Saturday, 19 May 2018

Menyusuri Jalanan Kota Makassar


Jalan-jalan ke salah satu kota besar baik di Indonesia maupun di luar negeri, gak lengkap rasanya gak menyusuri jalanan yang ada disana. Mencari spot-spot kece salah satu sudut kota sampai mencari keunikan yang ada dan bisa didokumentasikan. Ujung-ujungnya mupengin kalian semua,hehehe.

Cerita kali ini masih tentang jalan-jalan saya di Kota Makassar. Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan ini bisa dibilang salah satu kota besar dan tersibuk di Indonesia khususnya Indonesia bagian timur. Kota Makassar banyak menyimpan sejarah pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pahlawan yang kita kenal dari Kota Makassar yaitu Sultan Hasanuddin. Seorang pahlawan nasional yang berjuang mati-matian melawan penjajah demi kemerdekaan Indonesia. 

Jujur, saya masih asing dengan kota ini. Maklum saja, ini kedua kalinya saya menginjakkan kaki di kota ini dan masih belum hafal bener sama jalanan disini. Untuk lebih mengenal kota ini, saya mengajak Mbak Luh (calon kakak ipar) untuk mengexplore salah satu kompleks di Kota Makassar menggunakan becak. Berhubung ada waktu buat jalan-jalan sebelum balik ke Lombok, kami berdua berencana menuju ke dua tempat yang sayang kalau gak didatangi. 









Sekitar jam sembilan pagi, saya mengirim pesan ke Mbak Luh untuk mengajak dia nemenin saya jalan-jalan. Untungnya mbaknya mau dan memang gak ada kegiatan hari itu. Sedangkan teman-teman yang lain sedang sibuk sama jalan-jalan mereka ke tempat berbeda, hehehe. Berangkat dari hotel dengan berjalan kaki menyusuri Jalan Kajaolalido. Awalnya sih pengen jalan kaki, tapi cuaca saat itu panas banget dan polusi dimana-mana. Kami berdua akhirnya mencari alat transportasi khas dari kota ini. Alat transportasi tradisional yang ada di kota ini salah satunya bentor dan becak. Bentor adalah alat transportasi mirip becak tapi menggunakan sepeda motor. Bedanya bentor tanpa dikayuh, sedangkan becak dikayuh. 

Karena lama menunggu si bentor lewat, akhirnya kami menggunakan becak saja. Kebetulan bapak yang punya becak menghampiri kami dan menawarkan mencari oleh-oleh dan ke Benteng "Fort Rotterdam". 

Saya : "Kalau ke pusat oleh-oleh dan ke benteng, berapaan pak daeng?"
Bapak Becak : "Bayarnya berapa-berapa saja daeng".

Daeng adalah sebutan bangsawan seorang laki-laki yang sudah dewasa di Sulawesi Selatan. Tadinya keberatan dipanggil "daeng", tapi berhubung papa punya garis keturunan bangsawan Sulawesi dari Suku Bajo. So...gak apa-apalah, lagian rasanya kita sangat dihargai sama penduduk setempat dipanggil "daeng",hehehe. 

Bisa dibilang menggunakan becak atau alat transportasi di Kota Makassar gak mahal-mahal banget. Bayar berapa saja, seikhlasnya. Tapi dilihat dari bapak becaknya yang sudah tua, gak mungkilah saya memberikan upah seikhlasnya. Pastinya upah sesuai dengan jarak yang ditempuh. Disini memang gak ada standar harga, jadi bayar seikhlasnya. 

Si bapak becak (saya lupa namanya), mengantarkan kami ke salah satu pusat oleh-oleh yang cukup terkenal di Kota Makassar, sebut saja Somba Opu. Kurang lebih lima belas menit dari hotel, kami berdua sudah berada di kawasan Somba Opu, gak jauh memang. Gak hanya mengantarkan ke Somba Opu saja, si bapak becak mengantarkan kami salah satu toko yang menjual berbagai macam oleh-oleh khas Makassar. 

Baiknya lagi, si bapak menunggu kami berbelanja dengan sabar. Bisa dibilang Si bapak jadi tour guide kami saat itu. Karena ada beberapa oleh-oleh titipan yang belum sempat saya beli, disini apa yang kita cari ada semua. Saya membeli dua buah kaos dan kain tenun khas Makassar. Pilihan kainnya sangat beragam dan tergantung selera. Soal harga, gak terlalu mahal alias harga standar pengunjung. 










Setelah puas berbelanja dan apa yang dicari sudah didapat, kami bertiga melanjutkan perjalanan ke benteng "Fort Rotterdam". Waktu sudah menunjukkan jam sepuluh pagi, masih ada waktu untuk mengexplore benteng yang sudah sangat terkenal hingga ke rumah saya,hehehe. 

Fort Rotterdam atau warga lebih mengenalnya dengan sebutan Benteng Ujung Pandang. Terletak di Jalan Ujung Pandang No 1, Kota Makassar. Menurut sejarah, benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa 'risi'kallona. 

Bila dilihat dari atas udara, secara keseluruhan bentuk benteng ini menyerupai "penyu". So..orang Gowa dan Makassar masa lalu menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua atau Penyu. Dulu benteng ini dijadikan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Sejak penjajah Belanda menguasai dan menduduki benteng ini, Benteng Ujung Pandang berubah nama menjadi Fort Rotterdam. 

Kita menyebutnya dengan sebutan "Fort Rotterdam" saja ya ? Sepakat !!!

Di depan bangunan benteng terdapat tulisan tiga dimensi "Fort Rotterdam". Kece nih selfie dan foto-foto disini. Apalagi kami berdua datang dari pulau seberang "Pulau Lombok", jadi wajib eksis fotoan disini. Setelah fotoan di depan bangunan, kami berdua memasuki kawasan benteng. Pintu masuk benteng Fort Rotterdam merupakan benteng setinggi tiga meter. Pengunjung dipersilahkan untuk mengisi buku tamu sebelum masuk ke dalam benteng dan gak dipungut biaya sepeserpun untuk masuk ke dalam.

Memasuki area ditengah benteng, kita disambut dengan halaman yang penuh ditumbuhi rumput-rumput hijau dan taman yang tertata rapi. Taman ini dikelilingi oleh bangunan-bangunan klasik yang masih terjaga bentuk dan sangat terawat. Terlihat bahwa benteng ini berfungsi sebagai "Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan" dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 





Area taman dikelilingi oleh bangunan lantai dua, sementara tembok setinggi tiga meter mengelilingi Fort Rotterdam. Bagi kalian yang hobi fotografi, tempat ini sangat cocok untuk didokumentasikan. Apalagi para model Jaman Now maupun Jaman Old, pas banget untuk eksis disini. 

Beberapa spot foto dari bangunan ini gak lupa saya abadikan. Lagi-lagi Mbak Luh yang menjadi korban jepretan kamera dslr dan go pro yang saya bawa. Jepret sana jepret sini. Meskipun terik matahari yang menyengat, kami berdua gak pikirin. Paling penting dapat foto kece buat kenang-kenangan,hehehe.

Di dalam Fort Rotterdam terdapat musem bernama La Galigo. Di dalam museum yang terasa hening dan sunyi, kita dapat melihat perjalanan sejarah masyarakat Sulawesi Selatan. Terdapat juga beberapa benda peninggalan berupa kapak, mata panah, patung dan masih banyak lagi. 

Museum La Galigo juga menampilkan kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan yang sebagian besar adalah pelaut ulung. Terlihat dari miniatur Kapal Phinisi terpajang di salah satu sudut museum yang menggambarkan masyarakat Sulawesi Selatan adalah pelaut.




Setelah keluar dari Museum La Galigo, dari kejauhan saya melihat beberapa pengunjung yang memakai pakaian adat Sulawesi Selatan. Pakaiannya pun berwarna-warni. Saya pun penasaran dan mencoba untuk berinteraksi dengan mereka. 

Setelah bertanya-tanya, mereka adalah pegawai dari instansi terkait dan saat itu sedang ada kegiatan pemotretan. Tujuan pemotretannya saya kurang jelas, mungkin saja untuk keperluan instansi mereka atau untuk ucapan "Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan", entahlah hehehe. Kami berdua menyempatkan untuk foto bareng dengan mereka. 

Kami memberitahukan kepada mereka bahwa kami dari Pulau Lombok. Mereka semua kaget dan pengen banget ke Pulau Lombok. Saya sangat senang saat itu, ternyata Pulau Lombok sudah kece dan mulai dilirik oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Makassar. 

"Ditunggu liburannya ke Pulau Lombok bu dan bapak daeng !" hehehe

Waktu sudah beranjak siang hari, kami berdua memutuskan untuk kembali ke hotel. Lagian si bapak becak sudah lama menunggu di depan benteng. Kembali ke hotel sambil menikmati kesibukan Kota Makassar siang itu dari atas becak. 

"Terimakasi Bapak Becak, sudah mengantarkan kami mengunjungi dua tempat yang sangat kece !".

Cerita saya jalan-jalan di Kota Makassar belum selesai, masih ada kelanjutannya. Next...tentang kulinernya. Comming Soon !!! 

Catatan :
- Buka saat jam kantor : 08.00 WITA - 16.00 WITA
- Berjarak 1 km dari Pantai Losari
- Waktu tempuh 30 menit dari Bandara Sultan Hasanuddin
- Waktu tempuh 15 menit dari Pelabuhan Soekarno Hatta

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

8 comments:

  1. Cm satu yg dsayangkn dr benteng fort rotherdam ...hampir dsetiap bagian bangunan ada kendaran pegawai yg trpakir dik shrsx ada t4 khusus utk parkiran pegawai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betuull... Dari bbrapa foto qta sudah bisa menilai :)

      Delete
  2. Foto tempat wisata kurang banyak gan, coba kasih liat foto yang view nya bagus2 biar lebih menarik lagi hehe

    ReplyDelete