Hello guys !
Salam sehat buat kita semua. Di masa pandemi ini, bersepeda menjadi pilihan yang tepat bagi yang ingin melakukan aktifitas fisik. Semua kalangan bisa melakukan olahraga satu ini. Dari anak-anak sampai orang tua, bersepeda dengan sepeda masing-masing pastinya. Apalagi dengan teman-teman, pedekatean atau keluarga, bersepeda menjadi olahraga yang menyenangkan. Khususnya yang sedang dekat sama seseorang, boleh tuh dicoba ajak si doi bersepeda ke tempat yang kece sambil menunjukkan begitu seriusnya kita dengan si dia. Saya juga punya pengalaman dulu dengan si istri (pas itu masih pedekate). Eh, tau-taunya beneran jadi istri sekarang, Alhamdulillah. Boleh dicoba ya teman-teman,hehehe.
Akhir-akhir ini saya sering bersepeda lagi, baik sendirian maupun bareng teman-teman. Biasanya ngambil jalur yang soft, terkadang di beberapa kesempatan ngambil jalur yang lumayan buat seluruh badan dipijet sampai di rumah. Minggu lalu, tepatnya Hari Sabtu disaat libur kerja, saya bareng kedua teman kantor gowes ke luar kota. Jalur gowes kali ini cukup menantang. Bukannya karena tanjakan, tapi jalur ini cukup sepi dan konon katanya dulu sering terjadi pembekalan. Serem juga ya, tapi itu dulu. Beda dengan sekarang yang sudah lumayan banyak kendaraan yang lewat jalur ini.
Kita bertiga janjian kumpul di salah satu spot foto yang ada di pinggiran Kota Mataram, sebut saja Tebolak yang merupakan perbatasan antara Kota Mataram dengan Kab.Lombok Barat. Sekitar jam tujuh pagi kami bertiga sudah kumpul. Istirahat sejenak untuk minum dan mengatur nafas lagi. Lumayan ngayuh dari Ampenan sampai di Tebolak.
Kurang lebih 17 kilometer, jarak yang akan kami tempuh. Dengan sepeda kesayangan (si Geblek), Polygon Primer MTB Seri 4 menemani gowes saya kali ini. Sedangkan kedua teman saya sama-sama menggunakan Polygon Primer MTB seri ke-4. Hanya saja beda warna livery saja. Trio Polygon MTB nih, hehehe.
Dari Tebolak yang menjadi titik kumpul, kami mengayuh sepeda melewati jalur Desa Perampuan. Ini ketiga kalinya saya melalui jalur ini dengan bersepeda. Jadi sudah sedikit punya pengalaman menaklukkan jalur yang saya beri nama Jalur Cinta, Asyik. Kenapa ?. Karena dari sini dimulainya cerita cinta saya bersama si istri. Gowes kesorean, ujung-ujungnya pulang kemalaman. Untung gak ada apa-apa di jalan waktu itu. Kami berdua sampai rumah dengan selamat.
Kembali ke laptop !
Jujur, saya suka dengan jalur ini. Bukan karena punya kisah cinta, tapi pemandangannya yang kece. Melewati perkampungan, persawahan, perbukitan, sungai, jalur yang berkelok-kelok dan kondisi aspal yang cukup baik menurut saya. Udara pagi yang sangat sejuk menemani kami bertiga di sepanjang perjalanan.
Jalur yang dilewati antara lain Desa Perampuan, Bukit Pengsong yang terkenal dengan kerajaan monyetnya, Desa Taman Ayu, Pembangkit Listrik Tenaga Uap Jeranjang, Hutan Mangrove Lembar dan berbelok ke arah Pantai Cemara Lembar. Kondisi jalan cukup sepi. Hanya berpapasan dengan warga desa yang mulai beraktifitas dan truk pengangkut batu gunung dan pasir. Suka banget dengan jalanan sepi seperti ini. Bersepeda jadi gak perlu banyak gangguan oleh kendaraan pastinya.
Sedikit saran buat kalian yang ingin gowes melalui jalur ini, agar gak sendirian. Ajak banyak teman biar ramai dan mengurangi tindakan kejahatan. Sedia payung sebelum hujan. Biar merasa aman dan gowes jadi asyik dan nyaman.
Sinar matahari pagi terasa hangat di kulit ketika saya sudah berada di tengah perjalanan. Terlihat deretan perbukitan dan hijaunya persawahan. Jalur yang bisa dikatakan jalur alternatif buat kalian yang ingin ke Pelabuhan Lembar dari arah Ampenan atau Senggigi. Kalau pagi hingga sore jalur ini sangat kece, sedangkan malam bisa dibayangkan sendiri.
Menghabiskan setengah jam perjalanan, kami sudah tiba di pertigaan menuju Pantai Cemara Lembar. Belok kanan ke Pantai Cemara, sedangkan kalau belok kiri, kita akan menuju Pelabuhan Lembar. Setelah belok kanan, kami harus melewati jembatan kayu yang dari dulu sudah ada. Cukup kuat dan kokoh juga nih jembatan. Jembatan kayu ini bisa dilewati mobil lhoo. Untuk jalur sepeda dan motor terpisah dengan jalur mobil. Di kiri-kanan jembatan terlihat deretan tanaman bakau dan perahu-perahu yang sedang parkir di pinggir sungai.
Gak jauh lagi lokasi Pantai Cemara, titik finish gowes. Kondisi jalan disini masih berbatu krikil. Masih nyaman dilalui sepeda tanpa ada kendala. Finish, kami sudah sampai di Pantai Cemara. Suasana masih sepi oleh pengunjung. Warung-warung makanan sudah banyak yang buka. Asyik, bisa sarapan disini.
Cuaca cukup bersahabat, awan putih dengan setia bersama langit biru. Angin pantai yang sepoi-sepoi membuat perut saya sudah keroncongan. Maklum di rumah gak sempat makan, jadinya sampai di pantai cari menu sarapan yang pas di kantong dan perut.
Saya, Mas Zaki dan Mas Adrian duduk manis di sebuah lesehan warung. Salam sapa ibu penjual yang menawarkan menu sarapan ke kami. Sebelum menjawab, kami meminta tolong si ibu untuk foto kami bertiga dengan sepeda. Si ibu keliatannya gak canggung memfoto kami. Mungkin sudah terbiasa dimintai tolong foto kali ya sama pengunjung, hehehe.
Rasa capek hilang ketika melihat makanan warung, eh lihat pemandangan di Pantai Cemara maksudnya. Lumayan keringat membasahi baju. Habis gowes, mari kita sarapan sejenak. Kami bertiga kompak memesan mie goreng pakai telur. Sepeda sudah kompak, menu sarapan juga kompak. Apa-apa harus kompak dong. Next time, asyiknya ajak anak istri gowes bareng biar seru dan kompak.
Pantai Cemara merupakan salah satu spot yang banyak dikunjungi warga di sekitaran Lombok Barat. Lokasinya gak jauh dari Pelabuhan Lembar. Disini kita bisa melihat sunset dan hilir mudiknya kapal fery penyeberangan Lembar - Padangbai,Bali. Ada juga jalur baru yaitu penyeberangan Lembar-Surabaya dan Lembar - Banyuwangi.
Waktu yang pas datang kesini yaitu pagi hari dan menjelang senja tiba. Banyak warung-warung yang buka lapaknya dari pagi hingga malam disini. Pasir pantainya hitam dan bersih. Ombaknya gak terlalu besar dan aman untuk bermain air buat anak-anak.
Bakalan lama nih nongkrong disini. Menikmati mie goreng telur dan segelas kopi hangat sambil menikmati keindahan alam. Yang jelas rasa mie gorengnya tetap sama dengan mie goreng di rumah. Ngobrol ngalor ngidul, gak terasa sudah satu jam kami berada di Pantai Cemara. Saatnya balik ke rumah. Jalur yang dilalui masih sama seperti saat perginya. Di Jembatan kayu kami berhenti sejenak untuk melihat sekitar. Gak lupa fotoan biar bisa dishare di facebook dan instagram.
Sekitar jam sembilan kami melanjutkan perjalanan balik pulang ke rumah. Saat balik agak sedikit terik, tapi kami tetap menikmati mengayuh sepeda dengan senang hati. Biapun kulit menjadi agak terlihat hitam, tapi jiwa dan raga harus tetap sehat.
Ayo mulai dari sekarang kita rutin berolahraga apa saja. Bisa sepeda, lari, jalan santai atau apa saja yang positif !. Semoga di tengah pandemi Covid-19 yang belum reda ini, kita selalu diberikan kesehatan dan semangat untuk menjalankan kehidupan. Amin
Salam Sehat !
Penulis : Lazwardy Perdana Putra
cuma pernah sampai ke hutan mangrovenya aja, enggak sampai pantainya.
ReplyDeletewihh uenak iku mie goreng di pantai
Ternyata rasa indomie d pantai sama sprti d rmh mas broo hehehe
Delete