Saat pertama kali melihat beritanya di salah satu media sosial, rasanya pengen ikut nyobain kereta ini di hari Pak Jokowi meresmikan alat transportasi baru kebanggaan warga Jakarta, kebanggaan Indonesia juga yaitu Mass Rapid Transit atau Moda Raya Terpadu disingkat MRT. Keren kan namanya ?. Ya dong, Indonesia gitu. Peresmiannya tepat di tanggal 24 Maret 2019 lalu. Jadi gak perlu datang jauh-jauh ke Singapore atau Kuala Lumpur, Malaysia. Di Jakarta sudah ada MRT Jakarta.
Sayangnya saya bukan warga Jakarta yang setiap hari melihat gedung-gedung tinggi dan kemacetan ibukota. Saya orang kepulauan yang jauh dari ibukota. Membutuhkan dua sampai tiga hari menggunakan bus, kereta api atau kapal laut hingga sampai di Jakarta. Kalau pesawat lebih cepat lagi yaitu dua jam penerbangan.
Tapi, delapan bulan kemudian saya akhirnya ke Jakarta. Sudah lama saya menunggu kesempatan emas ini. Melihat ibukota sekarang ini membuat saya agak sedikit tenang dan lega. Kenapa ?. Mau kemana-mana sudah banyak moda transportasi yang tersedia. Ada TransJakarta, KRL, ojek online dan yang terbaru saat ini yaitu MRT. Jadi, misalkan dari Stasiun Manggarai menuju daerah Kemang sudah gak susah-susah naik Kopaja atau Bajaj lagi. Tinggal buka hp, klik google maps. Tinggal nyari dah lokasi shelter TransJakarta atau stasiun MRT (Gayeee loe bang bang).
Di awal kemunculannya, banyak sekali para vloger yang membuat konten khusus tentang MRT ini di chanel youtube mereka masing-masing. Sangat bermanfaat sih menurut saya, sekaligus buat mupeng (muka pengen). Manfaatnya, kita tahu cara naik MRT dari datang ke stasiun, cara beli tiket, nungguin MRT datang, naik ke dalam MRT, sampai turun di stasiun tujuan. Semuanya diulas secara hampir lengkap. Gak ada yang sempurna ya broo di dunia ini. Sempurna hanya milik Allah SWT saja (ceramah sedikit).
Oke, Hari ketiga di Jakarta, saya memesan ojek online untuk menjemput saya di penginapan sekitaran Kemang. Untuk penginapannya, nanti saya tulis di cerita selanjutnya (comming soon). Gak lama menunggu abang ojek datang, kami menuju arah Stasiun Haji Nawi yang jaraknya sekitar dua kilometer dari penginapan. Stasiun Haji Nawi ini merupakan salah satu stasiun khusus melayani MRT saja.
Perjalanan gak membutuhkan waktu yang lama. Sekitar sepuluh menitan saja, saya sudah sampai di pintu masuk stasiun. Penampilan Stasiun Haji Nawi keren sekali. Stasiunnya berupa jembatan layang gitu. Mirip Stasiun Gambir, Jakarta Pusat. Ada dua lantai, dimana untuk menuju lantai satu, kita harus menaiki tangga atau lift yang sudah disediakan. Di lantai satu, ada loket tiket tempat kita membeli tiket perjalanan MRT berbentuk kartu gitu. Ada dua jenis kartunya, single trip dan multi trip. Selain loket tiket, ada pusat informasi, ada toilet yang super kece dan bersih, ruang ibu menyusui, cafetaria dan ruang tunggu penumpang.
Setelah membeli tiket yang saat itu saya memilih beli single trip saja seharga 15 ribu ditambah perjalanan ke Bundaran HI sebesar 10 ribu. Jadi total yang saya bayarkan sebesar 25 ribu. Cukup terjangkau menurut saya. Selain membeli tiket single trip atau multi trip, ada juga pembelian melalui e-money. Kita tinggal melakukan transaksi pembelian melalui mesin e-money yang sudah tersedia. Katanya sih lebih cepat dan efisien, tapi saya belum pernah mencobanya.
Tiket sudah ditangan, saya pun lanjut naik ke lantai dua. Di lantai dualah merupakan tempat kita menunggu MRT yang datangnya setiap 5 sampai 10 menit. Cukup cepat, dimana saat jam sibuk yaitu jam berangkat kerja dan pulang kerja, MRT datangnya setiap 5 menit sekali.Woowww.
menunggu di Stasiun Haji Nawi
Kalau ditanya tujuan naik MRT mau kemana ?. Jawabannya, saya gak memiliki tujuan kemana-mana. Saya sengaja naik MRT Jakarta untuk jalan-jalan saja. Penasaran rasanya naik MRT Jakarta dari Lebak Bulus hingga Bundaran HI.
Gak hanya kita saja yang punya nama, MRT juga punya lhoo. Namanya Ratangga, yang berarti kereta perang. Diambil dara bahasa Sansekerta dan menurut saya namanya cocok dengan julukan MRT itu sendiri, cepat, tangguh, dan nyaman. Satu rangkaian MRT sendiri terdiri dari sepuluh hingga dua belas gerbong dan bisa memuat sekitar seribu sembilan ratus penumpang. Wawww, banyak sekali.
Untuk jalur MRT Jakarta sendiri, berawal dari Stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, Asean, Senayan, Istora Senayan, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran HI. Jalurnya pun dibagi menjadi dua. Jalur atas atau layang yang meliputi Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M dan Asean. Sedangkan jalur bawah tanah atau under ground meliputi Senayan, Istora, Setiabudi, Dukuh Atas sampai di Bundaran HI.
Dari informasinya, jalur tersebut merupakan jalur MRT Jakarta fase satu. Untuk fase kedua, akan diperpanjang sampai kawasan Ancol, Jakarta Utara. Apalagi nantinya ada fase ketiga juga dari Jakarta Timur sampai Jakarta Barat. Kita tunggu saja, perkembangan dari MRT Jakarta.
Menunggu MRT datang sambil jepret sana-sini. Maklumin saja, orang ndeso datang ke kota dan pertama kali naik kereta super kece. Perlu diperhatikan, ada beberapa aturan yang harus dipatuhi oleh setiap penumpang. Di setiap area pintu masuk ke dalam MRT, sudah ada rambu-rambu. Dimana sebelah kanan dan kiri ada garis dan tanda panah berwarna kuning. Itu artinya setiap penumpang yang akan memasuki kereta diharap berdiri disini. Sedangkan tanda panah atau area bergaris hijau, tandanya keluar masuknya penumpang.
Jadi, aturannya kita mempersilahkan penumpang untuk keluar terlebih dahulu. Lalu, setelah dirasa penumpang sudah keluar semua, barulah para penumpang lainnya boleh masuk ke dalam MRT. Bagi yang mengalami kecacatan atau disabilitas (difabel), diutamakan terlebih dahulu memasuki MRT. Tujuannya, agar menciptakan suasana tertib dan tenang. Budayakan hidup antri dan sabar ya guys !.
Gak lama menunggu, MRT yang akan menuju Bundaran HI dari arah Lebak Bulus sudah datang. Siap-siap masuk ke dalam MRT. Ada perasaan bahagia banget dan keluar katroknya. Mengikuti aturan masuk ke dalam MRT, ternyata penumpangnya masih sepi. Setelah pintu otomatis terbuka, saya dan penumpang lainnya segera masuk dan mencari tempat duduk yang paling pas. Saya duduk di samping pintu. Suasana di dalam MRT sudah ramai oleh para penumpang yang kebanyakan menggunakan pakaian olahraga. Baru ingat ada car free day di Bundaran HI. Saya tebak, pasti mereka kesana. Ada yang bawa sepeda lipat juga, kereen.
Suasana di dalam MRT sangat nyaman, wangi dan asyik menurut saya. Kalian bisa bayangin sendiri, gimana rasanya duduk manis di sebuah kursi MRT. Kursi MRT gak seperti kursi KRL atau kereta lokal dan jarak jauh. Kursi MRT berbahan plastik dan keras. Tujuannya agar mudah dibersihkan. Tapi tenang saja, meskipun kursinya keras, tetap kita merasa nyaman dan ukuran kursinya agak lebar. Mungkin yang sedang bisulan, bisa saja gak nyaman duduk di kursi ini. Saran saya, berdiri saja sambil memegang hand holder atau pegangan tangan yang menggantung (ribet amat nyebutnya,hahaha).
Lantainya juga bersih dan yang paling saya suka, di dalam kerata ada penjaganya. Jadi untuk orang yang akan berbuat kejahatan sangat minim sekali. Kita merasa aman, selain ada penjaganya, di dalam kereta juga terdapat cctv. Tapi tetap dimanapun, kita selalu berhati-hati dan jangan mengeluarkan barang berharga bila dirasa gak perlu.
Perjalanan dari Stasiun Haji Nawi ke Bundaran HI memakan waktu kurang 30 menit dengan kecepatan rata-rata 100 km/jam bahkan bisa lebih. Untuk jalur atas, bisa melaju sampai kecepatan 120 km/jam, sedangkan di jalur bawah tanah rata-rata 80 km/jam (nanya sama abang penjaganya).
Saat yang saya tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Setelah berhenti di Stasiun Asean, MRT segera melaju di jalur bawah tanah. Tadinya suasana di dalam kereta yang terang, berubah menjadi gelap. Hanya lampu di dalam MRT saja yang menyala. Hingga sampai di Stasiun Bundaran HI, MRT melaju di bawah tanah. Keren dan agak sedikit khawatir juga, maklum baru pertama kali.
suasana depo MRT di Stasiun Lebak Bulus
pintu masuk menuju Stasiun Senayan
Gak terasa sudah sampai di Stasiun Bundaran HI. Saya keluar kereta dan menyempatkan berkeliling di stasiun ini. Tampilan stasiun di bawah tanahnya keren abis. Gak nyangka, Indonesia mampu membuat fasilitas umum yang super canggih. Gak kalah dengan negara-negara lainnya, seperti Singapore atau Malaysia yang terlebih dahulu sudah memiliki MRT. Gimana tampilan stasiun bawah tanahnya ?. Langsung saja cobain moda transportasi terbaru milik Jakarta, milik kita semua. Saya sengaja gak menampilkan fotonya, biar kalian penasaran,hehehe.
Setelah keliling area Stasiun Bundaran HI, saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke arah sebaliknya. Kali ini saya ingin mencoba full trip yaitu dari Stasiun Bundaran HI ke Lebak Bulus. Berhubung jatah perjalanan sampai di Bundaran HI, saya mengisi saldo lagi di loket tiket. Untuk full trip kita dikenakan 9 ribu rupiah saja.
Kenapa gak langsung masuk ke kerata saja tanpa membeli tiket lagi, kan gak keluar stasiun juga ?. Sebenarnya sih bisa-bisa saja, tapi nanti kalau mau keluar stasiun, kartu yang kita pegang gak akan bisa terekam di mesin keluar. Artinya, harus turun di stasiun tujuan sebenarnya. Dibuat aturan semacam itu untuk menghindari kecurangan saat menggunakan MRT. Itu makanya setiap orang harus memiliki satu kartu baik single trip maupun multi trip.
Perjalanan dari Bundaran HI menuju Lebak Bulus memakan waktu 40 menit (menurut hitungan saya). Bener-bener cepat ini kereta. Gak kena macet dan sangat nyaman sekali. Dengan adanya moda transportasi semacam ini, harapan saya Jakarta bisa kurang macetnya dan buat yang tinggal atau kerja di ibukota dan sekitarnya, ayoo naik transportasi umum!. Kurang-kurangi deh naik kendaraan pribadi !. Enakan naik transportasi umum, lebih efektif dan efisien. Enak kan kalau Jakarta gak macet lagi, udara jadi bersih dan bebas dari polusi.
Itulah sedikit curhatan dari saya, naik MRT dari Haji Nawi ke Bundaran HI dan balik lagi ke Lebak Bulus. Ohya, MRT memiliki jalur dan stasiun tersendiri ya. Gak bareng dengan jalur KRL, kereta jarak jauh atau LRT yang baru-baru ini sudah dilaunching pengoperasiannya (masih tahap uji coba alias gratis).
Cerita naik MRT gak sampai situ saja, setelah turun di Lebak Bulus, saya lanjut lagi ke Blok M dan Senayan. Tapi cerita naik MRTnya saya cukupkan sampai disini, soalnya mau lanjut nulis cerita jalan-jalan di Blok M. Mau tau apa sih cerita saya selanjutnya di Blok M ?. Harap bersabar, hehehe.
Kalimat terakhir penutup cerita kali ini, "Akhirnya saya sudah naik MRT Jakarta di akhir tahun 2019 ini". Gimana di tahun 2020 ?. Target, bisa naik LRT juga. Amiin.
Penulis : Lazwardy Perdana Putra
huaaa seru sekali cerita tentang MRT nya
ReplyDeletesemoga transportasi umum di Indo makin maju dan tentunya nyaman
Seru banget. Aplagi skrg d Jakarya udh ada LRT. Ayoo mas qta ngblog bareng 😊😊😊
Deletepernah sekali nyoba mrt di jakarta dan emang mantap, sayangnya di surabaya blm ada....
ReplyDeletedoain surabaya jg ada. Rayu Ibu Risma buat bangun MRT, hehehe
Delete