Ini cerita ngecamp saya yang kelima kali setelah di Bukit Pergasingan, Pulau Kenawa, Pulau Paserang dan Puncak Mantar yang bisa dibaca di postingan sebelumnya. Next, kali ini saya akan menceritakan tentang ngecamp di Gili Kedis, Lombok Barat.
Sebenarnya ini ngecamp saya yang terkesan damai dan nyaman saja. Berbeda dengan ngecamp sebelumnya yang pecah dan super gokil karena para crew yang ikut saat itu pada gila-gila semua. Nah, kebetulan ngecamp di Gili Kedis yang ikut orangnya pada kalem semua kecuali saya ( sombong dikit ). So, gak masalah, yang penting jalan dan menikmati alam ini dengan cara kita sendiri.
Kami ngecamp hanya berenam saja, dimana empat diantaranya masih single dan dua lainnya sudah suami istri. Daripada berpanjang-panjang lagi saya membuka cerita ini, mari kita mengexplore bersama-sama keindahan Gili Kedis dari kecantikan sunset sampai keindahan sunrisenya.
Perjalanan Menuju Gili Kedis
Gili Kedis merupakan salah satu gili yang berada di wilayah Sekotong, Lombok Barat. Dari deretan gili-gili yang berada di wilayah ini, Gili Kedis menurut saya merupakan gili yang paling indah dan kece. Butuh satu jam perjalanan dari Kota Mataram menuju pelabuhan tempat menyebrang ke Gili Kedis, bernama Pelabuhan Tawun. Dari pelabuhan, kita hanya membutuhkan lima belas menit perjalanan menuju Gili Kedis menggunakan privat boat.
Kebetulan saya memiliki kenalan yang memiliki perahu boat, jadi gak susah mencari dan menego harga sewa perahu. Untuk perahu sendiri kami hanya dikenakan biaya 350 ribu untuk enam orang. Mahal ?, saya rasa gak mahal-mahal sekali. Berhubung ingin ngecamp disini, jadinya kami dikenakan biaya nginap. Itu sudah termasuk murah mas broo. Kalo ada yang lebih murah, beritahu saya ( gak termasuk gratis lhoo ya !!! hehehe ).
Beberapa postingan sebelumnya, saya sudah menulis tentang perjalanan ke Gili Kedis ( klik disini ). Gili ini memiliki luas kurang lebih seluas lapangan futsal. Mungil-mungil tapi kece mas broo !!!. Walaupun kecil, gili ini banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.
Berhubung kami mau ngecamp, kami dikenakan biaya nginap 15 ribu per orang. Masalah keamanan, di Gili Kedis dijamin aman dari begal, pencuri, termasuk pencuri hati dan mantan.
Berangkat dari Kota Mataram menggunakan motor matic kesayangan sekitar jam dua siang. Saat itu langit lagi menangis, menangis nasib saya yang masih single ( emang gue pikirin ). Behubung hujannya cukup lebat, terpaksa kami berteduh sementara. Gak memakan waktu lama, hujanpun segera berhenti dan kami melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Tawun. Kurang lebih satu jam, akhirnya kami sampai di pelabuhan. Kami sudah ditunggu oleh Mas Izir ( teman gue ) yang memiliki perahu boat.
Setelah menginapkan motor di rumah masnya, kami berjalan menuju dermaga dan segera naik ke atas perahu. Perahunya cukup besar dengan ukuran kami berenam, terhitung cukup untuk bersantai-santai sambil melepas lelah. Menikmati sore hari dari atas perahu adalah pilihan yang tepat saat itu. Cuaca berubah dari tadinya hujan, menjadi cerah berawan. Sinar matahari sore hari sudah cukup menyinari kami di saat berlayar menuju pulau impian ( Gili Kedis ).
Sunset Gili Kedis
Waktu sudah menunjukkan jam lima sore, saatnya kami membangun tenda. Kami membangun dua tenda di bagian timur gili. Berhubung yang menginap di Gili Kedis saat itu berjumlah tiga rombongan, termasuk rombongan kami. Satu rombongan lainnya yaitu pasangan bule asal Prancis yang saya tangkap bahasanya seperti orang kumuran ( ngiri gak bisa bahasa begituan ). Kalo liat orang Prancis, jadi ingat sang mantan yang berdarah Prancis juga ( Padang Ciamis ). Sedangkan satu rombongan lagi berasal dari Kota Mataram juga.
Kami adalah rombongan yang terakhir datang. Walaupun yang terakhir datang, kami gak susah mencari tempat membangun tenda. Membangun dua tenda susah-susah gampang. Gampangnya, tendanya gak sulit dipasang, sedangkan susahnya, para emak-emak rempong gak mau bantuin para calon bapak-bapak untuk bangun tenda. Bukannya bantuin, tapi malah asyik selfian dan potoin kami yang lagi bangun tenda. Saya gak mau kalah dong, saya sempatin eksis dong ( calon artis ).
Setelah tenda berdiri kokoh, saatnya kami menikmati senja sore. Menjadi saksi kemegahan mentari yang akan tidur di peraduannya adalah keindahan yang gak bisa ditukar oleh apapun. Sunset di Gili Kedis salah satu sunset terbaik di Pulau Lombok. Kece... !!!
Bermalam di Gili Kedis
Kami sepakat gak mengadakan pesta api unggun atau nyanyi-nyanyi gak jelas disaat malam tiba. Apalagi acara nembak seseorang kayak di sinetron-sinetron itu, itu semua gak ada di dalam kamus acara kami. Agak membosankan memang gak ada acara apa-apa. Tapi saya merasakan ada sesuatu yang nyaman saat itu, saya merasa bisa menikmati malam di bawah sinar rembulan dengan tenang dan asyik. Sambil mendengar musik dari aliran dangdut sampai rock yang gak jelas, kenikmatan bermalam di Gili Kedis membuat malam itu indah.
Sunrise Gili Kedis
Sekitar jam enam pagi, kami terbangun dari tidur lelap semalam di bawah sinar rembulan dan terpaan angin laut sepoi-sepoi. Agak telat memang untuk melaksanakan shalat Subuh. Setelah melaksanakan kewajiban kepada Sang Maha Pencipta, saya menuju ke sebuah tempat di bagian timur Gili Kedis. Begitu juga teman-teman yang lain, sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Ada yang memasak air, membuat sarapan pagi, ada yang mandi dan ada yang berdandan ( persiapan untuk pemotretan ), kalo saya sendiri menyiapkan kamera kesayangan untuk mengambil beberapa moment sunrise.
Pagi adalah waktu yang paling saya sukai. Melihat cahaya terang di bagian timur, merasakan angin laut pagi hari, mendengar kicauan burung-burung, dan mendengar deburan ombak melengkapi keindahan pagi itu. Untuk para pencinta traveling, tempat ini saya rekomendasikan sekali untuk kalian rasakan menginap di Gili Kedis. Gak nyesel deh !!!.
Gak puas hanya mengelilingi gili saja sambil foto-foto, akhirnya saya punya ide menuju sebuah rumah terapung yang berada di sisi timur gili. Kebetulan air laut lagi surut, jadinya saya gak perlu susah-susah renang menuju rumah terapung tersebut. Hanya dengan berjalan kaki santai saja sudah bisa sampai di atas rumah terapung. Apalagi di tengah perjalanan, saya melihat beberapa bintang laut yang kece. Mengingat saya dengan crew kami yang berlambang bintang laut "Crew Patrick". Tapi sayang sekali, saya gak bisa mengambilnya, karena gak etis kita mengambilnya apalagi dibawa pulang, biarlah dia istirahat, jangan diganggu ( mulai galau ),
Berbicara rumah terapung lagi, rumah terapung ini merupakan sebuah penginapan yang masih proses perbaikan. Memiliki sebuah kamar yang cukup luas, semacam rumah panggung gitu. Di samping rumah terapung, terdapat sebuah tempat budidaya udang dan sejenisnya ( hewan laut bukan buaya darat ). Dari sini kita bisa menikmati suasana pagi di Gili Kedis dengan cara saya sendiri. Gak lupa foto-foto manja dulu biar eksis dikit.
Setelah puas menikmati sunrise, saya dan teman-teman lainnya kembali menuju daratan Gili Kedis. Mumpung air laut belum kembali pasang lagi. Acara selanjutnya yaitu berenang-renang santai bareng temen-temen. Renang pagi sambil berjemur saya rekomendasikan sekali buat kalian-kalian yang menginap di gili ini dan gili-gili lainnya. Ada beberapa manfaat yang kita dapatkan, pertama mandi pagi membuat tubuh kita segar dan kedua, berjemur di bawah sinar matahari dari jam tujuh sampai sembilan pagi kaya dengan vitamin D, jadi sangat baik buat kulit dan tulang kita.
Nah kali ini saya bareng temen-temen, punya cara berenang dan berjemur sendiri ala kami. Kebetulan saya membawa laybag hijau ( semacam ban pelambung gitu ) yang bisa kami pakai untuk berjemur sambil menikmati suasana pagi hari. Berhubung membawa satu laybag saja, akhirnya kami ganti-gantian memakainya. Tidur alay ala-ala Syahrini di atas laybag sambil berjemur dan dipotoin eksis selanjutnya posting ke instagram dan dilike banyak orang.
Kami adalah rombongan yang terakhir datang. Walaupun yang terakhir datang, kami gak susah mencari tempat membangun tenda. Membangun dua tenda susah-susah gampang. Gampangnya, tendanya gak sulit dipasang, sedangkan susahnya, para emak-emak rempong gak mau bantuin para calon bapak-bapak untuk bangun tenda. Bukannya bantuin, tapi malah asyik selfian dan potoin kami yang lagi bangun tenda. Saya gak mau kalah dong, saya sempatin eksis dong ( calon artis ).
Setelah tenda berdiri kokoh, saatnya kami menikmati senja sore. Menjadi saksi kemegahan mentari yang akan tidur di peraduannya adalah keindahan yang gak bisa ditukar oleh apapun. Sunset di Gili Kedis salah satu sunset terbaik di Pulau Lombok. Kece... !!!
Bermalam di Gili Kedis
Kami sepakat gak mengadakan pesta api unggun atau nyanyi-nyanyi gak jelas disaat malam tiba. Apalagi acara nembak seseorang kayak di sinetron-sinetron itu, itu semua gak ada di dalam kamus acara kami. Agak membosankan memang gak ada acara apa-apa. Tapi saya merasakan ada sesuatu yang nyaman saat itu, saya merasa bisa menikmati malam di bawah sinar rembulan dengan tenang dan asyik. Sambil mendengar musik dari aliran dangdut sampai rock yang gak jelas, kenikmatan bermalam di Gili Kedis membuat malam itu indah.
Sunrise Gili Kedis
Sekitar jam enam pagi, kami terbangun dari tidur lelap semalam di bawah sinar rembulan dan terpaan angin laut sepoi-sepoi. Agak telat memang untuk melaksanakan shalat Subuh. Setelah melaksanakan kewajiban kepada Sang Maha Pencipta, saya menuju ke sebuah tempat di bagian timur Gili Kedis. Begitu juga teman-teman yang lain, sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Ada yang memasak air, membuat sarapan pagi, ada yang mandi dan ada yang berdandan ( persiapan untuk pemotretan ), kalo saya sendiri menyiapkan kamera kesayangan untuk mengambil beberapa moment sunrise.
Pagi adalah waktu yang paling saya sukai. Melihat cahaya terang di bagian timur, merasakan angin laut pagi hari, mendengar kicauan burung-burung, dan mendengar deburan ombak melengkapi keindahan pagi itu. Untuk para pencinta traveling, tempat ini saya rekomendasikan sekali untuk kalian rasakan menginap di Gili Kedis. Gak nyesel deh !!!.
Gak puas hanya mengelilingi gili saja sambil foto-foto, akhirnya saya punya ide menuju sebuah rumah terapung yang berada di sisi timur gili. Kebetulan air laut lagi surut, jadinya saya gak perlu susah-susah renang menuju rumah terapung tersebut. Hanya dengan berjalan kaki santai saja sudah bisa sampai di atas rumah terapung. Apalagi di tengah perjalanan, saya melihat beberapa bintang laut yang kece. Mengingat saya dengan crew kami yang berlambang bintang laut "Crew Patrick". Tapi sayang sekali, saya gak bisa mengambilnya, karena gak etis kita mengambilnya apalagi dibawa pulang, biarlah dia istirahat, jangan diganggu ( mulai galau ),
Berbicara rumah terapung lagi, rumah terapung ini merupakan sebuah penginapan yang masih proses perbaikan. Memiliki sebuah kamar yang cukup luas, semacam rumah panggung gitu. Di samping rumah terapung, terdapat sebuah tempat budidaya udang dan sejenisnya ( hewan laut bukan buaya darat ). Dari sini kita bisa menikmati suasana pagi di Gili Kedis dengan cara saya sendiri. Gak lupa foto-foto manja dulu biar eksis dikit.
Setelah puas menikmati sunrise, saya dan teman-teman lainnya kembali menuju daratan Gili Kedis. Mumpung air laut belum kembali pasang lagi. Acara selanjutnya yaitu berenang-renang santai bareng temen-temen. Renang pagi sambil berjemur saya rekomendasikan sekali buat kalian-kalian yang menginap di gili ini dan gili-gili lainnya. Ada beberapa manfaat yang kita dapatkan, pertama mandi pagi membuat tubuh kita segar dan kedua, berjemur di bawah sinar matahari dari jam tujuh sampai sembilan pagi kaya dengan vitamin D, jadi sangat baik buat kulit dan tulang kita.
Nah kali ini saya bareng temen-temen, punya cara berenang dan berjemur sendiri ala kami. Kebetulan saya membawa laybag hijau ( semacam ban pelambung gitu ) yang bisa kami pakai untuk berjemur sambil menikmati suasana pagi hari. Berhubung membawa satu laybag saja, akhirnya kami ganti-gantian memakainya. Tidur alay ala-ala Syahrini di atas laybag sambil berjemur dan dipotoin eksis selanjutnya posting ke instagram dan dilike banyak orang.
Menurut kalian, gili mana yang paling kece di Pulau Lombok ? Kalo jawab gili ini yang paling kece berarti kalian sudah kesini. Kalo jawabannya lain, berarti kalian belum ke gili ini. he..he...he..
Rekomended sekali untuk mengexplore gili ini bersama teman, sahabat, keluarga atau sang kekasih ( honeymoon moment ). Selamat mengexplore Gili Kedis mas / mbak broo !!!
Catatan :
- Jalur : Kota Mataram / Lombok Internasional Airport ( LIA ) - Gerung - Lembar - Sekotong - Pelabuhan Tawun - Gili Kedis.
- Biaya paket perahu per hari : 350 ribu per rombongan ( satu perahu maksimal isi 6 orang ), sudah antar jemput.
- Pungutan menginap : 15 ribu per orang ( sudah dapat fasilitas kamar mandi )
- Peralatan pendukung yang wajib dibawa selama ngecamp : Makanan dan minuman, peralatan memasak, tenda, jaket hangat, autan, obat-obatan, senter, powerbank dan dompet pastinya ( hehehe )
- Bulan baik untuk ngecamp : Bulan Oktober - Desember.
Penulis : Lazwardy Perdana Putra
wih bagus banget...bening gitu airnyaa
ReplyDeleteBening tapi tetep asin airnya hehehe...
Delete