang-pergi gak terbang pakai Garuda saja. Maunya pas balik ke Lombok nyobain maskapai lain yaitu Citilink. Setelah merayu-rayu panitianya, akhirnya usaha itu gagal. Panitia tetap bookingkan tiket Garuda Indonesia PP. Okelah, ngalah saja. Yang penting selamat sampai tujuan dan balik ke rumah dalam kondisi sehat dan bawa duit (skipp).


Ada untungnya sih pakai maskapai pelat merah ini pulang-pergi Lombok Jakarta. Pertama sudah dijamin kenyamanannya yaitu dapat servis makan saat penerbangan dan ada flight entertainment-nya. Pesawat yang saya gunakan pas berangkat dan pulangnya kondisinya kece semua. 




Kali ini saya mau mereview armada Garuda Indonesia pas balik ke Lomboknya. Saat itu penerbangan Soekarno Hatta - Lombok menggunakan pesawat GA 430 Boeing 737-800 dengan kapasitas 12 seat kelas bisnis dan 150 seat kelas ekonomi dengan nomor registrasi PK GFI dan usia sudah 12,5 tahun. Livery yang digunakan masih sama seperti biasanya. Hanya saja ada penambahan Livery Livin by Mandiri. Livery ini diluncurkan kalau gak salah di Bulan September 2022 sebagai co-branding bentuk kerjasama antara Bank Mandiri dengan Garuda Indonesia. 


Berangkat dari hotel di daerah Bintaro, Tangerang Selatan menggunakan ojek online sekitar jam delapan pagi. Menuju Bandara Soeta melalui Tol Jor. Sempat syok karena terkena macet. Untungnya kemacetan di jalan tol gak memakan waktu lama. Perjalanan masih sekitar lima belas menit lagi sampai di Terminal 3 Bandara Soeta. Saya lebih menikmati perjalanan menuju bandara dari dalam mobil. Sengaja berangkat agak pagian biar gak buru-buru dan lebih santai saja. 


Jadwal boarding sekitar jam sebelas siang. Masih banyak waktu untuk check in, beli oleh-oleh makanan dan ke toilet. Setelah mengambil boarding pass di counter check in. Saya bersama Abang Faizin berjalan menuju Gate 11 sesuai dengan tertera di layar jadwal penerbangan saat itu. 




Suasana Terminal 3 Bandara Soeta pagi itu sangat ramai sekali. Sekitar jam sepuluh pagi, kami berdua sudah duduk di ruang tunggu penumpang. Sambil duduk, saya menikmati pemandangan lalu-lalang pesawat yang take off dan landing


Di Terminal 3 ini, dulunya hanya digunakan untuk Garuda Indonesia dan beberapa pesawat luar (penerbangan internasional). Tapi semenjak Covid-19 tiga tahun yang lalu. Ada sedikit perubahan dimana untuk Terminal 3 saat itu digunakan beberapa pesawat domestik seperti Garuda Indonesia, Citilink, yang terbaru yaitu maskapai Pelita Air dan Trans Nusa. 






Kebetulan hari itu menjelang weekends dan ada event besar di Pulau Lombok yaitu World Superbike Mandalika 2023. Gak perlu ditanya lagi penumpang Garuda Indonesia GA 430 saat itu sudah dipastikan full seat. Gak hanya itu saja, penerbangan ke Lombok semuanya sudah full seat. Syukurnya masih ada sisa tiket pesawat terbang ke Lombok disaat event internasional sebesar World Superbike. 

Btw, terasa sekali ramainya penumpang pesawat yang dimana rata-rata pada mau nonton World Superbike. Meskipun saya orang Lombok tulen, seneng juga ternyata sudah kembali ramai orang yang berbondong-bondong berlibur ke Pulau Lombok semenjak pandemi Covid-19 tiga tahun yang lalu. 

Kurang lebih setengah jam menunggu waktu boarding, terdengar suara panggilan para penumpang Garuda Indonesia GA 430 tujuan BIZAM Praya, Lombok untuk naik ke dalam pesawat melalui Gate 12. Wah, ternyata pindah gate sebelah. Untungnya jaraknya gak jauh. So, gak capek jalan kaki,hehehehe. 





Setelah melewati pengecekan boarding pass, saya dan Bang Faizin berjalan menuju pesawat. Lagi-lagi melalui garbarata dan kesempatan untuk selfiean bareng pesawatnya gagal lagi. Semoga saja nanti di Lombok, bisa foto pesawatnya secara utuh.

Kesekian kalinya terbang bersama Garuda, suasana kabinnya gak banyak perubahan. Sukanya naik maskapai ini karena alunan instrument musiknya yang sangat syahdu. Yang paling saya suka mendengarkan alunan musik dengan judul Bengawan Solo. Entah kenapa suka banget dengan instrument musiknya. Terasa terbawa ke jaman dulu kala. Dimana para nenek buyut kita masih hidup. 

Selain musiknya, saya suka dengan keramahan para pramugarinya dengan busana khas Indonesia. Perpaduan kebaya dan kain batik warna orange dan biru toska khas Garuda Indonesia. 

Nah ini nih yang saya suka banget kalau naik Garuda yaitu seatnya yang memiliki sandaran leher atau bantal di kepala yang buat nyaman.
 
Saatnya juga gak banyak yang berubah. Masih empuk, ada flight entertainment-nya dan jarak antar seat di depannya sangat luas. Sehingga kita sangat nyaman menikmati penerbangan. Hanya saja, butuh perawatan lebih untuk fasilitas yang ada di Garuda Indonesia. 

Kaca jendela pesawat juga sudah banyak yang perlu dibersihkan. Sayang sekali maskapai plat merah yang pernah masuk sepuluh besar maskapai terbaik dunia versi SkyTrack beberapa tahun yang lalu kurang mendapatkan perawatan dengan baik. 





Saya duduk bagian tengah dan mendapatkan window seat. Kecenya lagi duduknya pas di bagian sayap. Sudah gak sabar merasakan ban pesawat saat landing nanti di Lombok. Bisa dibilang, saya duduknya di atas roda pesawat. Jadi, kita tunggu sensasinya saat landing nanti,hehehe.

Jam tangan menunjukkan sebelas lebih sepuluh menit, akhirnya pesawat push back dan bersiap-siap untuk taxi. Saya lebih memilih untuk menikmati dulu proses dari push back hingga take off sambil memandang keluar jendela. 

Alhamdulillah, pesawat yang membawa saya bersama penumpang lainnya take off dengan sempurna. Gak ada turbulance disaat take off seperti berangkat kemarin. Itu turbulance-nya dari take off sampai mau landing. Kebetulan juga cuaca saat itu kurang baik. Sampai makan pun gak ada selera karena getaran terus yang saya rasakan selama penerbangan menuju Jakarta lalu. Syukurnya, saat balik ke Lombok, cuaca cerah dan penerbangan sejauh ini cukup aman. 

Setelah tanda sabuk pengaman dimatikan, para penumpang sudah boleh ke toilet. Para pramugari juga sedang bersiap untuk memberikan servis makan kepada seluruh penumpang. Dari penyajian agak beda sekarang. Dulunya kami diberikan pilihan mau makan nasi opor ayam atau nasi kuning. Sekarang yang ada hanya nasi opor/rendang ayam (hanya satu pilihan). Untuk minumnya sekarang lebih banyak. Kita diberi teh botol, air mineral botol dan segelas kopi/teh hangat. Gak ada lagi sunkise juice dan jus jambu biji. Gak tau ya kalau penerbangan lainnya. Ada yang bisa bercerita ?.

Untuk cemilannya, kita diberi waffles (semacam biskuit cokelat) dan kue bolu yang rasanya legit banget. Soal rasa, sangat enak dan pengen nambah lagi. Sayangnya, gak enak minta nambah sama pramugarinya,hehehe. Over all, saya cukup menikmati hidangan yang diberikan. Berhubung pas jam makan siang dan jam lapar, jadi sikat semua yang ada di depan mata. 




Sehabis makan, saya lebih memilih menikmati sisa penerbangan yang ada sambil nonton film di flight entertainment. Badan rasanya perlu dipijet dan mata sudah lelah banget beberapa hari di depan laptop terus. 

Beberapa menit lagi pesawat akan landing, cuaca agak sedikit berubah menjadi kurang baik. Kelihatannya di Lombok sedang hujan lebat. Pesawat masuk ke dalam kumpulan awan tebal. Turbulance juga akhirnya. Saya mencoba lebih tenang dan kembali melanjutkan nonton film. 

Tanda sabuk pengaman sudah dinyalakan, pertanda pesawat akan bersiap untuk landing. Pesawat perlahan-lahan menurunkan ketinggian. Setelah keluar dari kumpulan awan tebal, terlihat rumah-rumah penduduk dan area persawahan. Dari jauh terlihat penampakan Gunung Rinjani dan garis pantai Lombok yang sangat menawan. 




Akhirnya pesawat landing dengan sempurna. Sensasi duduk di atas roda pesawat itu cukup menarik buat saya. Landing Garuda Indonesia PK GFI sangat mulus sekali. Agak lega rasanya sudah tiba di Gumi Sasak lagi. 

Yang saya seneng saat itu, saya bisa turun melalui pintu belakang menggunakan tangga pesawat. So, bisa foto pesawatnya full body tanpa terhalang oleh kaca garbarata, hehehe. 

Over all, saya menikmati penerbangan bersama Garuda Indinonesia PK GFI selama hampir dua jam. Mungkin sedikit saran untuk para petinggi Garuda Indonesia dan pemerintah pusat untuk melakukan perawatan berkelanjutan terhadap armada-armadanya agar pelayanan lebih maksimal lagi. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

2 comments:

  1. Tol JORR itu sering disebut tol setan mas 😂. Masuk kesana apalagi pas jam sibuk, bukannya lancar malah tambah parah 🤣.makanya sebisa mungkin suamiku slalu menghindari toll JORR

    Setuju sih, perawatannya kurang GIA. Tapi mau bilang gimana yaaa, memang lagi ada masalah juga, hutang besar, wajar sih kalo perawatannya jadi ga maksimal. Aku sendiri naik GIA kalo tujuan domestik. Tapi kalo ke LN, lebih milih maskapai asing lain 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untung saja gak lama kena macetnya. Serem amat namanya tol setan. Kirain td banyak kecelakaan dsana. Semoga saja aman2 saja.

      Ya mbak, dulu sebelum Covid armada dan pelayanan GIA sangat baik. Penerbangan k Lombok saja bisa lebih dri 2 kali sehari.

      Delete