Terlihat seram tapi kece yaa ? hehehe.
Itulah kesan pertama kali saya memasuki kapal selam perang milik Indonesia buatan tahun 1952 ini. Terlihat gagah perkasa dari kejauhan dan agak seram sih. Kenapa seram, karena saya membayangkan saat kapal selam ini bertempur di lautan luas untuk sebuah tujuan demi membela bangsa dan negara Indonesia kita tercinta ini, saya merasakan suasana di dalam kapal yang menegangkan disaat mulai bertempur, Sereemmm ( terlalu banyak nonton film perang Hollywood ).
Apa saja kesan-kesan yang saya temui disaat mengunjungi Kapal Selam KRI Pasopati 410 ini ? Yuuk disimak terus cerita saya sampai selesai !.
Berawal dari keisengan saya jalan-jalan di Kota Surabaya seorang diri tanpa ada si doi menemani dikarenakan lagi ada jam kuliah. Jadi, daripada bosan di kamar hotel sendirian, saya coba membuka aplikasi taksi online. Saat mengecek tempat wisata yang ada di Surabaya. Saya tertarik datang ke Museum Kapal Selam Pasopati 410 yang lokasinya gak terlalu jauh dari hotel tempat saya menginap. Setelah memesan taksi online, gak lama sebuah mobil Avanza hitam sudah parkir di depan hotel. Pak Sopir yang bernama Pak Efendi menyapa saya dan siap mengantarkan saya keliling Kota Surabaya. Asyiiikk...bisa cuci mata nih tanpa ketauan si doi.hehehehe. Yang namanya bersolo trip sih saya sudah biasa, jadi selalu dinikmatin di setiap perjalanan #JiwaBackpackerSejati.
Hanya membutuhkan waktu lima belas menit saja, saya sudah sampai di Jalan Pemuda dan Sungai Kalimas dimana lokasi sosok Kapal Selam KRI Pasopati 410 berada. Setelah mobil berhenti dan membayar ongkos, saya pun turun dari mobil. Segera berjalan ke pintu masuk dan membeli tiket untuk bisa masuk ke dalam badan kapal selam ini.
Kota Surabaya yang terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan ini memiliki banyak cerita sejarah yang dapat kita ketahui. Bila kebetulan berlibur atau berkunjung ke kota terbesar kedua setelah Jakarta, gak ada salahnya mengunjungi tempat-tempat yang membuat kita belajar tentang sejarah berdirinya negara kita tercinta ini "Indonesia".
Banyak sekali tempat-tempat sejarah yang dapat kita jumpai, salah satunya Monkasel KRI Pasopati 410, sebuah kapal selam tipe Whiskey Class buatan tahun 1952 yang didatangkan dari Uni Soviet (Rusia) ke Indonesia yang memiliki banyak cerita sejarah saat itu diantaranya dalam operasi pembebasan Irian Barat dari kolonial Belanda.
Banyak sekali tempat-tempat sejarah yang dapat kita jumpai, salah satunya Monkasel KRI Pasopati 410, sebuah kapal selam tipe Whiskey Class buatan tahun 1952 yang didatangkan dari Uni Soviet (Rusia) ke Indonesia yang memiliki banyak cerita sejarah saat itu diantaranya dalam operasi pembebasan Irian Barat dari kolonial Belanda.
Monumen Kapal Selam Pasopati 410 dibangun di sisi Sungai Kalimas, Kota Surabaya. Bila kita sedang berada di Jalan Pemuda atau di dekat Stasiun Kereta Api Gubeng, Surabaya, kita dapat melihat sosok sebuah Kapal Selam Pasopati 410 yang berdiri gagah di pinggiran Sungai Kalimas. Jadi kapal selam ini asli lhoo yaa alias bukan miniatur. Kalo gak percaya dibuktikan saja sendiri dengan datang langsung kesini. hehehehe.
Monkasel KRI Pasopati 410 ini diresmikan tanggal 27 Juni 1998 untuk memperingati keberanian para pahlawan Indonesia. Monkasel ini didirikan dengan gagasan para sesepuh kapal selam TNI Angkatan Laut. Informasi yang saya dapat dari salah satu pemandu wisata bahwa Kapal Selam KRI Pasopati 410 ketika dibawa ke Indonesia ternyata harus dipotong-potong dulu menjadi 16 bagian. Gimana caranya sebuah badan kapal selam yang memiliki panjang 76,6 meter dan lebar 6,3 meter dipotong menjadi 16 bagian yaa?. Percaya gak percaya sih, tapi saya percaya karena sejarah mengatakan demikian.
Selanjutnya potongan kapal selam ini dibawa ke lokasi Monkasel kemudian dirakit kembali menjadi sebuah monumen. Monkasel yang terletak di sisi Sungai Kalimas ini merupakan Monkasel terbesar di kawasan Asia Tenggara. Kece bukan ?
Saat memasuki pintu masuk ke dalam kapal selam, ada aura yang membuat saya merinding. Jujur saja, ini jenis kapal yang baru pertama kali saya naikin. Meskipun KRI Pasopati 410 sudah menjadi monumen alias gak beroperasi lagi, tapi saat berada di ruang pertama, saya merasa kapal selam ini masih beroperasi alias masih hidup. Penyinaran yang kurang, hanya dibantu dengan lampu neon yang hanya beberapa watt saja. Apalagi aliran udara yang sangat hangat meskipun sudah terbantu oleh adanya alat pendingin ruangan, tapi masih saja terasa hangat (menurut saya). Ditambah lagi aroma yang khas, membuat kami yang berada di dalam kapal selam perang ini dibawa kembali ke waktu lampau disaat kapal selam ini masih beroperasi. Saya pun dibuat takjub dengan suasana berada di dalam kapal selam terhebat dan tercanggih pada zamannya. Kereen...!!!
Saat memasuki pintu masuk ke dalam kapal selam, ada aura yang membuat saya merinding. Jujur saja, ini jenis kapal yang baru pertama kali saya naikin. Meskipun KRI Pasopati 410 sudah menjadi monumen alias gak beroperasi lagi, tapi saat berada di ruang pertama, saya merasa kapal selam ini masih beroperasi alias masih hidup. Penyinaran yang kurang, hanya dibantu dengan lampu neon yang hanya beberapa watt saja. Apalagi aliran udara yang sangat hangat meskipun sudah terbantu oleh adanya alat pendingin ruangan, tapi masih saja terasa hangat (menurut saya). Ditambah lagi aroma yang khas, membuat kami yang berada di dalam kapal selam perang ini dibawa kembali ke waktu lampau disaat kapal selam ini masih beroperasi. Saya pun dibuat takjub dengan suasana berada di dalam kapal selam terhebat dan tercanggih pada zamannya. Kereen...!!!
Di ruang pertama merupakan ruang torpedo haluan. Ruang untuk mempersiapkan segala macam serangan melalui roket mematikan atau torpedo. Disini ada empat tabung peluncuran torpedo, dimana untuk memasukkan torpedo ke dalam lubang tabung, ada alat berupa rantai diberi nama Transportasi Torpedo yang berfungsi untuk mengangkat torpedo agar mudah dimasukkan ke dalam tabung peluncuran.
Memasuki ruangan selanjutnya, saya menjumpai sebuah ruangan tempat para perwira dan para pejabat terkait berkumpul. Sebuah ruangan yang sangat nyaman dilengkapi dengan sebuah meja persegi panjang yang berfungsi untuk mengadakan rapat dan berdiskusi. Masih di ruangan yang sama, terdapat sebuah tempat tidur yang merupakan ruang tidur para perwira atau yang memangku jabatan tertinggi di KRI Pasopati 410 saat itu.
Saya pun mencoba tidur-tiduran di tempat tidur yang berbentuk seperti kursi busa yang sangat empuk. Seperti inilah bentuk tempat tidur para awak kapal selam perang. Untuk diperhatikan disini, setiap memasuki ruang demi ruang di kapal selam ini, perlu kita membaca dan memahami apa saja informasi atau larangan yang tertulis dan wajib hukumnya kita ikutin.
Memasuki ruangan selanjutnya, saya berada di tengah badan kapal selam. Suasana yang tadinya ramai sama pengunjung lainnya, berubah menjadi sangat sepi. Mana nih emak-emak rempong yang asyik selfiean sama anaknya tadi ? Kok tiba-tiba menghilang. Penyebabnya karena saya keasyikan mengamati satu per satu peralatan terjanggih yang dimiliki kapal selam di zamannya ini. Selain mengamati satu per satu, kamera selalu on (jepret sana-sini).
Suasana menjadi sunyi sekali. Para pemandu sudah berada di ruangan sebelah. Meskipun berada di ruangan sebelah, suara antar ruang gak begitu terlalu terdengar. Jadi jangan heran bila kita berada seorang diri di sebuah ruang kapal selam walaupun ada orang lain di ruang sebelah, suara mereka gak jelas terdengar.
Saat ini saya sudah berada di sebuah ruangan kendali. Disinilah ruang utamanya menjalankan kapal selam perang ini. Disini saya menjumpai sebuah teropong yang berfungsi untuk memantau keadaan sekitar di permukaan air disaat kapal selam berada di permukaan air. Selanjutnya ada ruang komunikasi, tempat para awak yang bertugas menyampaikan dan menerima segala macam informasi dari luar. Ada juga sebuah Giro Kompas yang berfungsi mengetahui posisi kapal selam tersebut berada.
Gak terasa waktu berlalu, ternyata saya sudah setengah jam berada di dalam Monkasel KRI Pasopati 410 ini. Panjang juga ya kapal selam ini. Untuk berada di dalam satu ruang saja, diperlukan waktu yang lama karena saya ingin tahu apa saja yang ada di dalam Monkasel.
Saya sudah berada di ruang mesin utama. Disini ruangannya gak terlalu sempit alias lumayan luas. aliran udara gak begitu hangat lagi seperti di ruangan sebelumnya. Saya pun penasaran dengan hal ini. Kebetulan saya melihat pemandu wisata yang berjalan ke arah ruangan tempat saya berdiri. Gak menunggu lama, saya langsung bertanya kepada si pemandu.
Saya : "Di dalam kapal selam ini, kok udaranya hangat meskipun sudah terbantukan oleh alat pendingin ruangan ya?
Si Pemandu : "Iya mas, di setiap ruang disini memang terasa hangat karena kapal selam ini dirancang untuk menyesuaikan suhu di laut perairan dingin"
Jadi inti dari penjelasan si pemadu tadi bahwa kapal selam berjenis "W" ini sengaja dibuat untuk menyesuaikan dengan suhu perairan dingin seperti di Uni Soviet atau Rusia yang bersuhu dingin. Beda dengan di perairan Indonesia beriklim tropis yang memiliki perairan bersuhu hangat.
Saat kapal selam ini digunakan oleh Uni Soviet, mereka memakai pakaian hangat yang diberi nama Hanoman saat berada di bawah permukaan air. Berbeda saat kapal selam ini beroperasi di perairan Indonesia, semua awak kita saat itu hanya memakai celana pendek dan kaos oblong saja. Luas biasa tentara kita saat itu ternyata. Kece... !
Waktu sudah menjelang senja, saya segera menuju ke ruangan terakhir dari Monkasel. Disini saya menjumpai dua tabung torpedo lagi. Tabung torpedo buritan berada di bagian belakang dari kapal selam ini. Jadi jumlah tabung torpedo dari KRI Pasopati 410 berjumlah enam tabung torpedo (empat tabung depan dan dua tabung belakang).
Di area Monkasel ada juga studio film yang disediakan oleh pengelola. Dimana ada pemutaran film dokumenter yang bercerita tentang sejarah dari Kapal Selam KRI Pasopati 410 sejak mulai beroperasi sampai pensiun. Tapi sayang beribu sayang, saya gak sempat menontonnya dikarenakan harus segera balik ke hotel. Sudah janjian sama si doi untuk makan malam bareng sebelum keesokan harinya saya balik ke Pulau Lombok.hehehehe
Dari Monkasel KRI Pasopati 410, saya bisa belajar banyak tentang sejarah kapal selam ini. Selain berwisata sejarah, kita juga dapat merasakan suasana saat dimana para pahlawan kita yang berperang melawan para musuh demi membela tanah air kita tercinta ini "Indonesia". Sebagai bangsa yang besar, kita harus menghargai segala macam perjuangan para pahlawan yang rela mengorbankan harta dan nyawa mereka demi kemerdekaan bangsa ini. Semoga arwah para pahlawan yang telah gugur, diterima disisi Allah SWT. Amiin.
Tulisan ini saya persembahkan untuk para pahlawan yang telah gugur di medan perang dan memperingati Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia yang ke-72.
"Semoga Bangsa Ini Menjadi Bangsa yang Lebih Besar Lagi dan Jauh dari Korupsi", Amiiinn..
Catatan :
- Waktu berkunjung ke Monkasel KRI Pasopati 410 : pukul 08.00 - 22.00 WIB.
- Tiket Masuk Rp.10.000,- per orang
- Berpakaian rapi dan sopan
Penulis :Lazwardy Perdana Putra
google.com
0 comments:
Post a Comment