Wednesday, 16 October 2019

Mendaki di Tengah Dinginnya Kawah Ijen


Mengenal pertama kali Banyuwangi yaitu tentang pendakian ke Kawah Ijennya. Sudah lama saya menginginkan traveling ke Banyuwangi dan mencoba sensasi mendaki ke Kawah Ijen. Dari menonton video salah seorang youtuber yang bercerita pengalamannya mendaki ke Kawah Ijen. Buka-buka artikel kisah petualangan travel blogger menembus dinginnya Puncak Kawah Ijen. Semua informasi tentang tempat ini saya pelajari untuk bekal bila suatu saat nanti dapat traveling ke Banyuwangi.

Beberapa tahun bersabar, akhirnya doa saya terkabulkan. Gak disengaja, saya bertemu dengan seorang wanita yang sangat saya cintai dan sayangi. Dia berasal dari tanah Blambangan alias Banyuwangi. Kami berdua memutuskan untuk menikah. Saat libur lebaran tahun ini, kami berdua traveling ke Banyuwangi bersama keluaga besar. Banyak destinasi yang sudah kami explore, antara lain De Jawatan Benculuk, Kampung Kali Lo, Pantai Boom, dan Taman Nasional Baluran.

Meskipun sudah ke beberapa destinasi wisata di Banyuwangi, rasanya masih ada yang kurang.  Ibarat minum es kopi, tapi lupa bayar. Itu namaya kurang duit, hahaha (pengalaman pribadi). Kebetulan menyisakan satu hari lagi sebelum balik ke Pulau Lombok, gak lengkap rasanya kalau belum ke Kawah Ijen. Gak ada persiapan yang lebih. Hanya menyiapkan jaket hangat, baju ganti, sarung tangan, topi, senter, sepatu dan isi perut pastinya.

Saat itu yang berangkat ke Kawah Ijen berjumlah tiga belas orang termasuk saya, istri dan adek-adek. Kerennya lagi, bapak mertua juga ikutan. Kata beliau pengen melihat blue fire yang kata mbah google, ada dua di dunia. Salah satunya ada di Kawah Ijen, Banyuwangi. Gak mau membuang kesempatan dong, mumpung lagi di Banyuwangi.

"Jangan ngaku sudah ke Banyuwangi jika belum ke Kawah Ijen !", kata orang Banyuwangi mah gitu. 

Kali ini yang menjadi pemimpin perjalanan yaitu Si Riki, adek sepupu istri. Kebetulan dia bersama teman-temannya sudah sering naik turun Kawah Ijen. Sedangkan saya, istri, adek-adek dan bapak mertua belum pernah ke Kawah Ijen. Hanya tau Kawah Ijen dari sosial media saja.

foto eksis dulu sebelum mendaki

suasana saat mengantri tiket mendaki

suasana pada malam hari saat pendakian

Setelah diputuskan secara matang, kami mulai berangkat dari rumah sekitar jam sebelas malam. Jarak dari rumah di Rogojampi ke Paltuding, memakan waktu satu jam perjalanan. Kami semua menggunakan sepeda motor berjalan beriringan. Gak lupa mengecek kondisi kendaraan dari ban, rem, lampu penerang dan bahan bakar pastinya.

Suasana di perjalanan menuju Paltuding cukup sepi karena sudah beranjak tengah malam. Sesekali bertemu dengan rombongan lain yang barengan menuju arah yang sama, Kawah Ijen. Sebelum memasuki hutan cemara di Paltuding, kami sudah sampai di salah satu pos pemberhentian. Bagi yang akan melanjutkan perjalanan ke Kawah Ijen harus melapor di pos ini dulu. Disini kami dikenakan biaya sukarela per orangnya. Pos ini berfungsi untuk mendata tamu yang akan ke Kawah Ijen.

Bapak-bapak pejaganya ramah sekali kepada pengunjung. Saya sempat ngobrol-ngobrol sebentar sambil beristirahat sejenak. Saya melihat di daftar buku tamuanya, jumlah pengunjung yang lewat sini sudah lebih dari seribu orang. Saya tanya-tanya, mereka semua akan mendaki Kawah Ijen. Gak kebayang di Puncak Ijen nanti bertemu dengan ribuan pendaki yang datang dari berbagai daerah. Di pos pemberhentian ini juga ada fasilitas kamar kecil yang dapat digunakan oleh para pengunjung.  Gratis kok !. Ada juga para pedagang topi kupluk dan shall untuk menghindari dinginnya suhu di Kawah Ijen. Harganya lumayan murah dan bisa ditawar pastinya.

Setelah beristirahat sejenak, kami melanjutkan perjalanan ke Paltuding. Jadi Paltuding ini merupakan pintu gerbang untuk memulai pendakian ke Kawah Ijen. Sepanjang perjalanan menuju Paltuding, kami melewati hutan dan perbukitan. Sayangnya malam, jadi gak terlihat apa-apa. Katanya kalau lewat sini pada pagi hari, pemandangan hutan cemaranya kece sekali.

Sekitar lima belas menit dari pos pemberhentian, kami sudah sampai di area parkir Paltuding. Suasana sangat ramai melihat banyak rombongan yang bersiap-siap mendaki. Ada juga yang lagi berkumpul mengelilingi api unggun. Ada juga yang lagi tidur nyenyak di dalam tenda. Saya dan rombongan memutuskan untuk beristirahat di sebuah warung makan. Disini kita bisa makan-makan dulu. Pesen mie rebus, bakso, nasi goreng dan minuman hangat, lengkap disini. Mau tiduran juga boleh. Di dalam warung ada sebuah ranjang yang bisa digunakan untuk beristirahat buat pengunjung.

Suhu disini sangat dingin. Lebih dingin dari suhu di pos pemberhentian tadi. Cek aplikasi suhu di handphone, ternyata suhunya mencapai 10 hingga 8 derajat celcius. Saking dinginnya bila berbicara, uap-uap putih dari mulut akan terlihat. Keren sih, sama seperti di drama Korea. Kalau mereka berbicara, uap putih dari mulutnya terlihat. "Sangarange" (sambil berhembus ala-ala Dong Hae).

Kendaraan sudah terparkir dengan aman. Saatnya beristirahat sejenak, mengumpulkan tenaga untuk bekal mendaki yang katanya susah-susah gampang. Disini kita gak boleh meremehkan apapun. Belajar dari orang-orang yang sudah berpengalaman mendaki disini. Jadi semua aturan dan hal-hal yang penting harus diikuti dan gak boleh dilanggar.

Waktu mendaki sekitar satu jam lagi. Aturan mendaki ke Kawah Ijen dimulai dari jam satu pagi. Sebelum waktu itu, para pendaki gak diijinkan untuk memulai pendakian agar terhindar dari hal-hal yang gak diinginkan. Loket tiket juga dibuka jam satu pagi. Kebetulan saat itu kondisinya sangat ramai. Jadi, loket tiket dibuka agak pagian untuk menghindari antrian yang sangat panjang.

Salah satu teman kami, ditugaskan untuk mengantri di depan loket. Cukup panjang juga antriannya. Beberapa menit kemudian, tiket untuk lima belas orang sudah ditangan. Harga tiket masuk untuk satu orangnya yaitu 7500 rupiah. Itu sudah termasuk biaya pendakian. Sebelum mendaki mari cek-cek lagi kebutuhan yang diperlukan. Jangan sampai ada yang lupa. Berdoa agar diberi kelancaran dan kemudahan dalam perjalanan.

Waktu menunjukkan hampir jam satu pagi. Kami sudah berada di tengah-tengah ribuan pendaki. Saya hanya bisa melemparkan senyuman ke istri, begitu pula si doi yang dengan riangnya akan mendaki. Bapak mertua juga gak kalah sigap. Jaket hangat, sarung tangan, dan topi kupluk sudah melekat di badan. Kita semua sudah siap menuju Kawah Ijen.

Welcome to Blue Fire !

Petugas memperbolehkan kami semua untuk memulai pendakian. Suara sorak-sorai ribuan pendaki terdengar jelas. Kami gak sendirian, banyak teman disini. Saya memegang tangan istri terus berjalan di tengah gelapnya malam. Ribuan sinar senter terlihat seperti rombongan kunang-kunang yang terbang kesana-kemari.

Kondisi jalurnya sementara ini cukup aman menurut saya. Jalan tanah dan agak lebar. Di awal perjalanan, jalurnya gak terlalu menanjak. Setelah setengah jam perjalanan, jalurnya sudah mulai menanjak, bahkan kemiringannya sekitar empat puluh lima derajat. Di beberapa titik, kondisi jalurnya cukup curam. Kita harus berhati-hati saat melangkah. Sedikit salah, kaki bisa terperosok ke jurang yang lumayan dalam.

Berhubung sudah lama sekali gak mendaki, nafas sempat ngos-ngosan. Keringat bercucuran di tengah malam. Pengalaman pertama saya mendaki ke Kawah Ijen membuat cerita agak berbeda dari pendakian-pendakian sebelumnya. Si doi lumayan kuat juga, maklum anak Pramuka. Tapi sempat di beberapa titik peristirahatan, kami berhenti sejenak untuk mengatur nafas. Lumayan juga nih gunung, meskipun kondisi jalurnya bagus tapi tanjakkannya itu membuat agak PHPin (pemberi harapan palsu). Terlihat dari jauh sebentar lagi sampai, nyatanya jaraknya masih jauh.

Uniknya di pendakian Gunung Ijen ini ada taksi ojeknya. Bagi pengunjung yang gak kuat jalan, bisa menggunakan taksi ojek ini. Biaya yang harus kita keluarkan untuk naik ke Kawah Ijen saja sebesar 500 - 700 ribu per orang. Sedangkan untuk turunnya bisa dinego. Bentuk taksi ojeknya bukan seperti sepeda motor, mobil atau kendaraan bermesin. Tapi bentuknya seperti kereta dorong membawa barang.

Dimana saat mendaki dibutuhkan tiga tenaga manusia. Dua orang bertugas untuk menarik, sedangkan satu orangnya mendorong dari belakang. Bila saat turun, satu orang bertugas menarik dan mengerem dan dua orangnya bertugas untuk mendorong dari belakang. Jangan khawatir, kereta dorongnya sudah dilengkap dengan tempat duduk yang empuk dan jangan takut terjatuh. Para pengemudi taksi ojeknya sudah profesional.





Kurang lebih memakan waktu dua jam perjalanan dan menempuh jarak 3,4 kilometer, akhirnya kami tiba di atas Kawah Ijen. Rasa lelah mendaki hilang seketika ketika melihat banyak pendaki yang berkumpul menyaksikan blue fire. Saat itu blue firenya gak terlalu banyak terlihat. Tapi kami masih diberikan rezeki untuk melihatnya. Api biru yang dihasilkan dari proses reaksi gas bumi ketika bertemu dengan oksigen pada tekanan tertentu. Hasil dari reaksi inilah yang menghasilkan api berwarna biru.

Menurut informasi yang kami dapat dari salah satu penjaga Kawah Ijen, sehari sebelum kami mendaki telah terjadi erupsi Gunung Ijen. Jadi semua orang dilarang mendekati kawah. Begitu juga dengan para penambang belerang, dilarang beraktifitas untuk sementara waktu. Gunung Ijen masih termasuk gunung berapi yang aktif. Jadi suatu waktu bisa erupsi dan mengeluarkan gas yang sangat berbahaya.

Sayang ya, saat itu kami gak diijinkan untuk turun ke bawah kawah. Padahal saya dan istri pengen banget melihat secara dekat blue fire yang sungguh indah dan hanya ada dua di dunia. Untuk foto-foto blue firenya mohon maaf gak ada dikarenakan kualitas kamera yang pas-pasan. Untuk turun juga gak diperbolehkan. Jadi, hanya bisa menikmati dengan kedua mata sendiri saja. Mohon maaf sekali lagi. 

Waktu menunjukkan jam setengah lima subuh, suhu udara semakin dingin. Lebih dingin dari di Paltuding tadi. Jaket tebal yang saya gunakan pun tembus oleh dinginnya pagi itu. Bibir terasa tebal, tangan yang sudah dilapisi sarung tangan pun ikut menggigil. Gak hanya saya seorang yang mengalami hal seperti itu, hampir semua pendaki mengalaminya. Sempat khawatir ada yang terkena hipotermia, tapi kekhawatiran tersebut ditepis dengan kondisi rombongan sehat semua. Meskipun dingin melanda, kami tertawa sangat riang. Canda gurau pun tiada henti-hentinya.

Gak lama kemudian di sebelah timur, terlihat warna keemasan. Gak lama lagi, sang fajar akan bangun dari tempat tidurnya. Pemandangan yang luar biasa, melihat sunrise dan kita berada di atas awan. Awan putih menyambut pagi dengan keindahannya. Sekali lagi, rasa lelah hilang seketika ketika melihat di sebelah timur lautan awan putih dan di sebelah barat  Kawah Ijen yang sudah tampak jelas.




foto bareng dengan Mr.bule dari Australia

Langit sudah terang, tapi dingin yang gak wajar masih menyelimuti tubuh. Suhu saat itu mencapai 8 derajat celcius. Apa ini namanya cuaca ekstrim ?. Menggigil gak henti-hentinya. Bibir terlihat biru, wajah pucat seperti mayat hidup. Alhamdulillah, kami masih diberikan kekuatan di tengah dinginnya Kawah Ijen.

Hanya berharap terkena hangatnya sinar mentari pagi yang bisa mengurangi dingin yang menyelimuti tubuh ini. Ribuan pendaki terlihat berjalan di sepanjang bibir kawah. Dari anak kecil hingga orang tua ada disini. Jadi kebayang punya anak kelak, pasti saya bareng istri bawa si dedek traveling kemana saja.

Sungguh pemandangan yang luar biasa. Melihat Kawah Ijen yang berwarna hijau toska secara langsung. Asap putih beracun yang mengepul dari celah-celah bebatuan belerang menambah kecantik an dari Kawah Ijen. Dari berbagai posisi kita berada, Kawah Ijen tetap selalu mempesona. Seperti mimpi bisa sampai disini. Gak nyangka sebelumnya bisa benar-benar bertemu dengan Kawah Ijen.

Dari penampakan di foto dan aslinya, sama-sama kece. Gak ada yang berbeda antara di foto dengan aslinya. Keindahan surga dunia yang Allah SWT ciptakan untuk selalu kita syukuri dan menambah keimanan kita kepada Sang Pencipta.




Setelah puas berfoto-foto saatnya kita kembali turun ke Paltuding. Hari sudah beranjak siang, sekitar jam delapan pagi kami semua balik turun. Para pendaki lainnya pun banyak yang turun juga. Jalur yang kami lewati semalam ternyata pemandangannya begitu indah. Dari kejauhan kita bisa melihat Kawah Wurung yang hijau. Kawah Wurung sendiri berada di Kabupaten Bondowoso. Jadi, Kawah Ijen berada di perbatasan antara Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso.

Di sebelah Kawah Wurung, dengan begitu megahnya kita bisa melihat Gunung Raung. Gunung favorit bagi para pendaki dengan memiliki jalur yang begitu curam tapi banyak pendaki yang tertantang untuk menaklukkan gunung ini hingga puncak.

Untuk saat ini saya cukup menaklukkan Kawah Ijen dan hati istri saja dulu, asyiik. Kawah Ijen dengan ketinggian 2799 Mdpl berhasil saya capai dan sangat puas sekali. Puncak gunung tertinggi yang saya capai sepanjang hidup saya.




Destinasi wisata Banyuwangi saat ini sangat menggiurkan seperti De Djawatan Benculuk, Taman Nasional Baluran, Pantai Pulau Merah, Pulau Menjangan, dan yang paling favorit saat ini yaitu Kawah Ijen. Untuk menuju Banyuwangi bisa menggunakan pesawat, kereta api, bus dan jalur laut. Gak butuh modal besar untuk berlibur ke Banyuwangi. Dengan budget pas-pasan juga bisa traveling ke Banyuwangi. Percaya gak ?

Apalagi banyak paket promo dari beberapa aplikasi travel yang ada. Ambil contoh saja, traveloka. Saya sudah beberapa kali menggunakan aplikasi ini untuk memesan hotel, tiket pesawat, kereta api dan travel agent. Sejauh ini traveloka masih menjadi favorit buat saya.

Harga promonya pun lumayan murah dan terjangkau. Dengan kemudahan tersebut, bisa didapat bila kita menggunakan paket wisata Traveloka Xperience. Segala kebutuhan yang kita inginkan, tersedia di aplikasi Traveloka.

Bila kita ingin berlibur ke Banyuwangi apalagi ke tempat yang keren-keren seperti Kawah Ijen, ada beberapa paket yang ditawarkan.




Salah satunya paket 1 Hari Tour ke Kawah Ijen. Banyak kemudahan yang bisa kita dapat. Dengan harga 192 ribu per orang, kita sudah bisa mengexplore Kawah Ijen.

#XperienceSeru kalian baik bareng kekasih, keluarga ataupun sahabat, bisa merubah mimpi menjadi kenyataan. Dengan paket tour 1 hari ke Kawah Ijen, membuat cerita perjalanan kalian mendaki Kawah Ijen menjadi berkesan.



foto pasca wedding dulu 

Kemudahan lainnya yang didapat dari Traveloka Xperience kita yang memiliki budget pas-pasan gak perlu gigit jari dengan perkataan orang kalau ke Banyuwangi itu mahal. Tenang, segala macam kegalauan kalian akan diselesaikan oleh Traveloka Xperience. Segalanya menjadi lebih mudah, jelas dan sesuai budget pastinya.

Gimana buat kalian yang sudah membaca cerita saya berjuang di tengah dinginnya suhu Kawah Ijen ?. Bila tertarik ke Banyuwangi, bisa menggunakan Traveloka Xperience. Jadi tunggu apalagi, yuuk wujudkan keinginan kalian untuk berlibur bersama Traveloka Xperience. Banyak paket liburan ke Banyuwangi yang bisa kalian dapatkan #XperienceSeru.

Penasaran, yuk langsung download aplikasi traveloka di handphone kalian terus pilih Traveloka Xperience. Disana banyak paket wisata ke destinasi yang ada di Banyuwangi. Dijamin gak nyesel. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

20 comments:

  1. Asyik banget ni tripnya.
    Koleksi foto tripnya juga kewl.

    Semoga nanti bisa punya trip seasyik ini. Aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayoo bun.. Bareng keluarga lebih asyik.. Apalagi sama2 suka explore hahaha

      Delete
  2. huaaa jadi kangen ijeeeen. kangen dinginnya, haha

    dulu pas aku ke ijen gak serame itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ijen skrg rame.. Pngen jg ksana lg.skalian ke Kawah Wurung nantinya hehehe

      Delete
  3. Walau dingin bikin beku, tapi pemandangan nya bikin kangen pingin datang kesana lagi 🤗

    ReplyDelete
    Replies
    1. Harus dong.. dengan tambahan personil junior ya yank 😂

      Delete
    2. Amiiin... syg. udah gak sabar jadinya hahahahaha

      Delete
  4. Aku ke Ijen sudah 2015 yang lalu 😂 setah itu belum kembali ke sana

    ReplyDelete
  5. Kalo saya ke Ijen masih berupa rencana Mulu hahah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo direalisasikan.. Sya jg pngen balik k Kawah Ijen lg suatu saat nanti :)

      Delete
  6. asli gak nyangka di atas malah ramai yah... dah jadi wisata populer yah meski untuk naik lumayan berat medannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya ramai skali.. Meskipun berat, harus dicoba bang :)

      Delete
  7. Ada ojek becak juga ya di dataran tinggi kayak gitu

    ReplyDelete
  8. Ada ojek becak juga ya di dataran tinggi kayak gitu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada bang. Bagi yg gak kuat jalan sampe puncak ato kawah

      Delete