Datang ke Banyuwangi, mungkin kalian akan berpikiran akan pergi ke Kawah Ijen, Taman Nasional Baluran, Pantai Pulau Merah atau yang sedang ngehits saat ini yaitu De Djawatan Benculuk. Beberapa destinasi yang menjadi unggulan dari pariwisata tanah Blambangan (Banyuwangi).
Banyuwangi gak hanya dikenal dengan destinasi wisata alamnya yang indah, kulinernya yang lezat dan budayanya yang sangat kental. Coba kalian jalan-jalan di Kota Banyuwangi. Tepat di pusat kota , ada sebuah perkampungan yang berada di pinggiran kali. Dengan kesadaran dari para warga dan pemerintah setempat, sekarang perkampungan yang tadinya kumuh sudah berubah menjadi spot cantik dan instagramable.
Seingat saya dulu, sejak masih duduk di bangku kuliah di Yogyakarta, ada sebuah perkampungan kumuh di tengah Kota Jogya bernama Kali Code. Sekarang perkampungan tersebut sudah cantik dan menjadi salah satu tujuan wisata di Jogya. Sempat juga di beberapa tahun yang lalu, dijadikan tempat syuting sebuah film layar lebar Indonesia. Filmnya lucu dengan para aktor yang lucu juga. Kalau gak salah pemerannya itu Agus Ringgo, Desta dan kawan-kawan. Coba deh cari filmnya di warnet kesayangan kalian.
Ada lagi di Kota Malang bernama Jodipan. Jodipan sangat dikenal dengan kampung warna-warninya. Setiap rumah memiliki warna cat yang berbeda-beda dan mural-mural yang lucu. Dari kejauhan sangat unik dan kece dilihat. Kenapa gak ?, Bisa kok perkampungan yang tadinya kumuh disulap menjadi perkampungan yang memiliki nilai jual. Terpenting ada kesadaran dan kemauan dari kita sendiri.
Selanjutnya di Banyuwangi juga ada perkampungan warna-warni bernama Kali Lo Banyuwangi. Berawal saat mudik ke Banyuwangi beberapa bulan yang lalu, saya mencoba buka salah satu akun wisata Banyuwangi di instagram. Ada beberapa destinasi wisata yang menjadi perhatian saya saat itu. Ketika melihat perkampungan ini, saya jadi tertarik untuk explore.
Jadilah saya bareng istri naik motor ke Kali Lo Banyuwangi. Bisa dibilang ini ngabuburit dadakan, bosen hanya berdiam diri di rumah mbah saja. Kebetulan juga gak ada acara keluarga sore itu. Kami berdua ijin untuk keluar sebentar. Jarak yang ditempuh gak terlalu jauh. Lokasinya dekat dengan Taman Sritanjung dan Masjid Agung Baiturrahman. Untuk lokasinya bisa dilihat di google maps.
Untuk mencari lokasi perkampungan ini gak begitu sulit. Patokannya yaitu perempatan lampu merah Masjid Agung Baiturrahman dan Taman Sritanjung. Dari perempatan kita belok ke kiri (dari arah Rogojampi), belok kanan (dari arah Ketapang). Ke arah barat beberapa meter saja tepatnya di kiri jalan. Gak jauh dari perempatan lampu merah tadi, kita sudah sampai di sebuah jembatan kecil. Kami berdua sudah sampai di perkampungan Kali Lo Banyuwangi. Untuk lokasi parkir, banyak pilihan. Kita bisa memarkirkan kendaraan di parkiran deretan pertokoan. Bisa juga di atas jembatan. Tapi harus hati-hati dalam memarkirkan karena jalannya gak begitu lebar.
Berapa tiket masuk ke dalam perkampungan Kali Lo Banyuwangi ?
Menurut pengalaman kami berdua kemarin, gak ada dipungut biaya masuk. Setelah motor terparkir di posisi aman. Kami berdua segera menuruni anak tangga yang terbuat dari kayu. Setelah itu ada jembatan kayu kecil bertuliskan Kali Lo Banyuwangi dengan tulisan warna-warni. Spot fotoan sangat bagus disini. Lebar kalinya gak begitu lebar sedangkan aliran airnya cukup deras. Lumayan bersih juga, hanya ada beberapa sampah yang nyangkut di bibir kali tapi gak menimbulkan sumbatan dan bau.
Jejeran tiang lampu taman menghiasi jalan setapak di pinggiran kali. Jalan setapak yang terbuat dari papan kayu kemudian diberi pembatas berupa pagar besi biar aman. Rumah-rumah penduduk dicat warna-warni memberikan kesan unik dan indah dipandang. Anak-anak kecil asyik bermain di atas jembatan. Di belakang jembatan bertuliskan Kali Lo Banyuwangi, ada juga jembatan dengan tulisan Loh Kanti. Saya pun dibuat penasaran. Apa ya arti dari Kali Lo Banyuwangi dan Loh Kanti ?
Saya pun bertanya dengan salah satu warga yang usianya cukup senja. Bapaknya menjawab dengan senyum khas pakai bahasa Jawa dan untungnya saya mengerti sedikit atas bantuan dari si istri saya yang kebetulan orang Jawa tulen.
Saya pun bertanya dengan salah satu warga yang usianya cukup senja. Bapaknya menjawab dengan senyum khas pakai bahasa Jawa dan untungnya saya mengerti sedikit atas bantuan dari si istri saya yang kebetulan orang Jawa tulen.
Intinya, Kali Lo berasal dari dua kata "Kali" dan "Elo". Kali berarti sungai, sedangkan Elo berarti pohon Elo. Konon, pohon Elo banyak tumbuh di pinggiran Kali Lo ini. Pohonnya seperti pohon beringin. Sayangnya pohon Elo sudah gak ada lagi di sekitar pinggiran Kali Lo. Cuma ada pohon yang cukup lebat dan bikin rindang, tapi itu pohon mangga yang buahnya banyak sekali. Pohon mangga rumah sebelah, hehehe (lupakan).
Pohon Elo dipercaya memiliki unsur mistis, siapa saja yang punya keinginan dan meminta di pohon ini pasti dikabulkan (ini hanya kepercayaan saja). Dalam pengobatan tradisional, pohon ini berkhasiat sebagai obat diare dengan meracik daun dan buahnya. Menurut beberapa artikel yang pernah saya baca, penamaan Kali Lo sudah sejak jaman penjajahan Belanda dengan dibuktikan adanya peta Banyuwangi 1915 bertuliskan K.Loh dengan huruf K dari singkatan kata "Kali".
Pohon Elo dipercaya memiliki unsur mistis, siapa saja yang punya keinginan dan meminta di pohon ini pasti dikabulkan (ini hanya kepercayaan saja). Dalam pengobatan tradisional, pohon ini berkhasiat sebagai obat diare dengan meracik daun dan buahnya. Menurut beberapa artikel yang pernah saya baca, penamaan Kali Lo sudah sejak jaman penjajahan Belanda dengan dibuktikan adanya peta Banyuwangi 1915 bertuliskan K.Loh dengan huruf K dari singkatan kata "Kali".
Rasa penasaran saya belum selesai sampai disitu. Ada satu nama lagi yang menjadi perhatian yaitu Loh Kanti. Apakah Loh Kanti tersebut ?. nama sungainya, jenis pohon Elo yang lain atau nama seorang wanita mungkin. Saya pun mencari tahu asal muasal dari nama tersebut. Mau bertanya sama bapaknya lagi, ternyata bapaknya mau buru-buru pulang ke rumah. Sudah ditunggu sama istrinya di rumah. Bapaknya beli takjil buat buka puasa soalnya. Akhirnya saya mencari tahu dari buka-buka beberapa artikel tentang asal usul nama Loh Kanti.
Saya menemukan jawabannya, nama Loh Kanti ada ceritanya ternyata. Dulu ada wanita Bali bernama Ni Luh. Wanita tersebut bersama suaminya tinggal di perkampungan sekitaran Kali Lo. Wanita tersebut sedang menunggu suaminya yang ikut berperang dalam perang Puputan Bayu, perang melawan VOC Belanda. Wanita tersebut setiap harinya menunggu suaminya di tepian sungai Kali Lo di bawah pohon Elo (bukan pohon mangga yang buahnya banyak tadi lhoo).
Dimana dulunya Kali Lo ini merupakan jalur perairan yang menghubungkan Selat Bali dengan Blambangan (sebutan lama Banyuwangi) karena sungai ini bisa dilalui kapal karena dalam dan cukup lebar. Berbanding terbalik dengan sekarang dimana kedalam sungai Kali Lo sudah mulai dangkal.
Menurut cerita, jalannya Perang Bayu saat itu cukup sengit. Perang dibagi menjadi dua babak. Babak pertama VOC Belanda kalah dengan tentara Blambangan, sedangkan di babak kedua, VOC Belanda yang menang dan menelan banyak korban termasuk tentara dari VOC Belanda sendiri.
Mendengar berita tersebut, hati Ni Luh menjadi galau. Perasaan yang campur aduk mendengar nasib yang dialami oleh suaminya. Entah suaminya masih hidup atau ikut gugur dalam peperangan sengit tersebut. Di hatinya Ni Luh paling dalam berharap suaminya segera pulang dengan selamat. Tapi setan pun berbisik di telinga Ni Luh, bahwa suaminya telah meninggal.
Saya mendengar cerita ini, merasa prihatin. Begitu ya rasanya memiliki istri yang sangat setia menunggu suaminya pulang dari medan pertempuran. Saya pun membayangkan istri saya menunggu saya pulang kerja dengan doa dan harapan sehat selalu dan membawa rezeki yang halal.
"Sayang, tunggu kakak pulang ya. Mau dibeliin apa. Siomay atau Mie Ayam yank ?"
Btw, kalian jangan salah paham dulu soal foto-foto yang ada di atas. Itu bukan wanita yang bernama Ni Luh yang menunggu suaminya pulang. Tapi itu istri saya yang lagi eksis difoto sama saya, hahahha.
Sebenarnya pengen sampai malam disini, tapi berhubung mau buka puasa ya gak jadi menikmati Kali Lo saat malam hari. Dilihat dari foto-foto di instagram, Kali Lo Banyuwangi saat malam hari sangat keren ya. Lampu-lampu taman menyala dan memantulkan cahaya dari dinding rumah warna-warni rumah penduduk. Next time... bila datang ke Banyuwangi lagi sempatin datang kesini saat malam hari.
Oke...Rasa penasaran saya tentang Kali Lo Banyuwangi sudah terjawab. Meskipun gak seterkenal Jodipan yang ada di Malang atau Kali Code yang ada di Jogya. Tapi menurut saya, Kali Lo Banyuwangi bisa dijadikan referensi buat liburan kalian di Banyuwangi. Datang dan berkeliling di perkampungan Kali Lo meskipun gak begitu luas dibandingkan Jodipan, tapi menurut saya suasananya enak dan nyaman. Apalagi tempatnya bersih dan ada bak sampah yang disediakan oleh warga kampung. Syukurnya lagi, saat kami berdua kesana, gak ada pengunjung lain. Jadi bebas ambil view foto tanpa ada gangguan penampakan,hahaha.
Bila dikasi nilai dari 1 sampai 10, saya beri nilai 8 karena kampungnya unik, pemilihan warna rumah warganya keren, sungainya bersih dan gak berbau, dan terpenting penataannya kece guys. Kalau penasaran, yuuk buruan datang ke Banyuwangi. Lokasinya tepat di tengah-tengah Kota Banyuwangi kok.
Penulis : Lazwardy Perdana Putra
Kalau gak salah judul film nya Kagat X Code ya?
ReplyDeleteJadi keren banget ya
Bener bnget... Jagat Kali Jangkok hehehe. Kpn d Lomboj ada sperti ini???
Delete