Mengawali cerita di hari pertama tahun 2016 ini, saya akan melanjutkan cerita saat ngetrip ke Pulau Bali. Berlibur ke Bali di penghujung tahun 2015 yang lalu, membuat saya mulai suka dengan pulau ini. Beberapa tempat yang berhasil saya datangi walaupun dengan waktu yang sangat terbatas. Salah satunya yaitu Garuda Wisnu Kencana atau lebih dikenal dengan sebutan GWK Cultural Park.
Garuda Wisnu Kencana merupakan sebuah landmark Indonesia yang dibangun sekitar tahun 1997. Terinsipirasi dari landmark-landmark yang berada di luar negeri seperti : Menara Eifel Prancis, Gedung Kembar Petronas Malaysia, Patung Singa Singapura, Tas Mahal India dan lain sebagainya. Mengapa di Bali ? Jawabannya karena wisatawan asing lebih mengenal Pulau Bali dibandingkan Indonesia sendiri. Jadinya Garuda Wisnu Kencana dibangunnya di Pulau Bali.
Akan tetapi pembangunan terhenti di tahun 1999 saat negara kita Indonesia mengalami krisis moneter. Menurut rencana patung ini akan dibangun dengan ukuran tinggi 146 meter, lebar bentangan sayap Garuda mencapai 66 meter, dan berat lebih dari 4000 ton. Ukuran yang sangat besar ini diperkirakan akan terlihat dari segala penjuru dengan jarak pandang 20 km, jadinya bisa terlihat dari Pantai Kuta, Kota Denpasar bahkan sampai di Tanah Lot. Pembangunan yang membutuhkan dana 600 milyar dan sampai sekarang proses pembangunan baru 15 %, sungguh disayangkan memang.
Kita kembali ke cerita semula. Walaupun kurang tidur semalaman karena baru sampai di Bali tengah malam, gak membuat semangat saya luntur untuk segera cepat sampai di GWK Cultural Park. Kami sangat beruntung saat itu, cuaca mulai cerah setelah beberapa saat sebelumnya turun hujan.
Garuda Wisnu Kencana terletak di Tanjung Nusa Dua, Kabupaten Badung. Tepatnya sekitar 40 km dari Kota Denpasar. Memakan waktu kurang lebih satu jam perjalanan, kami sudah sampai di pintu gerbang GWK Cultural Park. Setelah memarkirkan motor di tempat yang telah disediakan, kami segera membeli tiket masuk. Karena bertepatan dengan hari libur, harga tiketnya lumayan merogoh dompet. It's Oke, No Problem, sudah sampai disini nanggung rasanya gak masuk.
Setelah membeli tiket, saya berdua segera memasuki area GWK Cultural Park. Suasana sangat ramai sekali dengan banyaknya pengunjung dari berbagai negara berkumpul disini, termasuk kami berdua dari negara seberang alias Pulau Lombok, he..he..he..
Sambil jalan-jalan mengelilingi kompleks, saya dapat belajar banyak tentang sejarah pembangunan patung raksasa yang terhenti pembangunannya ini. Gak diragukan lagi bahwa di Bali banyak sekali kita menemukan dari lukisan, kain termasuk bangunan yang memiliki nilai seni tinggi. Salah satunya Garuda Wisnu Kencana yang menurut informasi yang pernah saya baca di salah satu blog, bahwa patung Garuda Wisnu Kencana ini dibuat oleh pematung Bali yang bernama I Nyoman Nuarta. Termasuk juga karya beliau yang lainnya yang berada di kompleks Garuda Wisnu Kencana yaitu beberapa patung di antara batu-batu cadas.
Patung Garuda Wisnu Kencana terbuat dari lempengan-lempengan tembaga yang disusun mozaik pada sebuah kerangka. Sampai saat ini bagian yang sudah selesai yaitu kepala Garuda, bagian dada, tangan, dan kepala Wisnu.
Biar memastikan lagi, saya dengan rasa penasaran dan kagum meraba permukaan patung kepala Garuda. Ternyata memang bener, patung terbuat dari lempengan logam yaitu tembaga. Saya awalnya mengira patung tersebut terbuat dari batu cadas, ternyata dugaan saya selama ini salah besar.
Waktu telah beralih ke siang hari dan saatnya pertunjukkan seni tari dalam Gedung Garuda Wisnu Teater akan dimulai. Saya dan my brother segera memasuki gedung teater. Kami berdua duduk di bagian tengah tribun. Selain mengelilingi kompleks patung Kepala Garuda dan Wisnu, kita juga dapat menonton seni pertunjukkan yang diadakan oleh pihak pengelola Garuda Wisnu Kencana. Tidak dikenakan biaya tambahan lagi jika ingin menonton tarian dan pertunjukkan lainnya karena sudah termasuk biaya tiket masuk.
Pertunjukkan yang kami berdua tonton yaitu tarian yang menceritakan tentang Garuda Wisnu Kencana itu sendiri. Kalau boleh jujur, saya kurang paham alur ceritanya. Yang saya suka adalah tariannya yang diiringi oleh musik gamelan khas Bali.
Kurang lebih setengah jam kemudian, pertunjukkan telah selesai. Kami berdua segera keluar dari gedung teater. Maunya fotoan bareng penarinya, dikarenakan banyak sekali pengunjung lain ingin fotoan bareng juga, akhirnya saya mengurungkan niat untuk berfoto bersama. Setelah keluar dari gedung teater, kami segera berjalan ke pintu keluar kompleks. Gak lupa kami mencari oleh-oleh buat dibawa pulang ke Lombok.
Itulah sedikit cerita dari perjalanan saya bersama my brother ke Garuda Wisnu Kencana Cultural Park. Akhirnya saya untuk pertama kalinya datang ke tempat yang sangat terkenal ini. Perjalanan ke Bali untuk sementara sangat menyenangkan.
Penulis : Lazwardy Perdana Putra
Google.com
foto pas lagi pertunjukkan nggak ada ya kak ??
ReplyDeleteAda kok.. Tp gak sya posting d blog.. :)
ReplyDelete