Pas banget saya menulis cerita menjelang libur panjang di akhir tahun, apalagi musim liburan anak sekolah telah tiba. Liburan identik dengan jalan-jalan, bersantai dengan keluarga atau sahabat tercinta. Open trip pun selalu menggoda kita untuk cepat-cepat daftar biar gak kehabisan tiket. Ngomong-ngomong tempat liburan, Pulau Lombok menjadi tujuan yang tepat untuk menghabiskan liburan akhir tahun kalian. Nah..di tulisan kali ini, saya ingin bercerita tentang jalan-jalan saya mengexplore salah satu desa wisata di Lombok bersama teman-teman Genpi Lombok Sumbawa, tepatnya di Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.
Pulau Lombok gak hanya terkenal dengan keindahan pantai dan gilinya saja. Pulau yang memiliki julukan "Pulau Seribu Masjid" ini juga memiliki desa-desa wisata yang wajib dikunjungi. Tradisi secara turun-temurun yang diwariskan oleh nenek moyang ke anak cucu yang sampai saat ini masih kita jumpai di beberapa tempat. Sekaligus menjadi daya tarik tersendiri bagi perkembangan pariwisata di Pulau Lombok.
Untuk melihat secara langsung beberapa tempat yang masih menjaga tradisi leluhurnya, kita bisa mengunjungi beberapa desa wisata yang tersebar di beberapa tempat di Pulau Lombok. Desa Limbungan dan Desa Sembalun berada di Lombok Timur. Desa Bayan dan Desa Akar-Akar di Lombok Utara. Desa Sade dan Desa Ende ada di Lombok Tengah. Seperti desa-desa wisata lainnya yang pernah saya tulis di blog ini, kali ini saya tertarik untuk mengajak para pembaca setia lazwardyjournal.com untuk sama-sama mengenal kekhasan dan keunikan dari Desa Ende. Seperti pepatah "tak kenal maka tak sayang". Seperti apa ceritanya ?. baca terus sampai ending cerita dan jangan lupa dikomentarin yaak ! (pemaksaan dikit),hehehe.
Welcome Desa Ende ! (ngucapin huruf "e" nya sama seperti "besar").
Dua minggu yang lalu, saya bareng temen-temen Genpi Lombok Sumbawa dan Genpi Nasional mengexplore Desa Ende. Ada si doi juga ikut, berhubung dia salah satu leader dari Genpi Lombok Sumbawa juga. Explore kali ini merupakan rangkaian dari kegiatan Famtrip Genpi Lombok Sumbawa yang berlangsung selama dua hari. Sayangnya, saya gak bisa nemenin si doi trip di hari pertama karena harus menjalankan tugas negara. Dan akhirnya saya bisa nemenin dia bareng temen-temen lainnya di hari kedua saat agenda saat itu mengexplore desa-desa wisata dan diakhiri melihat sunset di Bukit Merese. Hanya saja kita fokus ke Desa Ende dulu yaak !.
Cuaca pagi itu cukup cerah dan terik. Kami berangkat sekitar jam sembilan pagi. Kurang lebih ada dua puluh orang yang ikut. Menggunakan empat mobil dan satu motor. Dan sudah bisa ditebak siapa yang menggunakan motor?, jawabannya ya saya dan si doi. Kami gak berdua, tapi ditemani oleh Si Blue (Nmax kesayangan). Hitung-hitung sekalian touring gitu. Sudah lama juga gak touring jauh berdua (curhat pak?).
Sebelum sampai di Desa Ende, kami rombongan sempat mampir di beberapa desa wisata lainnya, sebut saja Desa Sukarare yang terkenal dengan kain tenun dan songketnya dan Desa Penujak, desa wisata baru yang merupakan desa produksi gerabah berkualitas tinggi.
Kurang lebih satu jam perjalanan dari Kota Mataram melalui jalur By Pass Bandara ZAM (Eks.BIL). Kondisi jalan sudah mulus dan lebar, harap maklum karena sudah jalur wisata internasional. Untuk angkutan umum sendiri sudah jarang kita temukan. Menuju Desa Ende, kita bisa menggunakan kendaraan pribadi atau sewa. Bisa juga menggunakan jasa ojek online. Kalau ingin hemat sedikit, kalian bisa menggunakan bus damri bandara. Di depan bandara, kalian bisa cari tumpangan seperti ojek atau kendaraan yang bersedia mengantar ke Desa Ende. Jarak dari bandara gak terlalu jauh, sekitar dua puluh menit sudah sampai.
Bagi kalian yang akan menuju Desa Sade dan Pantai Kuta Mandalika, pasti melewati desa wisata ini di sebelah kanan jalan. Terlihat papan bertuliskan "Welcome to Sasak Village Ende, Sengkol Lombok Tengah" So... Desa Ende bisa menambah daftar destinasi liburan kalian di Pulau Lombok.
Bagi kalian yang akan menuju Desa Sade dan Pantai Kuta Mandalika, pasti melewati desa wisata ini di sebelah kanan jalan. Terlihat papan bertuliskan "Welcome to Sasak Village Ende, Sengkol Lombok Tengah" So... Desa Ende bisa menambah daftar destinasi liburan kalian di Pulau Lombok.
Sesampainya di Desa Ende, kami disambut oleh pemandu lokal yang akan mengantarkan berkeliling desa. Untungnya gak banyak pengunjung yang berada di lokasi, so...hanya kami saja. Berbeda dengan Desa Sade yang sudah komersil dan selalu ramai dikunjungi wisatawan, Desa Ende memiliki suasana desa yang lebih tenang dan terlihat masih alami. Melihat jejeran rumah ada Suku Sasak yang rapi dan jaraknya gak begitu berdekatan seperi rumah-rumah adat Suku Sasak yang berada di Desa Sade.
Pemandu kami menjelaskan tentang Desa Ende secara lugas dan jelas. Desa Ende merupakan desa yang masih sangat tradisional. Tradisi disini masih dipertahankan secara turun-temurun. Dari bentuk bangunan yang beratapkan alang-alang dan sengaja dibuat miring agar bagi siapa saja yang akan memasuki rumah adat, mereka harus menunduk dengan maksud menghormati si tuan rumah. Untuk lantainya sendiri, terbuat dari tanah liat dan kotoran kerbau atau sapi dengan tujuan agar mudah dipel, gak berdebu dan sebagai pengusir nyamuk. Uniknya, meskipun dibuat dengan campuran kotoran sapi atau kerbau, lantainya gak berbau menyengat dan sangat nyaman buat kita yang berkunjung
Ada sisi lain yang menarik dari Desa Ende, kata si pemandu. Tradisi menikah disini dengan cara kawin lari. Artinya membawa lari wanita sang pujaan hati dari rumah orang tuanya. Bukan menculik wanita yang dicintai, terus menikah. Tapi kawin lari dalam tradisi Suku Sasak yaitu mengajak wanita sang pujaan hati ke rumah laki-laki dan setelah tiga hari kemudian, baru keluarga dari pihak laki-laki memberitahukan ke keluarga wanita kalau anak gadis wanitanya sudah dibawa ke rumah laki-laki.
Ada nih syarat wanita yang akan dinikahi. Si wanita harus bisa menenun. Dari kemahirannya menenun, maka bisa dikatakan si wanita tersebut sudah dewasa dan siap untuk menikah. Maka dari masih kecil sudah diajarkan menenun oleh orang tua mereka.
Dalam tradisi pernikahan Desa Ende, pernikahan dalam satu keluarga masih berlaku disini. Tapi bila menikah dengan orang di luar desa, maka dikenakan denda sesuai dengan aturan yang berlaku. Jadi kalau ada pemuda desa disini yang akan menikah dengan Jessica Mila, maka akan kena denda yaak, hehehe.
Setelah berkeliling desa, kami diarahkan ke sebuah bangunan mirip seperti gazebo yang memiliki halaman yang cukup luas. Pengelola disini menyebutnya area pergelaran seni. Kami dimanjakan dengan atraksi gendang beleq. Kalian tau kan gendang beleq itu apa?. Gendang Beleq merupakan alat musik tradisional asli dari Pulau Lombok. Banyak yang menyebutnya dengan tarian tradisional juga karena dalam memainkan gendang beleq, disertai dengan sebuah tarian yang sangat menarik untuk disaksikan.
Setelah atraksi gendang beleq selesai, dilanjutkan dengan memainkan alat musik tradisional lainnya yang berupa Gengong. Kok unik namanya yaak?. Karena penasaran, saya gak melewatkan si pemandu kami dalam menjelaskan asal muasal gengong tersebut. Si Gengong sendiri merupakan alat musik tradisional yang masih bisa kita temukan di Desa Ende. Di desa wisata lainnya pun belum tentu kita melihat si gengong ini dimainkan.
Gengong terbuat dari daun lontar yang sudah dikeringkan. Jemudian dibentuk sedemikian rupa dan ditambahkan senar agar bisa mengeluarkan suara yang khas. Cara memainkannya dengan ditiup dengan dipetik menggunakan jari tangan. Suaranya pun sangat kece dan bisa menenangkan hati. Sama seperti mendengar suaramu yang mampu membuatku tenang dan bahagia, Adeeeh (mulai dah).
Lumayan lama kami mendengarkan si gengong dimainkan. Setelah atraksi si gengong selesai, selanjutnya yang ditunggu-tunggu pun datang "Tari Peresean". Tari Peresean sendiri sudah sangat terkenal di kalangan para traveler's baik domestik maupun mancanegara bila berkunjung ke Pulau Lombok.
Tari Peresean merupakan salah satu tari tradisional asli Pulau Lombok yang sudah Gooo International. Dalam beberapa event internasional, tarian ini sering dimainkan. Tari Peresean sendiri dimainkan oleh dua pemuda tangguh disebut Pepadu dengan membawa tameng (perisai) dan kayu rotan sebagai senjatanya (lebih jelasnya bisa lihat foto di atas).
Sedangkan untuk memimpin jalannya pertarungan, ada tiga wasit yang disebut Pakembar. Ada Pakembar Sedi yang bertugas memilih petarung, sedangkan Pakembar Tengaq bertugas memimpin jalannya pertarungan. Adapun beberapa aturan dalam pertarungan, salah satunya Pepadu gak boleh memukul bagian bawah dan atas lawan tubuh lawan. Hanya boleh memukul bagian tengah si lawannya.
Begitu juga dengan pakaian yang digunakan. Gak boleh menggunakan baju atau tameng tambahan. Hanya boleh memakai kain yang menutupi celana dan pengikat kepala. Badan dibiarkan dalam keadaan telanjang.
Gimana kalau si petarung terluka?. Tenang saja, si petarung diberikan sebuah minyak khusus yang dioleskan di bagian luka agar gak merasakan sakit.
Agar lebih semangat lagi. Tarian Peresean ini diiringi oleh musik tradisional berupa gong, kecik, suling, gendang beleq dan lainnya agar suasana menjadi semangat dan menegangkan. Kece dah pokoknya kalau kalian menyaksikan atraksi Tari Peresean.
Yang buat saya senang dalam menyaksikan atraksi Tari Peresean disini, gak hanya petarung dari kalangan pemuda tangguh saja. Tapi anak laki-laki yang masih kecil juga diberi kesempatan untuk menampilkan tarian kece ini. Melihat tingkah konyol dan lucu mereka saat menggunakan perlengkapan lengkap Tari Peresean, membuat semua penonton gak berhenti tertawa. Baik petarung maupun wasitnya, anak kecil semua. Mereka dalam bertarung, gak mau kalah dengan pemuda dewasa. Kelihaian mereka dalam bergerak mencari kelemahan sang lawan pun sangat menarik kita tonton. Keren banget.
Kami pun diberi kesempatan untuk mencoba menjadi seorang petarung dan wasit. Tetap masih dalam pengawasan sang ahlinya dong. Ternyata Tari Peresean sendiri gak seseram yang saya bayangkan. Tari Peresean bisa dimainkan oleh siapa saja baik orang dewasa maupun anak kecil kecuali wanita lhoo yaaa. Kalau wanita sih namanya jambak-jambakan, hahahaa.. .I just kidding guys.
Pelajaran yang bisa kita ambil dari tarian ini yaitu adanya saling toleransi antar sesama, saling menghargai dan gak ada dendam satu sama lainnya. Saya paling suka dengan tarian ini meskipun sampai sekarang belum pernah mencobanya. Next time... Perlu dicoba nih hehehe....
Saking gemasnya dengan Pepadu Cilik (petarung cilik), si doi minta difotoin sama mereka. Tanpa malu-malu mereka sangat senang difotoin sama gadis manis pujaan hati, eheeemm...
Bagi kalian yang sudah berencana liburan ke Pulau Lombok, gak ada salahnya berkunjung ke Desa Ende, si tetangganya Desa Sade. Yang masih penasaran, apa sih bedanya Desa Sade dengan Desa Ende? Kalian bisa datang langsung ke dua desa tersebut atau buka-buka artikel lainnya yang menjelaskan kedua desa tersebut secara detail.
Gimana seru kan perjalanan kami ke Desa Ende?. Saya tunggu komentar dan cerita dari teman-teman di Desa Ende.
Selamat berlibur !!!
Penulis : Lazwardy Perdana Putra
0 comments:
Post a Comment