Di awal tulisan ini saya mau sedikit bercerita tentang pengalaman yang gak mengenakkan sekaligus agak gokil. Gak kebayang sama sekali berangkat agak pagian ke bandara. Eh di tengah jalan ditelpon kalau penerbangan saya dialihkan ke sore. Alasannya karena tiket saya dipakai sama salah satu istri pejabat yang gak perlu saya sebut siapa dia.
Okelah ya, saya sih berusaha buat santai. Tapi kekesalan saya memuncak disaat saya mau balik pulang ke rumah, eh ditelpon lagi sama seseorang kalau istri pejabat tersebut gak jadi berangkat pagi. Dan saya disuruh berangkat pagi dengan tiket yang bukan atas nama saya lagi. Jadi kesel kan !.
Untung ada adek bungsu yang bertugas di maskapai Lion Air. Dialah yang membantu saya mengurusi semuanya. Menurut kabar, nama saya sudah gak ada tercantum di daftar penumpang. Sempat jengkel juga sih si adek dengan petugas VIP yang seenaknya gonta-ganti tiket orang tanpa koordinasi dulu dengan pihak maskapai. Jadi pelajaran juga buat semuanya.
Next time, awalnya sih bingung menolak atau menerima. Berhubung karena saya harus berangkat jadinya saya menerimanya. Akhirnya saya balik lagi ke bandara karena pesawat akan boarding satu jam lagi. Supir mobil saya suruh agak cepat sedikit. Di tengah perjalanan, saya ditelpon lagi sama salah satu petugas VIP bandara. Infonya saya disuruh naik pesawat melewati gedung VIP. Kaget dong ya, antara jengkel sama bahagia nih. Kapan lagi bisa naik pesawat lewat VIP. Kayak beneran jadi pejabat aja sekelas gubernur atau menterilah ya, hehehe.
Sesampai di gedung VIP, saya dijemput oleh petugas VIP yang membawa sebuah mobil Hiace milik maskapai Lion Air. Saya dipersilahkan masuk ke dalam mobil. Rasa jengkel berkurang karena pihak VIP bertanggung jawab penuh ke saya. Akhirnya saya diantar sampai di pintu pesawat. Saya lalu turun mobil dan bersiap masuk ke dalam pesawat Wings Air ATR 72-500 yang akan mengantarkan saya dan rombongan ke Bima. Salah satu kabupaten paling timur di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pesawat Wings Air ATR 72-500 PK WFI menerbangkan kami dengan aman dan selamat hingga sampai di Kab.Bima. Cuaca saat itu cukup cerah meskipun cuaca di dalam hati masih bercampur antara jengkel dan was-was. Tapi saya selalu berusaha buat santai.
Terimakasi buat semua pihak yang memberikan pelayanan "terbaik" buat seluruh penumpang termasuk saya pribadi meskipun bisa dibilang saya jadi penumpang gelap. Rasanya campur aduk. Untungnya pihak VIP mau bertanggung jawab. Semoga pengalaman ini gak pernah terulang kembali.
***
Oke, Kita lupakan kejadian gak mengenakkan beberapa hari yang lalu. Berlanjut ke cerita penerbangan saat balik ke Lombok menggunakan maskapai yang sama yaitu Wings Air ATR 72-500 dengan kode registrasi PK WFR dan nomor penerbangan IW 1879.
Tiga hari di Bima, saya dan rombongan balik ke Lombok mengambil penerbangan agak siang yaitu 10.45 WITA. Sengaja ambil yang siang biar gak buru-buru menuju bandara.
Setelah mencari oleh-oleh, kami beranggotakan lima orang. Saya, bu bos dan ketiga teman yang lain dari hotel tempat kami menginap, berangkat menuju Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima dengan mobil teman. Jarak dari hotel ke bandara memakan waktu dua puluh menitan.
Ini yang kece dari Bima. Sepanjang perjalanan dari hotel ke bandara, kami melewati jalan raya pinggir pantai dengan view Teluk Bima dan deretan perbukitan hijau. Cuaca siang itu cukup cerah. Semoga saja selama penerbangan nanti cuaca baik-baik saja.
Sesampai di bandara, saya sudah ditunggu oleh keluarga yang kebetulan menetap di Bima. Mereka membawa oleh-oleh buat saya bawa pulang. Namanya keluarga itu dimana saja pasti akan mencari keluarga yang lain.
Saya dan teman-teman segera berjalan menuju pintu keberangkatan untuk melakukan check in. Suasana bandara cukup sepi karena yang ramai itu pada saat penerbangan pagi hari.
Di bandara ini melayani beberapa rute penerbangan. Ada Bima-Lombok, Bima-Denpasar dan Bima-Makassar (PP) yang dilayani oleh satu maskapai saja yaitu Wings Air ATR 72-500/600. Dulu sebelum Covid-19, ada beberapa maskapai yang melayani penerbangan ke Bima antara lain Garuda Indonesia ATR 72-500 dan NAM Air Boeing 737-500. Tapi sekarang keduanya masih belum lagi membuka penerbangan ke Bima. Semoga saja kedepan maskapai lain kembali lagi terbang ke Bima.
Setelah cetak boarding pass, kami berjalan menuju ruang tunggu penumpang. Di ruang tunggu terlihat masih sepi. Artinya kita datangnya kepagian. Gak apa-apa, lebih baik kepagian daripada ditungguin pesawat, hehehe.
Duduk santai sambil menikmati view ke arah luar jendela. Terlihat area parkir pesawat yang masih kosong, runway yang cukup terawat dan gak kalah kecenya, terlihat hamparan tambak garam dengan latarbelakang deretan perbukitan cantik. Gak bosen kalau duduk lama disini sambil menunggu pesawat kami tiba.
Sepuluh lebih dua puluh menit, pesawat kami landing dengan sempurna. Pesawat menuju area parkir dan menurunkan penumpang terlebih dulu. Setelah itu terdengar informasi para penumpang sudah bisa melakukan boarding. Kami sudah dipersilahkan menaiki pesawat.
Setelah dilakukan pengecekan boarding pass, saya bersama penumpang lainnya berjalan menuju pesawat yang sudah terparkir. Panas amat yaak, bener-bener menyengat sekali. Untungnya ada angin sepoi-sepoi yang berhembus. Jadi teriknya agak berkurang.
Dari jauh sudah terlihat sebuah pesawat ATR 72-500 milik maskapai Wings Air terparkir. Para kru dan petugas tehnis terlihat sibuk di area pesawat. Ini dia salah satu jenis pesawat favorit saya kalau menuju daerah pelosok. Pesawat berbadan kecil dan balik-baling, kecil cabe rawit. Sangat cocok sekali landing di landasan pendek. Kecenya lagi, ketinggian jelajah gak terlalu tinggi seperti tipe Boeing atau Airbus. Jadi kita bisa menikmati pemandangan dari luar jendela lebih dekat.
Masuk ke pesawat harus ngantri. Satu per satu penumpang menaiki anak tangga. Saya disambut hangat oleh pramugari cantik berbaju merah khas pramugari Wings Air. "Yang berbaju merah jangan sampai lepas", (mirip lirik lagu yaak?).
Saya duduk di seat nomor 12A. Harusnya duduk di window seat. Eh, sudah ada yang duduk duluan dan cuek gitu pas saya sapa buat pindah. Ya sudah, saya yang mengalah. Berharap ada window seat yang kosong biar bisa pindah duduk.
Kesabaran diuji lagi. Berusaha tetap enjoyed. Sebenarnya enak juga duduk di lorong pesawat. Bisa lihat secara jelas pramugari yang kesana-kemari. Bisa cuci mata gitu (berharap istri gak baca cerita ini) hehehe...i just kidding. Alangkah lebih kecenya kalau cuci matanya melihat pemandangan dari window seat gitu. Bisa lihat gunung, laut, awan dan kamu. Asyiiik !.
Oke, setelah semua siap, pesawat persiapan buat taxi. Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima ini terbilang bandara cukup besar dengan landasan yang bisa didarati pesawat jenis Boeing 737-500 milik NAM Air. Untuk review bandaranya bisa kalian baca juga tulisan saya di bawah ini.
Baca juga disini : Penerbangan Satu Jam Lombok-Bima
Pesawat berjalan menuju runway untuk take off. Proses lepas landas berjalan dengan lancar dan aman. Namun disaat beberapa menit setelah take off, pesawat sempat turbulance. Katanya sih hal yang normal terbang di atas Teluk Bima. Anginnya memang terkenal kencang disini. Baik landing maupun take off, pesawat selalu mengalami turbulance.
Sampai ketinggian 9000 kaki, pesawat sudah stabil. Informasi dari pramugari, sabuk pengaman sudah bisa dilepas dan bisa ke kamar kecil. Berhubung selama penerbangan, saya gunakan untuk menikmati perjalanan. Lirik ke belakang ternyata ada seat yang kosong. Otomatis pindah tempat duduk dong. Dari sini, saya bisa menikmati pemandangan luar dari jendela. Emang kalau sudah namanya rezeki, gak bakalan kemana.
Selebihnya saya gunakan sisa perjalanan untuk beristirahat. Duduk santai sambil memandang ke arah luar jendela. Sudah gak sabar bertemu lagi dengan istri dan anak-anak yang lagi lucu-lucunya di rumah. Suatu saat nanti, saya bakalan ajak mereka terbang bareng ke tempat yang kece antara lain Yogyakarta, Bali dan Bandung. Yang dekat-dekat saja dulu.
Satu jam penerbangan, pesawat sudah bersiap untuk landing di Bandara International Zainuddin Abdul Madjid, Lombok. Alhamdulillah, proses landing berjalan dengan sempurna. Seluruh penumpang aman dan selamat sampai tujuan.
Sekali lagi cerita ini saya tulis buat menceritakan pengalaman saya selama terbang menggunakan pesawat. Gak bermaksud buat menjatuhkan salah satu pihak. Over all, saya selalu menikmati setiap penerbangan menggunakan maskapai apapun. Yang namanya perjalanan, gak selalu mulus dan berjalan sesuai rencana. Pasti ada rintangan atau halangan yang menghadang. Semuanya pasti ada jalan keluarnya.
Penulis : Lazwardy Perdana Putra
wih mantap, jadi penumpang VIP
ReplyDeleteheuheuheu
Untung aja bisa selamat sampai tujuan. Jd penumpang gelap guys !.
DeleteWakakakaka aku tahu siapa yang dimaksuddd
ReplyDeleteHahaha.. anggap saja pengalaman yg sangat berharga
Delete