Datang ke Kota Bima, gak lengkap rasanya bila gak mengunjungi salah satu bangunan bersejarah yang ada di kota ini. Sebut saja Museum ASI Mbojo Bima yang lokasinya gak jauh dari tempat saya menginap.
Sabtu sore adalah waktu yang pas buat saya datang ke museum ini. Letaknya juga sangat strategis. Jadi gak perlu repot-repot mencari transportasi umum atau online. Tinggal berjalan kaki menuju arah Alun-Alun Kota Bima, kita sudah bisa melihat dari jauh bangunan dari Museum ASI Mbojo ini yang berada di sebelah timur dari Alun-Alun Kota Bima.
Sesampainya di depan pintu gerbang museum, saya melihat salah seorang penjaga di loket tiket masuk. Saya pun bertanya apakah museum Hari Sabtu buka untuk umum atau gak. Ternyata hari itu saya beruntung sekali. Museum dibuka sampai jam lima sore. Lihat jam tangan, waktu masih jam empat sore. Masih ada waktu satu jam untuk berkeliling di luar dan dalam bangunan museum.
Saya waktu itu membayar tiket masuk 2 ribu rupiah saja. Setelah mendapatkan ijin masuk, saya langsung berjalan ke sisi barat bangunan museum. Penampakan bangunan museumnya kece banget. Perpaduan antara bangunan Eropa dan Bima. Taman di sekitar bangunan museum juga cukup terawat. Jadi penasaran ingin melihat di dalam ada apa saja ya ?.
ASI Mbojo atau Istana Bima merupakan istana peninggalan Kesultanan Bima. Istana ini terletak di Jalan Sultan Ibrahim no.2, Kota Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. ASI Mbojo saat ini sudah beralih fungsi menjadi museum dan diberi nama Museum ASI Mbojo. Bangunannya masih terlihat anggun meskipun telah berumur ratusan tahun. Di masa lalu, bangunan ini gak hanya sebagai pusat pemerintahan saja melainkan sebagai kediaman serta lambang identitas sebuah bangsa. Dari beberapa artikel yang saya pernah baca, di istana ini bendera merah putih pertama kali dikibarkan di Bima.
ASI Mbojo dibangun pada abad ke-19. Tapi pada tahun 1927, bangunan aslinya dibongkar karena sudah gak layak lagi digunakan. So, dibangun bangunan istana yang lebih besar dari sebelumnya pada tahun 1930. Sultan Bima yang melaksanakan pembangunan istana ini yaitu Sultan Ibrahim dan Sultan Muhammad Salahudin.
Istana Bima merupakan bangunan yang bergaya campuran Mbojo dan Eropa. Perancangnya yaitu Rahatta, seorang arsitek kelahiran Kota Ambon yang sengaja didatangkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda ke Bima. Untuk dapat terselesaikan dengan segera, Rahatta dibantu oleh Bumi Jero Istana sampai selesai pada tahun 1929. Pembangunan dapat terselesaikan dalam waktu tiga tahun.
Istana ASI Mbojo merupakan bangunan permanen yang memiliki dua lantai. Arsitekturnya merupakan perpaduan arsitektur asli Bima dan Belanda. Pembangunan dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat. Untuk biaya pembangunan berasal dari anggaran belanja kesultanan. Bangunan istana diapit oleh dua pintu gerbang timur dan barat yang dijaga oleh pengawal kesultanan pada masa itu. Konsep dari bangunan itu hampir sama dengan bangunan istana lain di tanah air yang menghadap ke arah barat.
Apa saja ya ada di dalam bangunan museum ?. Saya pun berjalan memasuki museum. Terlihat di depan teras depan, ada sekelompok siswi yang sedang latihan tari. Saya kurang tau tarian apa, yang jelas dari musiknya yaitu tarian khas Bima. Gerakannya juga sangat bagus apalagi yang nari guys, hahaha
Gak terbuai melihat yang latihan menari, saya segera masuk ke dalam. Terlihat banyak sekali pajangan foto-foto di dinding ruangan. Foto-foto ini menceritakan perjalanan panjang masa kejayaan Kesultanan Bima di masa lalu. Di salah satu dinding terdapat nama-nama raja dan sultan pertama sampai terakhir yang menjabat tahun 1951.
Terlihat lantai dan dinding ruangan cukup terawat dan bersih sekali. Bener saja, memasuki area ruangan saya merasakan suasana yang berbeda yaitu hening dan sunyi. Namanya juga bangunan jaman dulu. Untungnya disini masih ada beberapa orang yang berada di dalam ruang. Jadi gak sendirian. Horor juga kalau jalan sendirian memasuki ruang per ruang. Ada beberapa kamar juga, salah satunya kamar Bung Karno yaitu Presiden RI yang pertama.
Saya hanya berdiri di depan pintu yang memang dibuka. Saya melihat ada beberapa perabotan yang masih terawat seperti tempat tidur dengan kelambunya, meja kerja kayu, lemari dan beberapa foto yang tergantung di beberapa sisi kamar. Dari beberapa artikel yang baca, dulu kalau presiden atau pejabat negara datang ke Bima. Menginapnya di Istana ASI Mbojo Bima.
Btw, sempat merinding juga kalau datang sendirian kesini. Disini saya gak menakut-nakuti siapapun, tapi yang saya rasakan kemarin demikian. Saran saja, kalau mau kesini ya bareng temen biar ada nemenin ngobrol. Sebenarnya disini ada tour guidenya yang menjelaskan sejarah ASI Mbojo tapi gak tau pas saya kesana gak ada salah satu petugas. Apa mungkin sudah sore kali ya ?. Jadi beberapa pegawai museum sudah pulang.
Setelah mengexplore lantai pertama museum ini, saya melanjutkan menaiki anak tangga yang terbuat dari kayu kokoh menuju lantai dua. Disini saya melihat beberapa peninggalan bersejarah yang disimpan. Seperti senjata, pakaian adat kerajaan Bima dan lain sebagainya. Di lantai ini lebih sunyi dan hening. Wah, kebayang kan sensasinya berada seorang diri di lantai dua. Mana ada patung-patung pula. Horor dikit sih, tapi Alhamdulillah gak terjadi apa-apa selama saya mengexplore museum ini.
Hari semakin sore, cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan juga semakin sedikit. Suasana juga sudah mulai lebih hening dari sebelumnya. Saatnya saya berjalan ke luar menuju pintu teras depan. Masih tampak para siswi yang sedang latihan tari. Saya pun gak lupa mendokumentasikannya.
Sebelum meninggalkan area museum, saya menyempatkan berkeliling di taman museum. Ada beberapa buah meriam yang masih terawat di depan museum. Tanaman juga sangat beragam. Rerumputan yang hijau dan rapi menggoda saya untuk duduk sejenak menikmati penampakan bangunan ASI Mbojo Bima yang sudah berubah fungsi menjadi museum. Saya membayangkan kehidupan jaman dulu di istana ini. Jauh dari kehidupan serba modern seperti sekarang.
Di seberang museum, tampak para warga yang sedang asyik bersantai di Lapangan Serasuba. Dulunya lapangan ini digunakan untuk latihan para prajurit atau tentara pada masa itu. Sekarang Serasuba difungsikan untuk tempat bermain, berolahraga dan bersantai warga Kota Bima dan sekitarnya. Disini juga kita gak khawatir kelaparan dan kehausan. Banyak sekali para penjual makanan dan minuman disini. Ada jual Gado-Gado Madura yang super enak itu lhoo disini. Kok jauh bener ya dari Madura ? Hehehe.
So, saya merasa senang bisa ke Museum ASI Mbojo Bima karena saya bisa belajar sejarah dari Kerajaan Bima pada masa lalu. Untuk kesannya sih agak sedikit serem buat saya pribadi saat berada di antara ruang di dalam museum. Bener-bener bangunan yang klasik nan anggun. Bukannya saya menakut-nakuti tapi memang benar rasanya agak sedikit merinding. Tapi namanya kita hidup berdampingan dengan makhluk lain di dunia ini. Jangan takut karena kita beda alam. Itu saja ! Asyiiik.
Over all, saya sangat mengagumi bangunan Museum ASI Mbojo Bima ini. Salut sama pemerintah setempat yang merawat dan menjaga cagar budaya yang menjadi saksi sejarah kejayaan Kerajaan Bima pada masa lalu.
Di penutup cerita mengexplore Museum ASI Mbojo, saya ingin mengingatkan kepada generasi muda bahwa janganlah lupa sama sejarah karena bangsa yang besar yaitu bangsa yang gak lupa dengan sejarahnya ! Asyiiik.
Oke itu dia sedikit cerita tentang Museum ASI Mbojo, untuk lebih lengkap dan jelasnya info tentang museum ini. Kalian bisa kunjungi website resmi dari Pemerintah Kab.Bima. Disana dijelaskan secara detail profil museum ini.
Penulis : Lazwardy Perdana Putra
0 comments:
Post a Comment