Candi Borobudur- Patung Budha ( foto : travel.nationalgeographic.com )
Masa Lampau ( Abad - 9, 730 - 830 Masehi )
Dahulu kala, pada masa Dinasti Syailendra, ada sebuah proyek besar yang sedang dibangun. Sebuah candi raksasa beragama Budha yang bernama Candi Borobudur. Menurut dugaan, candi ini dibangun oleh arsitek terkenal pada zaman itu yang bernama Gunadharma. Diperkirakan pembangunan candi ini selesai pada zaman Dinasti Syailendra dengan rajanya yang berkuasa pada saat itu bernama Raja Samaratungga.
Dibangun di sebuah perbukitan yang bernama Bukit Menoreh, Kabupaten Magelang yang dikelilingi oleh beberapa gunung berapi antara lain Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Hanya 15 km dari pusat Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi yang sangat megah bahkan kemegahannya mengalahkan kemegahan candi-candi yang ada di dunia ini.
Candi Borobudur memiliki arti yang sangat unik, dimana ada dua ahli sejarah yang menyebut arti dari Borobudur. Menurut ahli sejarah Poerbatjaraka bahwa Borobudur memiliki arti Biara Budur, sedangkan menurut Sir Thomas Stamford Raffles "bara" artinya "besar" dan "budhur" artinya "Budha". Ada juga menurut Kitab Negarakertagama yang berada pada tahun 1365 Masehi yang sedikit menyebut kata "Budur" di dalam kitab tersebut.
Foto Gambar Candi Borobudur oleh Van Kinsbergen ( sumber : wikipedia )
Masa Kini ( Abad - 21, 1873 - 2015 Masehi )
Begitulah sedikit cerita dari perjalanan sejarah pembangunan Candi Borobudur yang pernah saya baca dari beberapa sumber yang bisa dipercaya. Menurut dari beberapa sumber yang telah saya pelajari, belum ada yang mengetahui kapan candi ini mengalami keruntuhan. Ada yang bilang sejak meletusnya Gunung Merapi yang sangat dahsyat pada tahun 950 Masehi dilanjutkan dengan runtuhnya masa kejayaan Dinasti Syailendra yang beragam Budha diikuti oleh Kerajaan Medang dan Mataram Hindu yang mengalami nasib yang sama.
Dengan berjalannya waktu, akhirnya Candi Borobudur menemukan kemegahannya kembali yang dahulu pernah hilang oleh pergantian zaman. Seorang insinyur berkebangsaan Belanda yang bernama F.C Wilsen berhasil membuat sketsa ulang seluruh relief Candi Borobudur dan sebuah penelitian pada tahun 1859 oleh J.F.G. Brumund, dilanjutkan lagi oleh C.Leemans yang akhirnya hasil penelitian pertama Candi Borobudur dipublikasi pada tahun 1873 sekaligus difoto untuk pertama kali oleh Isidore van Kinsbergen.
Wah, bila diceritakan bisa sampai satu buku dari awal pembangunan sampai bentuk yang sekarang kita lihat dari kemegahan Candi Borobudur. Memang sangat menarik bila kita mempelajari sebuah sejarah beberapa peristiwa yang melatarbelakangi terbentuknya Candi Borobudur sampai penemuan kembali candi yang pernah hilang ditelan bumi ini. Saya adalah salah satu dari ribuan orang yang sangat tertarik belajar tentang sejarah Candi Borobudur walaupun saya bukan dari kalangan peneliti. Sejak duduk dibangku SMP saya sangat ingin sekali mengunjungi candi beragama Budha yang termegah di Asia bahkan di dunia ini kerena di salah satu materi pelajaran sejarah ada yang bercerita tentang Candi Borobudur.
Horee.... !!!, beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan untuk datang lagi ke Candi Borobudur. Kali ini saya gak datang sendirian, ada keluarga serta kerabat yang saya bawa untuk melihat Candi Borobudur secara dekat, ibaratnya jadi "guide" mereka. Apa yang dilihat secara langsung maupun gak langsung dari candi ini bagi saya mempunyai kesan yang berbeda-beda. Bila dilihat dari sebuah foto, saya bisa memainkan khayalan seolah-olah berdiri di antara relief-relief di bangunan ini. Apabila saya melihatnya secara langsung, saya seakan-akan berada di dalam dunia yang berbeda dan terlempar ke sebuah lorong waktu di masa kejayaan Dinasti Syailendra.
Sebenarnya ini ketiga kalinya saya datang ke Candi Borobudur sejak pertama kali pada saat di awal kuliah dulu. Gak bosen memang mengunjungi cagar budaya yang sempat menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang diberikan oleh UNESCO. Jejeran stupa yang jika saya hitung mungkin sampai ratusan jumlahnya dan ribuan relief yang berada di setiap dinding candi yang menceritakan sejarah Candi Borobudur itu sendiri. Candi Borobudur ini sendiri memiliki 10 tingkat, dimana enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat paling atas yaitu stupa Budha yang menghadap ke arah barat.
Di setiap tingkatan memiliki arti masing-masing, antara lain : Kamadhatu, bagian dasar Candi Borobudur, melambangkan manusia yang masih terikat nafsu. Rupadhatu, empat tingkat di atasnya melambang manusia sudah lepas dari hawa nafsu, tapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Arupadhatu, tiga tingkat di atasnya melambangkan manusia sudah terbebas dari hawa nafsu, rupa dan bentuk. Arupa, bagian paling atas yang melambangkan nirwana atau surga.
Begitu indah berada di lantai teratas Candi Borobudur dengan pesona pemandangan yang ditawarkan. Deretan perbukitan yang membentang di sebelah selatan candi ditambah dengan persawahan yang membentang dari sebelah utara hingga sebelah selatan, membuat saya sangat betah berada disini. Karena disini adalah tempat peribadatan umat Budha, jadi kita harus mengikuti beberapa aturan yang sudah ditetapkan oleh pengelelo candi, yang paling penting harus bisa jaga sopan santun selama berada di lingkungan Candi Borobudur.
Mengunjungi serta mencari ilmu sejarah tentang Candi Borobudur, ibarat "sambil menyelam minum air". Berlibur sekalian menambah ilmu kita tentang kekayaan budaya yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia salah satunya yaitu Candi Borobudur yang dibangun di atas Bukit Menoreh, terletak di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur merupakan beberapa candi yang sudah saya kunjungi. Masih banyak lagi candi-candi yang belum sempat saya kunjungi. Insyaallah di kesempatan selanjutnya saya bisa mengunjungi candi-candi yang berada di Indonesia.
Penulis : Lazwardy Perdana Putra
0 comments:
Post a Comment