Hari libur kerja gak enak rasanya berdiam diri di rumah saja. Daripada bengong di rumah, saya segera menghubungi ketiga teman saya ( Kipli, Irfan dan Ardi ) untuk memutuskan akan pergi ngetrip kemana. Akhirnya diputuskan untuk ngetrip ke gili yang sangat mempesona yaitu Gili Meno, Lombok Utara. Kebetulan juga kami berempat tinggal di Lombok, jadinya gak jauh untuk menuju gili ini. Selamat datang di cerita perjalanan kami di Gili Meno !.
Gili Meno merupakan salah satu dari tiga gili yang sangat terkenal di Lombok bahkan dunia yaitu Gili Trawangan, Gili Air dan Gili Meno itu sendiri. Sehingga di kalangan wisatawan, ketiga gili ini memiliki nama julukan yaitu Gili Mantra ( Meno, Air dan Trawangan ). Gak ada salahnya jika kami berempat mengexplore gili ini yang gak kalah indahnya dengan Gili Trawangan yang sudah terlebih dahulu dikenal di dunia pariwisata Lombok.
Tepat pukul 11.00 WITA kami menaiki sebuah perahu boat umum yang melayani penyebrangan dari Pelabuhan Bangsal, Lombok ke Gili Meno. Sebenarnya kami ketinggalan perahu boat yang sudah terlebih dahulu jalan, tapi gak lama ada pemilik perahu yang menawarkan ke kami untuk nyeberang ke Gili Meno. Lumayan agak mahal sih, 30 ribu per orang. Biasanya jika lewat jalur umum cuma kena sebesar 14 ribu per orang. Daripada gak jadi nyeberang, akhirnya kami deal dengan bapaknya.
Gak cuma kami yang sebagai pengunjung saja yang ada di dalam perahu, tetapi segala macam sayur-sayuran dan kebutuhan sehari-hari ikut naik juga karena disana ada perkampungan penduduk yang tinggal di gili. Jadi gak heran banyak ibu-ibu yang habis berbelanja kebutuhan sehari-hari di Lombok, ikut bersama kami dalam satu perahu menuju Gili Meno.
Suasana di dalam perahu cukup ramai oleh para penumpang dan belanjaan penduduk Gili Meno. Gak ketinggalan para rombongan bule yang duduk di bagian mulut perahu sambil menikmati pemandangan perairan Lombok dan Gili Mantra. Cuaca cukup cerah walaupun angin dan arus laut lumayan kencang yang membuat perahu kami sedikit oleng ke kanan dan ke kiri.
Alhamdulillah sampai juga kami berempat di Gili Meno dengan selamat. Seperti boy band saja kami berempat, saya memakai baju merah, Kipli baju coklat, Ardi baju hijau dan Irfan juru kamera yang menggantikan saya, eksis dulu sebelum melakukan blusukan di Gili Meno.
Berfoto di bawah papan petunjuk tentang profil Gili Meno yang beberapa waktu lalu selesai dipasang. Sebelumnya saya yang jadi tukang foto, tapi ngetrip kali ini saya jadi modelnya.
Keindahan Gili Meno dari sisi lainnya. Berpasir putih, berombak kecil serta gradasi warna lautnya yang sangat cantik ( hijau dan biru ). Tampak dari kejauhan deretan perbukitan di Pulau Lombok menambah indahnya landscape dari Gili Meno.
Bila diperhatikan sekilas pada foto di atas. Landscape Gili Meno hampir mirip dengan Gili Trawangan. Seperti dua saudara kembar yang memberikan keindahan satu sama lainnya kepada para pecinta traveling di seluruh dunia.
Karena arus laut cukup kencang, kami berempat gak jadi snorkeling. Ini kedua kalinya saya gagal snorkeling yang sebelumnya gagal di Gili Trawagan dengan alasan yang sama. Akhirnya kami berempat melakukan blusukan di sekitar gili.
Disini banyak sekali tempat-tempat yang bisa dikunjungi, antara lain : toko-toko yang menjual souvenir khas Lombok, cafe-cafe yang menyajikan berbagai menu masakan dan minuman serta penginapan dari kelas ekonomi sampai bisnis. Suasana disini pun gak seramai seperti di Gili Trawangan, jadi sangat cocok bagi teman-teman yang ingin menenangkan diri dan menyendiri.
Di dalam perjalanan blusukan kami, saya dan teman-teman berjumpa dengan Helen, Si Imut dari Australia dengan kucingnya yang saya lupa namanya. Setelah berbincang-bincang, kami berfoto bersama dengan Helen. Anak yang manis dan pemalu ini, gak ragu-ragu foto bersama boy band asal Lombok, he..he..he. Thanks Helen has been willing to take a picture with us, he..he..he.
Setelah berpisah dengan Helen dan kucingnya, kami melanjutkan blusukan ke danau air asin yang merupakan danau satu-satunya yang ada di Gili Meno. Melewati jalan sempit di tengah perkampungan penduduk serta gak jarang berpapasan dengan penduduk asli gili ini yang melakukan berbagai macam kegiatan mulai dari beternak sapi, berkebun, serta menjadi pemandu wisata.
"Selamat Datang di Kawasan Ekowisata Mangrove dan Pengamatan Burung Gili Meno", begitulah kalimat yang terdapat di gapura menuju danau air asin yang berada di sebelah barat Gili Meno. Sekitar 15 menit waktu yang terpakai berjalan kaki dari bibir pantai hingga sampai di danau air asin ini. Tujuan sebenarnya ya ketempat ini karena penasaran ingin melihat secara langsung keindahan danau air asin milik Gili Meno.
Kami memutuskan beristirahat di tempat ini sambil menikmati kesunyian danau air asin yang cantik milik Gili Meno. Berhubung perahu boat yang akan balik ke Lombok terakhir pukul 03.00 sore, jadinya kami masih banyak waktu untuk berada di gili ini.
Menurut informasi yang saya dapatkan, di danau air asin ini merupakan sebuah danau hutan mangrove. Kawasan yang sebagian besar ditumbuhi oleh tanaman mangrove membuat tempat ini dijadikan tempat penelitian berbagai macam jenis burung yang hidup di hutan mangrove. Gak sedikit para travelers yang sudah ke gili ini menyebut Gili Meno dengan sebutan Gili Burung karena berbagai jenis burung ada hidup disini.
Waktu beranjak ke dzuhur, waktunya kami melakukan shalat dzuhur di masjid satu-satunya yang ada di Gili Meno. Sebagai seorang muslim yang taat, dalam melakukan perjalanan traveling gak boleh lupa mengerjakan kewajiban kepada Allah SWT dimana pun kita berada. Tampak sebuah masjid satu-satunya yang berada di tengah-tengah perkampungan Gili Meno.
Saatnya kami balik ke pelabuhan penyebrangan di Gili Meno untuk membeli tiket perahu boat menuju Pelabuhan Bangsal, Lombok. Sekitar satu jam lagi perahu kami akan berangkat balik ke Lombok, daripada bengong gak ada kerjaan, kami berempat mengexplore sisi sebelah utara Gili Meno sambil mencari landscape yang bagus buat dibawa pulang. Akhirnya kami menemukan sebuah bungalow atau conttage yang berada di daerah pinggiran pantai di sisi sebelah utara pelabuhan di Gili Meno. Bentuk bangunan yang sangat sederhana tapi kelihatan mewah.
Berjalan sedikit ke arah utara lagi, saya menemukan sebuah hutan mini yang berada di pinggir pantai. Pohonnya semacam pohon pinus gitu. Sungguh nyaman dan sejuk berada di tempat ini apabila sinar matahari sangat menyengat yang bisa membuat kulit kita terbakar.
Cuaca agak sedikit kurang bersahabat saat kami akan balik ke Pulau Lombok. Angin mulai kencang, arus laut semakin besar juga. Ada sedikit kekhawatiran bila perahu kami gak bisa balik ke Lombok dikarenakan arus laut besar disertai gelombang tinggi. Ternyata kekhawatiran saya terjadi juga, sempat satu jam lamanya Pulau Lombok serta Gili Mantra diterjang hujan badai. Sangat dahsyat hujan badai tersebut menerjang perairan Gili Meno dan sekitarnya. Alhamdulillah kami semua selamat, tapi beberapa pohon disana ada yang tumbang. Cerita menyeramkan memang, tapi kami semua sangat senang bisa mendapatkan pengalaman yang sangat berharga diterjang hujan badai, he..he..he.
Setelah kondisi perairan di Gili Mantra dirasa aman untuk diseberangi, akhirnya perahu boat yang membawa kami beserta para pengunjung berangkat balik menuju Pelabuhan Bangsal, Lombok. Cuaca masih sedikit mendung karena di sebagian wilayah Lombok masih turun hujan. Perjalanan laut menuju Lombok yang sangat menyenangkan sekaligus seru melihat dan merasakan perahu boat yang saya naiki, melawan ganasnya arus laut yang masih lumayan besar. Selalu memiliki cerita yang unik dan seru disetiap my trip my adventure yang saya lakukan.
Penulis : Lazwardy Perdana Putra
0 comments:
Post a Comment