Gak terasa sudah seminggu saya di Banyuwangi. Dua hari yang lalu saya bareng keluarga di Banyuwangi melaksanakan Hari Raya Idul Fitri 1940 H. Suasana berlebaran di Banyuwangi bareng istri dan keluarga sungguh menyenangkan. Gak kalah ramainya dengan berlebaran di Pulau Lombok. Pagi-pagi sudah bersiap diri menuju masjid untuk melaksanakan Shalat Ied. Setelah itu ngumpul bersama keluarga di rumah mbah. Bersalam-salaman, makan jajan lebaran, gak lupa makan opor ayam dengan ketupat pastinya.
Berhubung di tahun ini saya gak berlebaran bareng papa mama dan adek-adek di Lombok. Dengan video call rasa rindu sudah bisa terobati. Habis berlebaran ada sisa dua hari untuk mengexplore Banyuwangi sebelum balik ke Lombok.
Ada dua destinasi yang belum diexplore. Setelah berdiskusi dengan istri dan adek-adek, akhirnya diputuskan jalan-jalan ke Taman Nasional Baluran. Segera saya cek google maps untuk melihat seberapa jauh jarak dan waktu yang akan ditempuh dari rumah mbah. Di layar handphone tertera 2 jam perjalanan. Oke, gak terlalu jauh. Saya bareng istri segera menyiapkan segala keperluan yang akan dibawa. Kamera dan topi adalah barang yang wajib dibawa. Kalian tau sendiri di lokasi pasti panas banget karena sudah memasuki musim kemarau.
Habis shalat dzuhur kami berangkat menuju TN Baluran. Perjalanan siang itu cukup ramai karena masih suasana lebaran. Memasuki Kota Banyuwangi kami dihadapkan oleh namanya macet ibukota. Macetnya sih gak parah-parah amat, masalahnya yaitu panasnya. Setelah keluar Kota Banyuwangi kami menuju arah Pelabuhan Ketapang dan Kabupaten Situbondo.
TN Baluran gak seketika ada tiba-tiba tanpa adanya catatan sejarahnya. Baluran sendiri berasal dari nama sebuah gunung yang bernama Gunung Baluran. Lokasinya ada di kawasan TN Baluran. TN Baluran diresmikan pada tahun 1980 oleh Menteri Pertanian. Jauh sebelumnya TN Baluran sudah beberapa kali berganti status. Pada tahun 1930 oleh direktur Kebun Raya Bogor, KW Damerman mengusulkan Baluran berstatus hutan lindung. Sejak ditetapkan sebagai hutan lindung, perburuan mulai dilarang. Selanjutnya Baluran berubah menjadi suaka margasatwa pada tahun 1937 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan pada tahun 1962 oleh Menteri Pertanian dan Agraria. Sejak tahun 1980 hingga sekarang TN Baluran sudah gak lagi mengalami perubahan status.
Lokasi TN Baluran berbatasan langsung dengan Kabupaten Situbondo. Jauh juga ya ternyata kalau dipikir-pikir. Dari Pelabuhan Ketapang hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam, kami sudah sampai di pintu masuk TN Baluran yang berada di sebelah kanan apabila kita dari Pelabuhan Ketapang.
Semua kendaraan harus berhenti disini untuk membeli tiket. Untuk hari biasa para pengunjung dikenakan tarif sebesar 16 ribu per orang (domestik). Sedangkan saat weekend dikenakan tarif sebesar 18,5 ribu per orang (domestik). Untuk mancanegara dikenakan biaya masuk 165 ribu per orang pada hari biasa, sedangkan weekend 240 ribu per orang. Lebih jelasnya bisa diliat foto di atas.
Di lokasi loket tiket kami lumayan dapat istirahat sebentar karena masih ngantri. Lumayan ramai juga pengunjung yang datang ke TN Baluran hari itu. Diliat sih nomor kendaraan mereka bervariasi, tapi kebanyakan kendaraan dari Jakarta dan Jogya.
Sedikit bercerita, jadi jauh hari sebelum ke TN Baluran, saya sempat baca-baca pengalaman para blogger yang sudah kesini. Kebanyakan dari cerita mereka yaitu jalan dari pintu masuk ke lokasi padang savananya yang disebut Bengkol dan pantainya bernama Pantai Bama, jalannya rusak parah dan banyak monyetnya. Butuh satu sampai dua jam perjalanan hingga sampai di tujuan dari pintu masuk. Cukup ngeri juga membayangkan mereka saat datang kesini. Tapi itu di tahun-tahun sebelumnya. Apakah kami mengalami cerita yang sama ?. Yuuk kita lanjutkan ceritanya !!!.
Setelah kami membeli tiket, saya bareng istri yang menggunakan motor jalan duluan untuk mengecek kondisi jalannya. Sedangkan keluarga lainnya menggunakan mobil jeep putih berada di belakang kami berdua. Sepanjang jalan, kami gak menemukan jalan tanah berbatu yang diceritakan para blogger yang sudah kesini. Jalannya sudah beraspal hotmix dan terlihat masih mulus. Ternyata kami beruntung pemirsa (pasang muka senyum).
Kurang lebih dua belas kilometer dari lokasi pintu masuk, kami sudah sampai di Savana Bengkol. Setelah dihitung-hitung, hanya setengah jam kami menghabiskan waktu hingga sampai di lokasi. Perjalanan dari loket tiket sampai di Savana Bengkol sungguh kece. Jalan aspal yang berkelok-kelok menembus hutan belantara. Sesampainya di Savana Bengkol, rasa takjub dengan suasana yang ada di hadapan saya. Padang savananya luas sekali. Apalagi di bagian barat, ada sebuah gunung yang bernama Gunung Baluran.
Saat musim kemarau seperti sekarang ini, padang savananya kering. Rerumputan dan pepohonan mulai menguning. Debu bertebaran dimana-mana. Saya merasakan kami sedang berada di padang savana di Afrika. Memang bener adanya, TN Baluran dijuluki Africa Van Java (Afrika di Tanah Jawa).
Berhubung di Savana Bengkol cukup ramai oleh para pengunjung, kami memutuskan menuju ke Pantai Bama terlebih dahulu. Pantai Bama terletak di paling ujung timur dari kawasan savana ini. Jaraknya pun gak terlalu jauh. Setibanya di pintu masuk menuju Pantai Bama, pemandangan yang saya lihat yaitu puluhan mobil sudah terparkir. Ternyata disini lebih ramai lagi. Karena penasaran, kami cepat-cepat menuju pantainya.
Pantai Bama sendiri memiliki pasir putih, ombak yang tenang, air pantainya yang berwarna gradasi hijau biru dan di sebelah utara, merupakan kawasan mangrove. Sejauh ini cukup keren dan pas banget dijadikan tempat bersantai setelah berpanas-panasan di Savana Bengkol.
Ada kejadian yang gak mengenakkan yang kami alami disini. Ingin bersantai-santai di pinggir pantai, tapi kami terganggu oleh kehadiran para pasukan monyet. Gak hanya satu dua jumlahnya, tapi puluhan ekor. Namanya juga pasukan, pasti lebih dari lima ekor. Namanya pasukan kalau gak ada bosnya. Tapi saya gak berhasil menebak bosnya yang mana. Rata-rata ukurannya besar semua. Pasukan monyetnya agresif dan siap menyerbu bila mereka melihat tas keresek yang isinya makanan. Kita buka satu bungkus makanan saja, salah satu dari mereka langsung mendekat.
Sempat saya pancing mereka. Saat itu saya sengaja makan pisang rebus. Dari kejauhan mereka langsung mendekat. Yang saya gak sangka-sangka, ada yang menyerang dari atas pohon. Gila, kami diserbu. Mau berubah jadi Ironman atau Spiderman sudah gak sempat. Akhirnya saling tarik-tarikan tas keresek makanan sama mereka. Gak hanya tas kresek saja, tapi tas ransel yang kita bawa juga mereka coba buka. Baru kali ini saya melihat kebrutalan dan kenakalan pasukan monyet. Mereka gak segan-segan menyerang manusia yang membawa makanan.
Kalau di Pura Uluwatu Bali, monyetnya seneng mengambil barang pribadi yang kita bawa seperti kacamata atau handphone. Kalau di Pantai Bama ini, monyetnya kelaperan kali yaak. Sukanya ngambil makanan dan gak doyan ngambil kacamata atau handphone. Apalagi mengambil hati kita. Mereka mana doyan. Kerennya lagi, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri kalau monyet jaman sekarang sukanya makan ayam KFC. Kebanyakan doyan makan snack dan cemilan cokelat gitu. Udah gak jaman makan pisang,kacang atau biji-bijian. Jadi teringat film The Planet of Apes, dimana monyet sudah mulai cerdas dan bisa berperang melawan manusia (mulai berkhayal pemirsa).
Saat itu kami sangat terganggu sekali. Gak hanya kami saja, pengunjung lain juga ikut terganggu. Akhirnya kami pindah lokasi yang keliatannya jauh lebih nyaman dan aman dari pasukan monyet. Disini saya mencoba mengambil beberapa foto buat dibawa pulang. Satu persatu kami berfoto eksis. Ada gili pasir berukuran kecil di tengah lautan yang jaraknya gak begitu jauh dari bibir pantai. Pantai Bama menurut saya lumayan oke. Meskipun standar pantai buat saya agak lebih tinggi. Bagusnya disini, pantainya berupa hutan mangrove dan ombaknya gak begitu besar. Cocok buat berenang. Apalagi warna gradasi hijau biru dari air pantainya membuat saya tergoda untuk berenang.
Semakin sore, para pengunjung yang dari Bengkol mulai berdatangan ke Pantai Bama. Suasana pantai semakin ramai sama seperti ramainya pasukan monyet. Waktu menunjukkan jam empat sore. Kami memutuskan balik ke Savana Bengkol.
Sepanjang perjalanan balik ke Bengkol, suasana mulai macet. Para pengunjung banyak memarkirkan mobil mereka di pinggir jalan yang gak terlalu lebar. Savana Bengkol sangat gersang sekali. Meskipun panas dan gersang, saya gak mau rugi dong datang jauh-jauh dari Lombok kalau gak fotoan disini. Keluarga juga gak mau ketinggalan. Akhirnya kita semua fotoan di Savana Bengkol berlatarbelakang Gunung Baluran.
Sebuah keberuntungan saat pertama kali kami kesini. Kami bisa bertemu dengan kawanan rusa bertanduk. Suatu pemandangan yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Secara langsung saya bisa melihat puluhan rusa jalan bergerombolan menyeberangi jalan raya TN Baluran. Mobil-mobil yang sedang berjalan, berhenti mendadak menunggu kawanan rusa menyeberang jalan. Pemandangan yang kece.
Sayangnya, kami gak melihat kerbau dan banteng. Katanya disini ada mereka, tapi entah kenapa mereka gak muncul. Apa jangan-jangan karena panas dan gersang, jadinya mereka enggan eksis di hadapan ribuan pengunjung TN Baluran.
Setelah mendapatkan foto-foto kece, kami memutuskan balik ke Rogojampi, Banyuwangi. Saat akan pulang, lagi-lagi kami diganggu oleh pasukan monyet. Salah satu monyet berusaha masuk ke dalam mobil keluarga untuk mengambil sesuatu. Untung saja, banyak yang mengusirnya. Tapi gak mempan diusir. Mereka tambah garang dan melawan. Akhirnya salah seorang pengunjung melemparinya kacang goreng. Baru mereka menjauh dari mobil.
Di Savana Bengkol, jumlah monyet gak kalah dengan di Pantai Bama. Saya melihat banyak makanan dan minuman para pengunjung yang diambil oleh mereka. Usilnya lagi, mereka mencoba masuk ke dalam mobil untuk mencari makanan. Mereka laper banget atau doyan ambil makanan yaak ?. Dasar monyet rakus, kerjaan kalian makan saja. Kerja wooi Kerja !!!.
So, saran saya ketika akan ke TN Baluran, usahakan barang pribadi dan makanan kalian disimpan di tempat yang aman. Terpenting jangan coba-coba ngeluarin makanan dan minuman saat mereka ada. Kalau bisa makan dan minum di dalam kendaraan atau lokasi aman dari para pasukan monyet. Itu saja, terpenting kuatkan mental kalian bertemu dengan mereka. Bagi kalian yang takut dan fobia sama monyet, saya saranin jangan datang kesini deh sebelum kenal deket sama mereka. Tak Kenal Maka Tak Sayang, hahaha...apaan sih.
Seneng sekali akhirnya saya bisa kesini bareng istri tercinta. Impian saya sejak lama sekali yaitu mengexplore TN Baluran, Banyuwangi. Sebenarnya masih banyak lagi satwa yang berada di TN Baluran ini, antara lain; merak, elang, kerbau liar, ayam hutan, dan paling serem yaitu macan tutul. Berhubung waktu kami yang terbatas, kami gak melihat semua dari mereka. Next time kali yak bisa bertemu dengan mereka.
Sudah dulu yaa cerita jalan-jalan ke Balurannya. Selanjutnya ditunggu cerita saya yang gak kalah seru dengan Baluran. Masih tentang Banyuwangi kok. Yang mau cerita pengalaman pribadi di Baluran, bisa tuliskan di kolom komentar. Terimakasi.
Penulis : Lazwardy Perdana Putra
Kece bang, panutanque. Sya kpan ya bisa jalan2 kya gini sma si babangðŸ¤.
ReplyDeleteThanks..secepatnya. Amiiin
DeleteTahun 2016 saya ke Baluran, masuknya masih free. Bahkan temen saya yang prewed pun masih belum berbayar. Wah, sekrang udah ada tarifnya ya.. Kalo malam tuh bgus bgt hunting milkyway di sini. Cuma agak ngeri2 sedap krn takut ada binatang buas.
ReplyDeleteBlum pernah baca cerita yg malam hari.. Keren tuh klo ramai2.. Berburu macan hahaha
DeleteMakin kece nih perjalanannya mas. Foto-fotonya ahoy banget. Jadi gak sabar pengen kesana. haha
ReplyDeleteAlhamdulillah... Ayook ke Baluran !!! 😊😊😊
Deleteasik bgt itu liat gerombolan rusa nyebrang jalan, serasa afrika bgt.. tapi ngeri juga monyet2nya agresif,, udah terbiasa sama manusia biasanya jadi beranian kek gitu ya..
ReplyDelete-Traveler Paruh Waktu
ya mas, beruntung skali kemarin liat sekelompok rusa nyeberang jalan. hehehe
DeleteGede ya perbedaan tiket masuk wisatawan lokal dan mancanegara.
ReplyDeleteKalo nggak bawa kendaraan sendiri, memungkinkan nggak ya buat jalan-jalan di TN ini?
kalau gak salah, ada ojek yang mengantar sampai ke Bengkol. tapi saya kurang dapat banyak informasi yang jelasnya.
Deletehuaaaa mahal ya tiket buat bule...
ReplyDeleteGak hanya di Baluran saja,tp d destinasi lain jg hehehe
Deleteuwaahhhhhh aku takut monyet, kyknya ga bisa deh kesini hahahha.. ini mah udh kayak gerombolan perampok monyetnya ya mas :D.. ga ada takut2nya... aku cuma serem di gigit :(.. gimana kalo ada yg rabies , itukan bisa dibawa oleh gigitan monyet jg.
ReplyDeletetapi TN balurannya aku pengen bgt bisa kesana.. baca dari temen2 yg udh kesana, ini wajib didatangin...:D.. semoga suatu saat bisa :)
tantangan trsendiri mbak brtemu dgn para kawanan monyet hehehe
DeleteAsik nih tempatnya untuk keluarga...
ReplyDeletebener asyik banget
Delete