Wednesday, 18 February 2015

Cerita Bersama Gili Trawangan, Lombok


Bila berbicara tentang Pulau Lombok, pasti dipikiran kita tertulis nama Gili Trawangan yang sudah sangat terkenal sampai seluruh dunia. Baik di sosial media maupun di acara traveling yang disiarkan oleh hampir seluruh stasiun televisi di Indonesia, kita sering melihat dan mendengar keindahan Gili Trawangan. Gili Trawangan dikenal dengan sebutan Kampung Bule karena sebagian besar penduduk gili ini adalah bule alias bule yang liburan ke Pulau Lombok. Jadi jangan heran suasana disini seperti berada di Hawai. Disini juga banyak sekali penginapan dari kelas homestay sampai hotel berbintang. Mau tahu cerita liburan saya bersama Gili Trawangan, mari kita mulai petualangan menuju Gili Trawangan, Lombok Island. "Welcome to Gili Trawangan, Lombok Island !!!"


Berawal dari rencana dadakan bersama teman yang bernama Kipli, akhirnya kami berdua memutuskan untuk pergi ke Gili Trawangan. Sebenarnya saya sudah sering ke gili ini tapi rasa yang gak pernah bosan untuk menginjakkan kaki di pulau kecil yang berada di utara Pulau Lombok, membuat saya selalu rindu dengan suasana tempat ini. Bagi saya gili ini adalah surganya travelers seluruh dunia, sangat beruntung bisa menginjakkan kaki di pulau kecil ini. Sesampai di pelabuhan penyeberangan menuju Gili Trawangan, saya bertemu dengan teman-teman yang lainnya yang akan menuju tempat yang sama, wah kebetulan sekali bisa bareng begini. Kami pun menaiki perahu boat yang sama menuju tempat yang sama pula.


Cuaca pada saat itu cerah berawan dan arus laut lumayan kencang, tapi jangan khawatir karena bapak nakhoda perahu boat sangat mahir mengemudikan kapalnya dan sangat ramah kepada penumpang, jadinya apapun informasi tentang kondisi di perjalanan menuju Gili Trawangan, bapak nakhoda gak segan-segan berbagi informasi kepada kita semua. Dengan waktu perjalanan laut sekitar 30 menit, perahu boat yang membawa saya dan rombongan, akhirnya sampai juga di tujuan.



Gili Trawangan merupakan salah satu dari tiga gili yang saling berdekatan dan menjadi primadona di Pulau Lombok. Ketiga gili ini saya beri nama Trio Gili meliputi Gili Air paling dekat dengan Pulau Lombok, kemudian Gili Meno di antara kedua gili tersebut dan paling ujung yaitu Gili Trawangan. Pasir putih, air laut berwarna gradasi hijau dan biru serta pemandangan alamnya yang keren abis. Gak nyesel deh kesini, bakalan gak mau pulang bila berada di tempat ini, survei sudah membuktikan he..he..he.


Bule saja rela jauh-jauh datang kesini untuk menikmati keindahan tempat ini. Berjemur adalah aktivitas wajib yang mereka lakukan bila bertemu dengan pantai apalagi pantainya seperi kayak foto di atas, siapapun itu pasti gak akan melewatkan moment-moment seperti ini. Kalo saya sih gak mau berjemur soalnya warna kulit saya udah imut coy, item mutlak maksudnya. Maklumlah anak pantai jadinya punya kulit seperti buah sawo mateng alias coklat manis lah he..he..he. Gak kebayang bila saya yang berjemur, bisa-bisa nanti ortu saya gak tanda anaknya yang pulang dari Gili Trawangan, intermezo saja ha..ha..ha.


Tinggalkan soal mas / mbak bule yang sedang asyik berjemur, saya bersama teman-teman melanjutkan berkeliling sekitar gili. Disini kami berpencar semua, ada yang lagi asyik berenang di pantai, ada yang lagi nyari toilet, ada yang mau bertemu dengan doinya, ada yang lagi nyari bule, ada yang lagi nyari masjid buat shalat dhuha ( maklum anak pak ustadz ), ada juga yang ngekor bareng dengan saya. Saya sih memutuskan gak snorkeling dulu soalnya arus laut lagi kenceng, jadi rencananya mau berkeliling gili saja sambil cuci mata sekalian cari sepeda yang bisa disewakan.



Nah pas saya bersama keempat teman yang ikut bareng saya berkeliling sekitar gili, kami menemukan tempat penangkaran penyu. Jadi menurut pendapat saya sih, sebelum anak penyu ini dilepas ke habitat aslinya bertemu dengan orang tua mereka, anak penyu ini sejak menetas sampai siap untuk dilepas harus berada di penangkaran ini sampai cangkangnya dirasa sudah cukup keras sehingga gak berbahaya bagi mereka apabila diserang oleh musuh. Menurut teori yang saya ketahui dari beberapa sumber yang saya baca mengatakan demikian.


Menjelang sore hari setelah mendapatkan sepeda sewaan dan berganti pakaian, saya dan teman-teman beistirahat buat makan sore di sebuah berugaq ( rumah kecil yang terbuat dari bambu ) yang berada di pinggir pantai, sedangkan teman yang lainnya masih pada berpencar dengan kesibukan masing-masing. Gak asyik sih gak bisa bareng-bareng, tapi saya sangat menikmatinya. Jika sudah berada disini sih apapun itu selalu bisa dinikmatin, kapan lagi bisa menikmati kayak beginian, ya gak?.


Bersepedaan itu asyik men, apalagi bersepedaan di Gili Trawangan, bisa dipastikan aman dari lalu lintas. Gimana gak, disini gak ada kendaraan bermotor seperti motor dan mobil, apalagi bus. Gak kebayang deh, cara nyebranginnya gimana, gak ada kapal ferry soalnya. Selain aman lalu lintas, udaranya juga bersih dari polusi asap kendaraan bermotor, kecuali asap produk kita sendiri he..he..he. Nah makanya itu gak bosan-bosannya saya berpesan kepada teman-teman dimana saja berada, jika ke tempat kayak beginian harus buang sampah pada tempatnya. Gak boleh mengotori apalagi merusak alam ini.


Tiba waktunya hari menjelang senja, saya dan teman-teman akhirnya bisa menikmati indahnya matahari tenggelam. Kata orang, disini merupakan sunset point terbaik di Pulau Lombok bahkan dunia, saya sangat setuju sama pernyataan tersebut. Jadi jangan heran Gili Trawangan sangat terkenal sampai ke luar negeri. Itu cerita saya bersama Gili Trawangan, apa cerita teman-teman ?, he..he..he. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

0 comments:

Post a Comment