Wednesday, 13 April 2016

Explore Air Terjun Umar Maya, Lombok Timur


Akhirnya kesampaian juga ke air terjun yang lagi terkenal ini, Air Terjun Umar Maya. Lokasinya terletak di Desa Bilok Petung, Sembalun, Lombok Timur. Di tahun sebelumnya saya pernah kesini, tapi saat itu lagi kurang beruntung. Ketika sudah sampai di jalur menuju air terjun ini, kami dihadang oleh warga setempat. Mereka bukan begal atau pencari sumbangan di pinggir jalan, tapi mereka adalah penjaga pintu masuk menuju Air Terjun Umar Maya. 

Alasan mereka gak mengijinkan kami masuk karena saat itu sedang terjadi lahar dingin dari Gunung Rinjani. Memang kondisi ketika itu Gunung Anak Barujari, Rinjani sedang mengeluarkan abu vulkanik. Mau dikata apa, bila kami tetap nekat kesana juga, nyawa taruhannya. Akhirnya kami balik lagi menuju Kota Mataram. 

Dari kejadian tersebut kami bisa mengambil pelajaran. Jangan nekat melanjutkan perjalanan apabila alam sedang gak bersahabat dengan kita, seperti kejadian lahar dingin saat kami ingin mengexplore Air Terjun Umar Maya. 


Beda cerita yang dulu, beda juga cerita yang sekarang. Ini merupakan lanjutan perjalanan saat mengexplore Desa Sembalun pada postingan sebelumnya. Gak lengkap rasanya bila ke Desa Sembalun, tapi gak mampir ke Air Terjun Umar Maya. Sebenarnya di Desa Biluk Petung ini gak hanya terdapat Air Terjun Umar Maya saja, tapi ada satu nama lagi yaitu Air Terjun Madu semanis namanya. Tapi kali ini kita fokus ke Air Terjun Umar Maya dulu.

Antara Air Terjun Umar Maya dan Madu memiliki tempat parkiran kendaraan pengunjung yang sama, tapi jalurnya agak berbeda. Dari parkiran kendaraan kami harus berjalan kaki kurang lebih 300 meter sampai menuruni tebing menuju aliran sungai. Setelah di aliran sungai, ada sebuah plank petunjuk bila ke kanan menuju Air Terjun Umar Maya, sedangkan ke kiri menuju Air Terjun Madu. Setelah berdiskusi, akhirnya kami memutuskan ke Air Terjun Umar Maya terlebih dahulu.

DILARANG MENCORET BATU !!!. Tiga kata yang sangat bagus menurut saya. Gak hanya dilarang membuang sampah sembarangan tapi kita juga dilarang untuk mencoret batu pake alat apapun. Disamping gak beretika, bisa mengganggu pemandangan yang sudah indah juga.



Kurang lebih 200 meter kami harus menyusuri dan menyeberang sungai yang cukup deras. Jalan kakinya pegel-pegel sedap. Pemilihan alas kaki sangat penting saat kita menyusuri sungai dengan kondisi aliran sungai yang cukup deras, dasar sungai yang sebagian besar merupakan tanah berlumpur, dan bebatuan yang licin. Keliatannya sih sepele, tapi bila sudah di lapangan, bisa tau rasanya.




Tapi jangan khawatir, perjalanan menyusuri sungai gak akan membosankan bila kita menikmati pemandangan alam di sekitar. Menurut saya, alam di sekitara aliran sungai Desa Biluk Petung ini gak kalah kecenya dengan sungai-sungai yang lain di sekiataran kaki Gunung Rinjani. Aliran Sungai yang menjadi satu kesatuan dengan Air Terjun Umar Maya ini sungguh cakep bila difoto. Bebatuan besar, tebing yang cukup curam, daun-daun yang hijau, aliran air sungai yang cukup deras membuat hasil jepretan saya kece ( puji diri sendiri ).



Sebelum sampai di air terjunnya, kami harus menyeberangi sungai yang terakhir. Agak ribet memang karena kami harus menjaga barang bawaan ( kecuali pakaian yang melekat di tubuh ) biar gak basah. Tapi tetap saja ada beberapa crew yang basah kuyup karena terpeleset. Lumayan ada hiburan dari kelucuan mereka yang terpeleset, teriak sambil narik baju yang lain. Saya salutnya sama para ladies yang biasanya manja, tapi masih kuat sejauh menempuh trekking Umar Maya. 




Rasa letih, lesu, pegel, haus terbayarkan saat sampai di atas Air Terjun Umar Maya. Ternyata kami berada tepat di atas Air Terjun Umar Maya. Pengalaman pertama saya mengexplore air terjun ini. Air terjunnya gak terlalu tinggi tapi kolamnya yang cukup lebar. Air berwarna keruh kehijauan yang menandakan air disini mengandung belerang. Menurut penelitian, belerang itu bagus buat kulit tapi gak bagus bila diminum karena dapat memutihkan usus dan lambung alias keracunan,hehehe. Kebetulan kulit saya hitam, mungkin bisa jadi kalo lama-lama berendam, kulit berubah agak putih ( ngarep ). 


Setelah beberapa menit beristirahat di atas air terjun. Kami mencoba untuk turun melewati pinggiran air terjun. Lumayan curam turunannya, hanya terbuat dari tangga kayu dan bambu yang kondisinya agak memprihatinkan. Jadi harus hati-hati menuruninya, jangan sampai kayunya patah. 

Memang gak bisa dipungkiri destinasi yang kece-kece di Pulau Lombok harus dilalui dengan perjuangan yang cukup menguras fisik. Kenapa demikian, kebanyakan destinasi-destinasi di Pulau Lombok masih perawan alias masih ekstrem kondisi jalurnya, salah satunya Air Terjun Umar Maya. Butuh memiliki jiwa petualang sejati bila mengexplorenya seperti kami ini (  muji diri sendiri lagi ).

Walaupun melelahkan dan kehausan, tapi kami selalu bahagia bisa sampai di Air Terjun Umar Maya. Apalagi bersama para sahabat tercinta, semuanya menjadi indah untuk dikenang.

Perjalanan belum selesai, masih ada satu tempat lagi yang akan saya ceritakan. Ceritanya dilanjutkan di postingan Air Terjun Madu selajutnya ya. Comming Soon.

 " Jangan Lupa Bahagia !!!" by Denny Sumargo

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

0 comments:

Post a Comment