Friday, 10 October 2025

Nonton MotoGP Mandalika 2025 : Mampir di Museum of Civilization Lombok - Sumbawa

 


Gak terasa Indonesia khususnya Pulau Lombok sukses menyelenggarakan MotoGP yang keempat kali berturut-turut. Tercatat di tahun 2025 ini, jumlah penonton tembus di angka 140 ribuan. Ini memecahkan rekor penonton terbanyak sepanjang MotoGP Mandalika Indonesia diselenggarakan. 


Kita sebagai warga negara Indonesia turut berbangga dan bahagia sekali bahwa kita juga bisa menyelenggarakan event balap motor terbesar dunia di negeri kita tercinta ini. Dan saya pribadi sangat beruntung sekali sirkuit MotoGP dibangun di Pulau Lombok. Bahkan menjadi sirkuit terindah di dunia karena letaknya berada persis di pinggir pantai yang kita kenal sebagai KEK Mandalika. 


Sebagai orang Lombok asli, saya gak menyia-nyiakan kesempatan buat nonton langsung ke sirkuit. Dapat tiket gratis dari kantor, saya dan teman kantor berangkat ke sirkuit untuk menonton sprint race yang dimulai pada Hari Sabtu. 


Sengaja mengambil Hari Sabtu biar agak sepian karena racenya dimulai besok Minggunya dan dipastikan penonton bakalan membludak. Pengalaman dari tahun sebelumnya kalau nonton langsung racenya di Hari Minggu, bakalan rebutan suttle bus dengan penonton lainnya pas jam pulangnya. Jadinya ambil Sabtu agar bisa puas explore di dalam area sirkuit. 


Berangkat jam dua belas siang dari Kota Mataram. Waktu tempuh kurang lebih setengah jam perjalanan menggunakan mobil. Kebetulan temen bawa mobil, jadinya saya ikut bareng dia. 


Sepanjang perjalanan ramai lancar. Kecepatan mobil normal dan bawa santai saja. Setelah sampai di bundaran Bandara Internasional Lombok (BIZAM), kami diarahkan menuju jalur sesuai dengan zona tiket. Kebetulan kami berdua dapat tiket di zona H dan kami diarahkan masuk lewat Gate 1 oleh petugas. Jalur kami menuju arah Pantai Tanjung Aan melewati By Pass Mandalika. 


Setelah sampai di bundaran By Pass Mandalika, mobil menuju ke arah parkiran mobil yang berada di sebelah timur. Mendapatkan tempat parkir mobil, kami berdua segera berjalan menuju tempat penjemputan penonton. Penonton dijemput oleh suttle bus menuju shelter center. Semua penonton dari semua area parkir berkumpul di shelter center untuk naik suttle bus lagi menuju sirkuit. Jadi kita naik suttle bus dua kali. 



Gak usah ditanya cuaca gimana siang itu. Pastinya panas sekali dan langit cerah ceria alias gak ada awan. Kebayang dah gimana teriknya sinar matahari siang itu. Untungnya saya dan Bang Den bawa tabir surya dan air mineral yang banyak buat jaga-jaga agar gak dehidrasi. 


Singkat cerita, setelah sampai di sirkuit dan turun dari suttle bus. Kami berdua berjalan menuju Gate 1 untuk melakukan pemeriksaan tiket dan barang bawaan. Gak ada drama saat pengecekan tiket dan barang bawaan. Setelah melewati area check, kami berdua memulai explore sirkuit. 


Tujuan kami yang pertama yaitu Museum of Civilization Lombok -Sumbawa. Museum yang baru saja diresmikan pada tanggal 2 Oktober 2025 oleh Bapak Gubernur NTB, Bapak Lalu Iqbal atau disapa Mamiq Iqbal dan CEO Dorna Sport, Camelo Ezpeleta. 


Museum ini dibuka untuk umum mulai tanggal 1 sampai 5 Oktober atau selama event MotoGP berlangsung karena masih dalam tahap uji coba. Lokasinya di area parkir Sirkuit Internasional Mandalika atau di depan paddock. 


Buka dari jam sembilan pagi hingga jam lima sore. Mungkin kedepannya nanti akan buka setiap hari. 


Berhubung di hari kedua MotoGP, pengunjung masih belum ramai yang datang ke sirkuit. Dan pengunjung yang datang ke museum ini juga masih gak terlalu ramai. 


Karena letaknya gak begitu jauh dari shelter pemberhentian suttle bus, saya dan Bang Den berjalan kaki menuju sebuah bangunan semi permanen yang cukup unik menurut saya. 


Gaya bangunannya industrial dengan corak dinding warna warni. Ditopang oleh ratusan tiang besi dan tangga untuk menuju ke dalam museum. 




Bangunan museum terbagi menjadi dua. Ada galeri utara dan selatan. Untuk galeri selatan kita bisa melihat beberapa koleksi lukisan lokal penuh dengan makna, arca, naskah Babat Sasak (Lombok), kain khas Lombok-Sumbawa, dan miniatur Gunung Samalas dimana asal mula adanya Gunung Rinjani dan miniatur Gunung Tambora. 


Ruangannya sudah dilengkapi dengan pendingin ruangan dan suasana yang sangat syahdu. Masuk ke dalam ruang museumnya terasa vibes Lomboknya dengan suara alunan musik gamelan Sasak. 


Selama berada di dalam ruang museum, kita didampingi oleh beberapa staf museum dan memberikan informasi mengenai budaya Lombok - Sumbawa. 


Berhubung ini masih dalam tahap uji coba, jadinya beberapa koleksi yang dipamerkan disini dipinjam dari Museum Provinsi NTB. Saya berharap kedepannya, museum ini lebih banyak lagi koleksi yang bisa dipamerkan terutama untuk mempromosikan wisata NTB.


Setelah berkeliling di ruangan galeri selatan, saya berpindah ke bangunan museum galeri utara. Disini kita bisa melihat layar besar menampilkan beberapa cuplikan video MotoGP Mandalika dari tahun ke tahun. 


Ada juga koleksi asesoris MotoGP dan informasi tentang pembangunan Sirkuit Internasional Mandalika dari awal hingga digunakan untuk MotoGP pertama kali pada tahun 2022 dan balapan lainnyaa baik berskala nasional maupun internasional. 


Yang menarik lagi ada beberapa games yang ada di galeri ini. Games yang paling saya suka di galeri ini yaitu mencoba simulator GT3 nya. Visual Sirkuit Internasional Mandalika-nya benar-benar keren dan terlihat seperti asli. Sudah dilengkapi dengan kursi balap yang super empuk, setir balap, pedal gas dan rem.


Saya dan Bang Den gak ketinggalan untuk mencobanya. Wah benar-benar seru dan ketagihan beradu balapan menguasai lintasan Sirkuit Internasional Mandalika. 


Ternyata sirkuit ini benar-benar sulit. Pantesan saja Mbah Marquez selalu crash di sirkuit ini. Apalagi di race kemarin, si Mbah lagi kena apes saja. Disundul dari belakang sama Abang Bezzecchi.


Sudah jatuh ketimpa duren pula. Sudah crash eh malah kena mental sama batu-batu sirkuit. Sampai-sampai sirkuit kebanggaan kita kena hujat sama netizen Australia, hehehe. 




Kembali ke laptop !.


Sambil menunggu sprint race dimulai, saya sama Bang Den main games race GT3 dulu di simulator. Hitung-hitung numpang ngadem di tengah cuaca sirkuit yang panas banget. Apalagi nanti nontonnya di tribun tanpa atap. 


Harap maklum saja, namanya juga dapat tiket gratisan dari kantor. Mau nonton di VIP atau paddock yang harganya bisa beli motor beat satu tapi gak ada yang nawarin.hehehe.


Bangunan museum ini memiliki dua lantai. Dimana untuk museumnya sendiri berada di lantai dua. Sedangkan lantai satu merupakan stand yang menjual beberapa asesoris MotoGP dari kaos, topi, kacamata, helm dan lain-lain. 


Museum ini bertema civilization atau peradaban untuk memperkenalkan sejarah, budaya, dan identitas masyarakat Lombok dan Sumbawa kepada publik internasional dan domestik, khususnya pengunjung ajang MotoGP Mandalika 2025. 


Museum ini memiliki fungsi yaitu menggabungkan sport tourism dengan cultural tourism. Museum ini memungkinkan pengunjung MotoGP gak hanya menyaksikan olahraga tetapi juga belajar tentang budaya dan sejarah NTB. 


Fungsi lainnya sebagai ruang edukasi, dialog budaya, dan promosi warisan lokal serta memperkuat citra NTB sebagai destinasi pariwisata kelas dunia yang juga kaya budaya.


Akhirnya saya diberi kesempatan untuk berkunjung ke dalam museum ini. Untuk biaya masuknya masih gratis ya. Gak tau kedepannya apakah akan ada tiket masuk ke dalam museum atau tetap gratis selama event balapan ?. Kita lihat saja nanti. 



Setelah puas berkeliling museum dan mencoba adu balapan di simulator GT3 nya, kami berdua lanjut berjalan kaki menuju tribun zona H. 


Kurang lebih setengah jam lagi sprint race dimulai. Kami berdua jalan santai melewati tunel Gate 1. Suasana siang menjelang sore itu cukup ramai oleh penonton. 


Melewati panggung konser yang megah. Area tenan-tenan kuliner. Stand-stand yang menjual asesoris MotoGP. Jangan tanya disini harga kaos atau topi originalnya berapa. Pastinya ada harga ada kualitas lah ya.


Penataan di tengah sirkuit sudah cukup lumayan baik dari tahun sebelumnya. Meskipun sangat terik tapi masih ada angin pantai yang sepoi-sepoi. Rasa gerahnya agak berkurang. 


Kurang lebih sepuluh menitan berjalan kaki. Kami berdua sudah tiba di tribun zona H. Berhubung balapan kelas MotoGP-nya belum mulai, kita ngopi-ngopi dulu. 


Kami memesan es kopi susu gula aren di salah satu stand UMKM binaan Bank NTB Syariah. Es kopinya seharga 20 ribu saja. Harga yang sesuai dengan tempatnya, ngerti kan maksudnya.hehehe. 


Rasa kopi susu gula arennya cukup enak. Apalagi minum dingin-dingin di tengah cuaca panas. Tenggorokan langsung adem dan mata pun langsung melek. 



Singkat cerita, sampailah di review jalannya balapan sprint race kelas MotoGP hari itu. Yang keluar sebagai juaranya yaitu Marco Bezzecchi dari Aprilia Racing. Urutan kedua ada Fermin Aldeguer dari Gresini Racing dan ketiga ada Raul Fernandez dari Trackhouse Racing.


Sayangnya Bang Pecco (Lenovo Ducati) jagoan saya hanya finish di urutan paling belakang. Menurut infonya ada masalah di ban belakang dan settingan mesin motornya. 


Ya sudahlah, saya datang ke sirkuit buat happy-happy dan nyemangatin Bang Pecco !. Tenang bang, tahun depan harus lebih ngegass lagi motornya. 


Selesai finish, tibalah moment perayaan kemenangan. Venue yang dipakai yaitu di panggung konser. Saya dan Bang Den berjalan cepat menuju bawah panggung buat melihat perayaan kemenangan. 



Perayaannya cukup meriah dan terlihat sangat berbeda dari seri-seri MotoGP di tempat lain. Ini benar-benar dibuat megah dan mewah. Keren banget Indonesia !. 


Info baiknya lagi, dengar kabar kalau MotoGP Mandalika akan diperpanjang lagi hingga tahun 2031. Wah, bakalan nabung lagi buat nonton di VIP atau paddock nih tahun berikutnya. Amin 


Over all, dari berangkat ke sirkuit, naik suttle bus dua kali, lanjut ke museum civilization Lombok Sumbawa, nonton sprint race kelas MotoGP, lalu nyempati berkeliling menikmati sore hari, naik suttle bus lagi ke parkiran mobil hingga sampai rumah. Menurut saya hari itu cukup menyenangkan. Gak ada drama gak dapat suttle bus pas pulangnya. 


Infonya di race hari Minggu banyak cerita dari teman yang nonton langsung, katanya banyak yang gak dapat suttle bus karena shuttlenya terjebak macet sehingga balik ke penjemputan jadinya terlambat. 


Pas racenya kebetulan saya nonton di rumah saja bareng anak-anak. Jadinya untung gak ikut dalam drama war suttle bus hehehe.


Ada lagi kabar, banyak stiker VIP palsu yang beredar. Ditambah lagi banyak calo yang menawarkan tiket sampai hari H dengan harga yang gak wajar. Semoga tahun depan bisa lebih baik lagi dan memperbaiki segala kekurangan. PR buat penyelenggara nih !. 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra


Wednesday, 8 October 2025

Trip ke Banyuwangi Jangan Lupa Nyobain Nasi Pecel Romot Rogojampi "Mbah Min"


Jika bercerita tentang jalan-jalan ke Banyuwangi, pastinya yang menjadi topik utama yaitu wisata alam dan kulinernya. Kalian tenang dulu, satu per satu akan saya ceritakan nantinya. Dari wisata alam sampai kulinernya semuanya saya dapatkan ketika ke Banyuwangi beberapa waktu yang lalu.


Banyak menu kuliner yang bisa kalian coba bila berkunjung ke Banyuwangi. Di tulisan kali ini saya akan membahas salah satu kulinernya


Gak hanya Jogya, Solo, Surabaya, Bandung, Jakarta yang memiliki banyak jenis kuliner yang pernah saya coba. Banyuwangi juga gak kalah soal berburu kuliner. Ada nasi tempong, sego cawuk, rujak soto, ayam pitik dan ada nasi pecel. 


Banyuwangi merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang berada di paling ujung timur Pulau Jawa. Daerah yang memiliki destinasi wisata alam, kuliner yang khas serta budaya yang sangat kental. Banyuwangi memiliki julukan "Kabupaten Seribu Event" karena hampir tiap bulan ada beberapa event yang diselenggarakan di Tanah Blambangan ini. 


Saya sangat beruntung bisa datang kesini lagi bersama istri dan anak-anak yang sedang senang-senangnya diajak motoran bareng ayah bundanya. Cerita motoran Lombok ke Banyuwangi bisa kalian baca di postingan saya sebelumnya. 


Linknya disini : Tiket Kapal Hangus : Motoran Lombok-Banyuwangi


Berhubung saya disini bersama keluarga kurang lebih seminggu lamanya, sayang sekali gak mencoba beberapa kuliner yang sangat menggoda buat dicoba. Salah satu kuliner yang buat saya tertarik untuk direview yaitu Nasi Pecel Romot "Mbah Min".






Kami ke Banyuwangi untuk menghadiri acara pernikahan adik sepupu. Tepatnya di Rogojampi, salah satu kota kecamatan yang sangat ramai dan letaknya dekat dengan Kota Banyuwangi. 

Waktu tempuh dari Pelabuhan Ketapang dan Pelabuhan Tanjungwangi menuju Kota Rogojampi kurang lebih empat puluh lima menit menggunakan motor atau mobil. 

Sudah dua kali saya kesini dan ini pengalaman pertama kami membawa anak-anak ke rumah keluarga besar Rogojampi. 

Selama seminggu kami menginap di rumah mbah uyut (ibunya ibu mertua). Bagi saya ini kota sangat ramah dan ramai sekali. 

Lokasi rumah si mbah dekat dengan area pertokoan dan pasar induk Rogojampi. Salah satu yang saya kangenin kalau datang ke Rogojampi yaitu mencoba Nasi Pecel Romot Mbah Min atau orang sana sering menyebutnya Sego (nasi) Pecel Romot. 

Kalian tau gak siapa pemilik Nasi Pecel Romot Mbah Min ?. Gak lain yaitu si mbah uyut yang bernama Mbah Min itu sendiri. Memiliki nama asli "Siti Aminah". Dan di kenal dengan panggilan Mbah Min. Sudah buka lebih dari empat puluh tahun atau saat ibu mertua masih kecil. Sudah lama juga ya ?. Hehehe. 

Apakah Nasi Pecel Romot Mbah Min memiliki kesamaan dengan Nasi Pecel Madiun yang sudah sering saya makan. 

Yuuk mari kita ulas secara detail !. 





Nasi Pecel Romot Mbah Min beralamatkan di deretan pertokoan Rogojampi, Jalan Raya Rogojampi. Tepatnya di seberang Masjid Besar Baiturrohiem, Rogojampi. 

Bila kalian masih bingung, patokannya setelah melewati pasar dan masjid besar, sebelah kiri pojokan di jalan Tawang Alun terlihat warung kecil bercat krem dengan meja panjang dan beberapa kursi plastik di atas trotoar. Itulah Warung Nasi Pecel Romot Mbah Min. 

Bukanya setiap hari dari jam empat sore hingga jam tiga pagi. Jumlah pelanggan Mbah Min gak perlu diragukan lagi. Ketika warung buka saja, sudah banyak pelanggan yang menunggu si mbah menyiapkan dagangan. 

Kebetulan juga saya dan istri mengajak anak-anak membantu mbah berjualan meskipun hanya membantu mengupas telur asin dan membantu ala kadarnya. Untuk urusan mengambil takaran nasi putih, bumbu pecel, kita serahkan kepada ahlinya yaitu si mbah. Hehehe. 

Anak-anak juga sangat bersemangat dan senang diajak ke warung si mbah. Sambil menemani si mbah berjualan, kita cuci mata melihat suasana sore hari di Kota Rogojampi. 

Si mbah juga sangat senang ditemani berjualan bareng buyutnya. Sesekali pelanggan menanyakan siapa kedua anak kecil yang menemani si mbah. Dengan senyuman hangatnya, si mbah memperkenalkan buyutnya yang jauh-jauh datang dari Lombok ke beberapa pelanggan setianya. 



Berhubung perut sudah mulai lapar, saya memesan satu porsi Nasi Pecel Romot paket lengkap. Ada nasi putih, sayur cepan, potongan timun dan daun singkong disiram dengan bumbu kacang dan sebagai pelengkap diberi peyek dan potongan telur asin di atas nasi pecelnya. 


Porsinya benar-benar besar dan sempat ragu apakah bisa habis dimakan apa gak ya. Tapi karena sudah laper banget, kita gas saja. 


Soal rasa gak perlu diragukan lagi. Karena saya sangat suka dengan olahan makanan yang berbau kacang tanah, jadinya nasi pecel ini menjadi menu favorit saya selama di Banyuwangi. Apalagi ada si mbah yang menjual nasi pecel ini. Bisa-bisa setiap hari makan nasi pecel Romot hehehe. 


Bumbu kacangnya khas banget. Dibuat dari bumbu rahasia. Terasa ada sedikit rasa daun kemangi sehingga memberi kesan wangi di bumbu kacangnya. Ditambah lagi ada rebusan sayur sehat seperti cepan, kacang panjang dan toge. Peyeknya juga enak banget. Renyah dan terasa bumbu peyeknya. 


Sebagai pelengkap dan menambah nafsu makan yaitu telur asinnya. Telur asinnya gak begitu asin. Jadi saya suka banget. Apalagi pas makan bagian kuning telurnya. Aromanya gak amis. Selain telur asin, ada pilihan telur dadar juga. 


Seporsi Nasi Pecel Romot seharga 8 ribu saja. Kalau tambah telur asin atau telur dadar seharga 15 ribu. Jika kalian memesan sama es tehnya jadinya kalian bisa merogoh gocek 20 ribu saja. Cukup murah kan !. 


Infonya, Nasi Pecel Romot Mbah Min sudah dikenal banyak orang. Sudah beberapa kali masuk di program kuliner di tv dan tiktok. Apalagi kalau sudah larut malam, banyak para supir bus yang melintas memesan Nasi Pecel Romot Mbah Min untuk dibungkus menjadi sangu buat makan malam para supir bus. 


Si mbah yang sangat ramah disaat melayani pembeli dan pelanggan setianya, membuat banyak yang suka dengan Nasi Pecel Romot Mbah Min. Tangan beliau gak pernah lelah melayani pembeli sampai dini hari.


Untuk membantu beliau, si mbah mempekerjakan lima orang staf yang tugasnya membantu beliau dari membeli bahan dagangan di pasar, masak di dapur dan berjualan di warung. 


Bagi kalian yang sedang melintas di Banyuwangi menuju Jember, jangan lupa mampir di Warung Nasi Pecel Romot Mbah Min Rogojampi. Porsi mengenyangkan, rasa yang gurih dan enak dan pastinya ramah di kantong. 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra


Saturday, 27 September 2025

Tiket Kapal Hangus : Touring Lombok - Banyuwangi

 
Tahun ini (18-25 September 2025) saya dan anak istri bisa mengunjungi keluarga besar di Banyuwangi. Happy dong dan anak-anak sudah gak sabar untuk segera berangkat. Setiap hari mereka menghitung hari dan sampai akhirnya hari itu pun tiba. 

Begitu juga dengan saya. Pas dapat ijin cuti ke Banyuwangi, saya pun mencatat tempat-tempat yang akan kami kunjungi nantinya. Salah satunya, tempat yang hukumnya wajib dikunjungi. Apa itu ?. Diikuti saja cerita-cerita saya di blog edisi Banyuwangi dari berangkat sampai pulang ke Lombok lagi !.  

Saya dan keluarga akan menghadiri acara nikahan sepupunya istri. Gak hanya saya,istri dan anak-anak saja yang berangkat, tapi bapak dan ibu mertua gak ketinggalan untuk ikut. 

Seminggu sebelumnya, saya mencari informasi tentang jadwal kapal dari Lombok langsung ke Banyuwangi. Ada beberapa kapal yang jalan di tanggal keberangkatan. Sayangnya, saya gak bisa memesan tiketnya langsung. Infonya lebih baik pastikan kapalnya berangkat, baru memesan tiket. 

Gak mau ambil pusing, sehari sebelum berangkat, saya memesan tiket via website resminya. Memesan lewat agent resmi via whatsapp juga bisa. Tapi lebih enakan pesan lewat website yang harganya jauh lebih murah. 

Cara memesan tiket online pun gak susah. Tinggal buka alamat websitenya alp.co.id, kemudian registrasi terlebih dahulu menggunakan alamat email. Selanjutnya, tinggal mencari rute dan di klik. 

Nanti muncul nama kapal, rute dan jadwal keberangkatannya. Kita tinggal pilih sesuai waktu keberangkatan. Setelah itu diisi kolom seperti jenis kendaraan, nomor plat motor (harus sesuai), jumlah penumpang beserta nama lengkap dan umur. Setelah semuanya diisi dan klik pesan, lalu melakukan proses pembayaran. 

Apabila kita membawa kendaraan roda dua atau roda empat, ada ketentuan bahwa satu kendaraan itu sudah termasuk dua penumpang (gratis). Caranya, ketika pilih tambah penumpang, kita memilih supir dan kenek untuk mengisi biodata penumpang. 

Apabila dalam satu kendaraan lebih dari dua orang. Maka sisanya bisa dibelikan tiket per orang saja agar bisa masuk ke dalam data manifest kapal untuk keperluan apabila terjadi suatu hal yang gak kita inginkan. 

Perlu diperhatikan sebelum pembayaran, harus dicek ulang semua data yang kita isi. Gak boleh ada yang salah terutama kendaraan yang akan kita pakai saat berangkat. Setelah dipastikan data semuanya sesuai, lalu langkah terakhir melakukan pembayaran. Disini pembayarannya hanya bisa pakai m-banking Mandiri saja (khusus online).

Bagi yang gak sempat memesan secara online. Bisa menggunakan jasa agent resmi atau agent yang sudah menjadi mitra perusahaan kapal bersangkutan. Setelah pembayaran selesai, kita akan dikirimkan e-tiket berbentuk pdf via website. 

Kami memilih kapal KM Mutiara Berkah II milik PT.Atosim Lampung Pelayaran dengan keberangkatan dari Pelabuhan Gili Mas jam satu pagi. Paling telat berangkat jam tiga pagi karena bongkar muat kendaraan yang agak lama. 

Setelah e-tiket sudah saya download, gak lupa mengecek barang bawaan agar gak ada yang tertinggal terutama surat-surat penting lainnya. 


Drama dimulai !. 

Tiga jam sebelum berangkat ke pelabuhan. Saya mendapatkan whatsApp yang isinya informasi yang kurang mengenakkan. Isi infonya bahwa kapal yang akan kami naiki menuju Pelabuhan Tanjungwangi Banyuwangi, mengalami trouble mesin dan masih dalam proses perbaikan. 

Terpaksa kami menunda berangkat dari rumah menuju pelabuhan. Waktu itu sekitar jam sebelas malam. Lebih baik menunggu kabar dari rumah saja. Dan dari pihak perusahaan kapal, nanti akan menginfokan jika kapal sudah bisa muat kendaraan. 

Bapak ibu pun akhirnya bermalam di rumah kami untuk menunggu kepastian kapan kapalnya bisa berangkat. Rencana awal kami akan berangkat dari rumah kami karena lebih dekat dari pelabuhan. 

Menunggu kabar baik hingga subuh tiba, tapi belum ada pesan whatsapp masuk. Yasudah saya dan lainnya kembali tidur. Anak-anak masih lelap tidurnya. Dari jadwal terbaru, kapal akan diberangkatkan sekitar jam tujuh pagi. Tapi jika perbaikan masih belum selesai, akan dialihkan ke kapal selanjutnya. 

Mencari info dari kapal selanjutnya bahwa kapal akan tiba di Pelabuhan Gili Mas, Lombok sekitar sore hari. Tapi belum tau kapan berangkatnya kembali ke Banyuwangi. 

Akhirnya setelah menimbang-nimbang dan diskusi sengit bareng bapak ibu, kami putuskan untuk memilih alternatif terakhir menggunakan jalur dari Bali. Artinya kami akan melakukan touring dadakan. Gak banyak persiapan tapi kami mengejar waktu agar bisa hadir di acara nikahan. 

Gimana tiket kami yang sudah dibayar ?. Tanya-tanya pihak agent yang saya minta nomor kontaknya dari temen yang biasa naik kapal ALP.

Kata agentnya, kalau beli tiket di agent bila ada pengalihan kapal karena suatu hal, bisa dirubah di tiketnya. Sedangkan bila beli di aplikasi resmi ALP, untuk perubahan jadwal dan kapal karena kapal rusak atau lain hal, gak bisa dilayani. Artinya tiket kami hangus kata mereka. 

Kecewa juga dengan pelayanan ALP ini. Masak beli di agent tiket lebih baik dibandingkan dengan beli langsung di aplikasi resmi ?. Kalau memang gak bisa uang kembali, yasudah ikhlaskan saja. Daripada memaksakan diri menunggu kapal selanjutnya yang belum pasti berangkat jam berapa. 

Pengalaman pertama naik kapal yang dikenal juga dengan sebutan Tol Laut ini. Penasaran naik kapal ini sebenarnya. Lihat review nya di youtube. Kapal ini tergolong paling murah tiketnya dari kompetitor lainnya tapi fasilitas dan kondisi kapal yang jauh dari kata baik. Meskipun begitu, saya tertantang buat mencoba naik kapal ini. 

Lupakan dulu tiket kapal ALP (KM Mutiara Berkah II). Kalau emang rezeki kita, gak bakalan kemana duitnya. Fokus dulu sama persiapan motoran melalui Bali. 

Kami membawa dua motor. Saya dan anak istri menggunakan Blumax, sedangkan bapak dan ibu menggunakan motor istri. Barang bawaan kami jangan ditanya. Bawa dua tas ransel yang isinya pakaian kami. Satunya dibawa istri, satunya dimasukkan ke dalam jok motor. Jas hujan gak lupa dibawa, takut kehujanan di jalan nanti. 

Anak-anak kami pakaikan baju dua lapis, jaket gunung dan rompi touring. Gak lupa helm dan masker wajah. Setelah perlengkapan anak-anak untuk touring sudah aman. Saya mengecek perlengkapan selama di perjalanan. Kondisi ban motor, oli dan rem dalam kondisi prima. Begitu juga dengan motor yang akan digunakan orang tua, keduanya dalam kondisi baik. 

Perjalanan Menuju Pulau Bali 

Sekitar jam sepuluh pagi, kami memulai perjalanan ke Pelabuhan Lembar untuk mengejar jadwal kapal jam setengah dua belas siang. 

Sesampainya di luar pelabuhan, kami mampir sejenak di salah satu gerai tiket online untuk membeli tiket. Di luar pelabuhan banyak sekali gerai-gerai yang menjual tiket online. 

Untuk motor di bawah 250 cc dikenakan tarif sebesar 180 ribu. Itu sudah termasuk penumpang alias kita gak bayar tiket per orang lagi. 

Setelah mendapatkan selembar barcode tiket, kami pun segera menuju pelabuhan untuk masuk ke dalam kapal. Sekitar setengah jam lagi, kapal ferry akan berangkat. 

Suasana pelabuhan cukup lengang. Kapal yang akan kami tumpangi sudah bersandar di dermaga satu. Kebetulan kami mendapatkan kapal KMP Gerbang Samudra III dari PT. Gerbang Samudra Sarana. Salah satu kapal ferry tercepat di penyeberangan Pel.Lembar - Pel.Padangbai PP. 

Gak perlu ngantri masuk kapal, setelah melewati pengecekan tiket, kami segera memasuki lambung kapal. Terlihat beberapa kendaraan besar sudah parkir di dalam kapal. Motor-motor pun sudah lumayan banyak berjejer rapi di parkiran kendaraan.

Setelah turun dari motor, kami menuju dek penumpang melalui anak tangga. Anak-anak pun senang naik kapal lagi. Senyuman mereka sumringah gitu. 





Sesampainya di dek penumpang. Ruang penumpang sudah cukup ramai. Kami kesulitan mendapatkan tempat duduk. Untungnya ada satu matras yang masih kosong untuk tempat anak-anak tidur nanti. Tapi ini matrasnya berbayar lhoo ya. Satu matras disewakan 30 ribu saja. Sedangkan saya dan lainnya, mencari tempat duduk dan syukurnya masih ada yang kosong. 

Ruang penumpang benar-benar full seat. Gak ada terlihat baik kursi maupun matras yang masih kosong. Padahal belum semua kendaraan masuk ke dalam kapal. Ada terlihat satu bus lagi yang masih menunggu giliran masuk ke dalam kapal. 

KMP Gerbang Samudra III ini ukuran kapalnya cukup sedang. Gak kecil maupun besar. Ruangan penumpangnya juga full AC dan bebas asap rokok. Hanya saja jam keberangkatannya agak kurang bersahabat buat saya pribadi karena pas jam ramai penumpang. 

Jam segini memang favorit para penumpang yang akan menyeberang ke Bali selain jam keberangkatan malam. Karena kapal ini berangkat dari Lombok di siang hari dan sampai di Padangbai, di sore harinya. 

Dek penumpang hanya satu lantai saja. Terdiri dari ruang indoor dan outdoor. Di belakang ruang penumpang, terdapat fasilitas lainnya seperti mushola dan toilet yang cukup bersih. Di bagian buritan kapal, terdapat area tempat berkumpul (master station).  Di buritan kapal, kita bisa melihat view cantik sepanjang pelayaran mengarungi Selat Lombok nanti. 





Di atas dek penumpang atau dek paling atas yaitu anjungan dan kamar tidur kru kapal. Penumpang gak diperbolehkan menuju dek ini. 

Fasilitas lainnya yang ada di kapal ini ada kantin yang menjual segala macam makanan ringan dan minuman. Ada snack, pop mie, kopi panas, minuman dingin dan air mineral. Layar tv yang menyajikan film-film menarik sepanjang pelayaran nanti. 

Over all, kapal kami cukup nyaman dan bebas dari asap rokok. Sekitar jam dua belas siang, bel kapal berbunyi menandakan kapal akan berangkat. Langit Lombok cukup berawan, semoga saja di perjalanan nanti gak turun hujan. 

Selepas meninggalkan Pel.Lembar, kapal berjalan keluar dari Teluk Lembar yang memiliki pemandangan yang sangat indah. Salah satu surganya Pulau Lombok. Melewati Pel.Gili Mas yang seharusnya kami sekeluarga naik kapal lewat pelabuhan ini. 

Terlihat kapal yang seharusnya kami naiki menuju Banyuwangi, masih bersandar di dermaga pelabuhan. Gak hanya itu saja, kapal yang selanjutnya akan jalan atau pengganti kapal yang rusak mesin, baru tiba di Lombok. Perkiraan saya, kapal ini akan balik lagi ke Banyuwangi sekitar nanti malam atau dini hari keesokan harinya. 

Sudahlah, masih jengkel bercampur kecewa sih belum rezeki naik kapal yang dijuluki kapal hantu karena ukurannya yang sangat besar dan umurnya sudah lumayan tua. 

Next time, saat balik ke Lombok nanti, wajib nih nyobain kapal ini karena saya belum pernah sama sekali nyobain naik kapal dari Lombok langsung Banyuwangi. Kita nikmatin dulu perjalanan ke Banyuwangi motoran melalui Pulau Bali. 

Arus laut siang itu cukup besar, tapi karena kapal ini jalannya cepat, rasa goyangan itu gak terlalu berasa. Kami menghabiskan di dalam kapal untuk tidur dan mengisi tenaga untuk motoran malam nanti. 

Di pertengahan pelayaran menuju Bali, tiba-tiba ada pesan whatsapp masuk dari ALP. Isi pesannya benar-benar di luar dugaan saya. Dari infonya bahwa tiket kami bisa dialihkan ke jadwal kapal berikutnya. Atau kita juga bisa membatalkan tiket dikarenakan masalah teknis dengan catatan uang kami dikembalikan seratus persen. 

Berarti info dari agent tadi kurang lengkap atau mereka sengaja menakuti kami yang memesan tiket lewat aplikasi resmi. Jadi, kesimpulan saya membeli tiket via aplikasi resmi ALP jauh lebih efektif dan efisien. Harganya juga jauh lebih murah dari beli di agent. 

Hati dan perasaan sudah kembali tenang dan semangat melakukan perjalanan panjang. Uang kami dikembalikan dalam bentuk saldo di aplikasi. Jadi bisa dipakai saat pesan tiket balik ke Lombok nanti. 

Perjalanan Malam ke Pel. Gilimanuk - Pel.Ketapang, Banyuwangi 

Singkat cerita, sekitar jam setengah enam sore, kapal sudah bersandar di dermaga satu Pelabuhan Padangbai, Bali. Total empat jam pelayaran dari Lombok menuju Bali. Langit Bali gak baik-baik saja. Pertanda hujan akan segera turun. 

Hujan lebat di Kota Denpasar

Setelah keluar dari kapal, kami segera berjalan menuju Kota Denpasar. Rute yang kami pilih rute selatan melewati Denpasar bagian utara, Tabanan, Mengwi, lanjut Kota Negara, dan Gilimanuk. 

Arus lalu lintas sore itu cukup padat. Saya gak bisa gas motor terlalu kencang. Harus pelan-pelan nyari celah untuk menyalip kendaraan di depannya. 

Situasi kurang mengenakkan pun tiba. Setengah jam berjalan meninggalkan Pel.Padangbai, kami terkena hujan. Untungnya sudah bawa jas hujan lengkap. Anak-anak kami pakaian jas hujan juga. Setelah itu, lanjut jalan lagi hingga Kota Denpasar. 

Semakin mendekati Kota Denpasar, intensitas hujanpun semakin deras. Saya dan bapak memutuskan untuk berteduh di salah satu Alfamart yang berada di jalur By Pass Prof.Dr.Ida Bagus Mantra. Cukup lama kami berteduh disini sambil membeli beberapa makanan dan kebutuhan selama di perjalanan. 

Langit Bali sudah mulai gelap, hujan pun sudah reda. Setelah dipastikan gak hujan, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Gilimanuk. 

Selepas memasuki Kota Denpasar, arus lalu lintas cukup padat. Banyak kendaraan besar yang berada di jalur Denpasar- Tabanan. Saya pun kesulitan untuk menyalip kendaraan di depan. Kondisi jalan juga masih basah dan banyak air menggenang karena hujan. Syukurnya, gak ada turun hujan lagi. 

Keluar dari Kota Denpasar, kami beristirahat di salah satu Warung Lalapan yang berada persis di depan pintu masuk Terminal Mengwi. Karena perut sudah lapar banget dan efek kena hujan di jalan. Cukup lama kami beristirahat disini. Anak-anak pun lahap makan lele goreng, ayam goreng dan nasi putih. 

Waktu menunjukkan jam sembilan malam waktu Bali, kami melanjutkan perjalanan. Tenaga sudah kembali pulih dan ngantukpun sudah hilang sementara. Cukup pede bawa motor sampai Gilimanuk. Kondisi anak-anak, istri, bapak ibu juga cukup baik. 

Perjalanan malam hari yang cukup melelahkan karena membawa anak-anak dan barang bawaan yang cukup berat melalui jalur Denpasar - Gilimanuk yang cukup panjang dan membosankan.  Saya pun dituntut untuk selalu menjaga keseimbangan dan kecepatan berkendara di tengah malam yang dingin. 

Fokus kedepan melihat rambu-rambu lalu lintas adalah hal yang wajib malam itu. Apalagi kondisi arus lalu lintas yang semakin malam, kendaraan berat semakin ramai di jalanan. 




Sesampainya di Gilimanuk, waktu sudah menunjukkan jam dua belas malam. Gak lupa membeli tiket kapal di luar pelabuhan. Sama seperti di Lembar, di luar pelabuhan banyak gerai-gerai di pinggir jalan yang melayani pembelian tiket kapal secara online. 

Untuk kendaraan dibawah 250 cc dikenakan tarif 47 ribu saja. Itu sudah termasuk penumpangnya. Gak menunggu ngantri panjang, kami memasuki kapal yang sudah siap berangkat. Disini dermaganya banyak sekali. Kalian tinggal pilih kapal mana yang terlihat sudah terisi banyak kendaraan. Tapi berhubung sudah ngantuk dan lelah, random saja naik kapalnya. 

Kami memilih naik kapal KMP Liputan XII di dermaga LCM Gilimanuk. Kapalnya cukup lebar dan besar. Arus Selat Bali juga baik-baik saja. Semoga pelayaran aman sampai tiba di Pelabuhan Ketapang. 

Gak menunggu lama, setelah masuk ke dalam kapal. Kapalpun diberangkatkan menuju Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.  Lelah jadi gak terasa setelah duduk santai di salah satu kursi penumpang kapal sambil menikmati keindahan Pelabuhan Ketapang di malam hari. Melihat puluhan  kapal-kapal ferry yang hilir mudik. 

Normalnya, penyeberangan Gilimanuk - Ketapang ditempuh dalam waktu satu jam jika cuaca bersahabat. Dari kejauhan sudah terlihat ribuan lampu yang berada di pulau seberang (Pel.Ketapang,Banyuwangi). 

Di dalam kapal, saya sudah mulai merasa mengantuk berat. Mencoba untuk memejamkan mata lima sampai sepuluh menit. Sedangkan anak-anak masih segar bugar. Mereka berlari-lari di dalam kapal. Bapak ibu dan istri juga sudah ngantuk berat juga. Tapi apa boleh buat, karena anak-anak selalu mengajak main dan ditemani melihat suasana di luar kapal, yasudah saya gak jadi tidur, hahaha. 

Di tengah Selat Bali, sudah mulai pergantian zona waktu. Kami sudah memasuki zona Waktu Indonesia Barat (WIB). Perbedaan waktunya satu jam lebih lambat dibandingkan Bali. 

Yang saya khawatirkan di Selat Bali ini, kapal oleng kanan kiri karena selat ini terkenal dengan arus bawah lautnya yang cukup kencang. Kalau dilihat saat siang hari, arusnya seperti arus sungai yang deras. Jadinya kapal-kapal yang melintas terlihat berjalan pelan tapi sebenarnya kapal tersebut berjalan cepat. Sebabnya karena kapal tersebut melawan derasnya arus bawah laut. 

Ternyata Selat Bali malam itu baik-baik saja. Gak terasa sudah sampai di Pel. Ketapang, Banyuwangi. Waktu menunjukkan jam setengah dua pagi (WIB). Perjalanan dari Pelabuhan Ketapang sampai di Rogojampi kurang lebih satu jam saja. Sampai di rumah Mbah Uyut, sekitar jam setengah tiga pagi. Kami disambut oleh keluarga Banyuwangi dengan hangat. 

Kami semua selamat dan sehat sampai di Rogojampi, Banyuwangi. Kondisi kedua motor juga masih sangat baik. Hanya pinggang saya dan bapak saja yang encok. Enaknya diurut dan dikerokin. 

Total perjalanan dari Lombok hingga Banyuwangi yaitu kurang lebih enam belas jam perjalanan dengan dua kali penyeberangan dengan kapal ferry. 

Gimana cukup seru kan perjalanan dadakan kami. Yang awalnya mau naik kapal langsung dari Lombok ke Banyuwangi. Ternyata motoran menyeberangi dua selat dan melintasi jalur Pulau Bali. Capeknya itu ya melintasi jalur Bali yang ramai oleh kendaraan besar. 

Setelah bersihin badan dan beres-beres, kami segera istirahat sejenak sambil menunggu waktu subuh tiba. Anak-anak juga kembali tidur di kamar yang sudah disiapkan. Saya pun langsung tertidur pulas di depan ruang tamu. Hahahaha. 

Total biaya yang saya keluarkan untuk satu motor dengan rincian; bayar tiket kapal ferry Lombok - Bali 180 ribu, bensin 50 ribu (Pertalite), uang jajan di jalan 100 ribu, tiket kapal Bali - Banyuwangi 47 ribu. Total jadinya 377 ribu dibulatkan jadi 400 ribu. Cukup murah bukan ?. 

Cerita edisi Banyuwangi masih berlanjut di part berikutnya. Jangan bosan lhoo ya !. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra


 

Saturday, 13 September 2025

Motoran Menikmati Udara Segar ke Desa Banyu Urip : Batu Palar Hills


Selama beberapa bulan menulis cerita jalan-jalan ke Yogya dan Jakarta, kita balik lagi cerita tentang jalan-jalan di Lombok. Kampung halaman yang gak ada habisnya buat diceritakan. 


Meskipun akhir-akhir ini di negeri kita khususnya di Lombok, dilanda kasus pembunuhan, pembegalan dan penjarahan. Kedengarannya serem tapi itulah fakta yang kita hadapi saat ini.


Sampai teman-teman media ada yang menulis kalau beberapa wisatawan membatalkan liburannya ke Lombok dikarenakan kondisi keamanan yang belum kondusif. Sedih bacanya tapi itulah kenyataannya. 


Tapi saya percaya, Lombok akan kembali aman seperti sebelumnya. Banyak lagi tamu yang ke Gili Trawangan, camping di Desa Sembalun, trekking Air Terjun Tiu Kelep, menonton MotoGP di Sirkuit Internasional Mandalika, nikmatin aneka kuliner, dan belajar agama dan budaya disini.


Gak perlu takut datang ke Lombok !. Pulau Lombok kaya akan destinasi wisata alam yang wajib kalian explore dan warganya yang terkenal ramah dan bersahabat !. 


Bercerita tentang destinasi wisata di Lombok, saya menemukan salah satu spot yang terbilang masih baru dan sempat viral di media sosial.  


Pas sekali buat kalian yang suka dengan hijaunya area persawahan dan perbukitan. Suka nongkrong sambil menikmati view cantik dan khusus buat para bikers yang setiap akhir pekan gowes, cocok banget beristirahat di rest area ini. 


Selamat Datang di Batu Palar Hills !. 


Berawal dari kegabutan saya dan istri di rumah. Bangun kepagian, habis subuh gak bisa tidur lagi. Anak-anak pun sudah bangun meskipun langit masih belum terang. 


Karena besoknya Hari Senin, berat rasanya ngetrip ke tempat yang jauh. Tapi berat juga rasanya menghabiskan waktu seharian hanya berdiam diri di rumah saja.


"Kita kemana ya pagi ini ?". 


"Cari sarapan ke Desa Tempos sambil motoran yuk, sudah lama rasanya gak motoran kesana !", celetuk saya ke istri. 


Eh ternyata istri juga pengen motoran nyari sarapan. Yasudah, tanpa mikir dua kali lagi takutnya berubah pikiran, kami berempat siap-siap berangkat. 


Gak perlu acara mandi segala. Entar saja mandinya pas pulangnya biar menghemat waktu. Mumpung tetangga belum bangun juga (gak ada hubungannya).


Dengan modal dadakan, kami berangkat sekitar jam setengah tujuh pagi menuju arah Desa Tempos buat nyari sarapan. 


Sudah pernah saya membahas tentang Desa Tempos di tulisan blog saya beberapa tahun yang lalu. Desa yang terletak di bawah kaki Gunung Sasak, Kab.Lombok Barat ini menyimpan banyak view keren. 


Area persawahan hijau yang luas. Jalan pedesaan yang instagrammable. Pasar kulinernya yang dibuka pada hari Minggu saja. Dimulai dari jam enam pagi hingga siang hari. 


Bisa baca disini : Gowes Sambil Kuliner di Desa Tempos


Hangatnya sinar matahari pagi itu, menemani kami di perjalanan. Kabut pagi itu tampak menutupi lereng perbukitan dan sebagian area persawahan. Banyak warga yang sudah keluar rumah untuk joging dan berjalan kaki. 


Waktu tempuh ke Desa Tempos dari rumah memakan kurang lima belas menit atau hanya lima menit dari Gerung, pusat pemerintahan Kab.Lombok Barat. 





Sesampainya di Desa Tempos sudah banyak pedagang yang berjualan aneka sarapan dan kuliner khas setempat. Kami menyempatkan mampir sebentar untung membeli sarapan. Sarapannya kami bungkus untuk dimakan nanti di lokasi. 


Tujuan kami gak hanya mencari sarapan ke Desa Tempos, melainkan ke spot yang lokasinya gak begitu jauh dari sini. Mumpung kesini, sekalian saja mampir kesana. Ya kan ! 


Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Banyu Urip yang memiliki view gak kalah kerennya dengan Desa Tempos. Kedua desa saling berdekatan dengan waktu tempuh sekitar lima menitan. 


Desa Banyu Urip sendiri berada sekitar enam kilometer dari pusat pemerintahan Gerung. Saya bareng teman-teman beberapa kali gowes ke jalur ini karena memang treknya yang menantang dengan view keren. 


Dari Desa Tempos menuju Desa Banyu Urip, kita disuguhkan view perbukitan hijau dan persawahan. Udara disini juga sangat sejuk. Melihat aktivitas warga desa pagi hari dengan senyum keramahan yang sangat hangat.


Melihat warga desa yang bekerja di sawah dengan topi caping di kepala. Baik bapak maupun ibu-ibu bersemangat bekerja di sawah pagi itu. Anak-anak sedang asyik bermain karena hari libur sekolah mereka. 


Jalanan desa begitu ramai dengan warga desa dan pengunjung yang sedang bersepeda maupun hanya motoran seperti kami. 




Sebelum memasuki Desa Banyu Urip kami bertemu dengan tanjakan dan turunan. Setelah turunan, melewati jembatan yang diberi nama "Jembatan Pelangi" karena warna tiang-tiangnya dicat warna warni seperti pelangi. 


Sungainya cukup lebar dan banyak bebatuan yang berukuran besar. Di kiri kanan sungai berupa persawahan dan perbukitan. 


Dari jembatan ini, kami sudah bisa melihat tujuan kami yaitu Bukit Batu Palar yang letaknya berada di tebing perbukitan. Bukit Batu Palar merupakan destinasi wisata alam kecil yang terletak sekitar satu kilometer setelah area persawahan Buntage, di samping Jembatan Pelangi, Desa Banyu Urip, Kecamatan Gerung, Lombok Barat.


Akses menuju kesana cukup mudah. Setelah melewati jembatan, ada pertigaan. Dari pertigaan, kita belok ke kiri melalui jalanan sempit, akses menuju desa sebelah yang sudah dicor semen. 


Harus ekstra hati-hati karena jalannya cukup menanjak. Apalagi yang berboncengan muatan berat, harus pas tancap gasnya. Jangan sampai kehilangan daya dorong karena keberatan. 


Sesampainya di puncak tanjakan, kiri jalan merupakan area parkir kendaraan ke Bukit Batu Palar. Bisa dibilang  bukan area parkir tapi karena ada lahan kosong cukup untuk dua motor, jadinya bisa digunakan untuk memarkirkan motor. 


Di tebing bukit, ada tulisan besar dari baja dicat warna putih "Batu Palar" yang kondisinya kurang terawat.  





Nama Batu Palar berasal dari sebuah bongkahan batu besar yang ada di area bukit tersebut. Warga sekitar menyebutnya “Batu Palar”, karena batu itu bentuknya menonjol dan mudah terlihat dari kejauhan.


Dalam bahasa Sasak (lokal), kata palar sering digunakan untuk menyebut sesuatu yang terpampang, terbuka, atau terlihat jelas. Jadi, Batu Palar bisa diartikan sebagai batu besar yang menonjol dan terlihat jelas di atas bukit.


Seiring waktu, bukit di sekitar batu itu juga ikut dikenal dengan nama Bukit Batu Palar dan dijadikan destinasi wisata oleh warga Desa Banyu Urip, Gerung, Lombok Barat.


Meskipun tinggi bukit hanya sekitar dua puluh lima meter dari permukaan air laut, posisinya yang berada di atas lembah dan tepi sungai menciptakan sensasi seolah berdiri di puncak yang tinggi dengan view sawah, sungai, pepohonan, dan Jembatan Pelangi di kejauhan sebagai lanskap.


Bangunan sederhana seperti meja, kursi, anjungan selfie, dan berugaq (gazebo) telah disediakan untuk kenyamanan pengunjung .


Keindahan pagi hari menakjubkan saat matahari terbit, termasuk aktivitas tradisional seperti memandikan hewan ternak di sungai, menjadi momen menarik bagi pecinta fotografi. 


Setelah memarkirkan motor di pinggir jalan, kami mencoba beristirahat sejenak sambil menikmati suasana alam pedesaan dari atas bukit. 


Untungnya sesampainya kami di lokasi, hanya ada sepasang muda mudi yang asyik ngobrol berdua di berugaq. Pas kami datang, mereka berdua langsung bubar, maksudnya langsung pulang bukan putus hehehe. So, hanya kami berempat di lokasi pagi itu. 


Anak-anak pun sangat senang saat di lokasi. Mereka antusias untuk berjalan ke anjungan selfie yang terbuat dari besi baja dan kayu. Cukup kuat dan aman buat pengunjung yang datang. 





Dari atas anjungan, benar kata beberapa teman yang sudah kesini. Viewnya keren sekali. Saya kurang tau siapa yang punya ide pertama kali membuat spot cantik untuk melihat view alam yang gak ada obatnya. Bisa saja ini ide pemerintah desa setempat. 


Dari atas anjungan ini, kita dapat melihat moment sunrise, melihat aktivitas warga desa di sawah dan sungai. 


Cukup lama kami disini untuk menikmati suasana sambil sarapan. Duduk di berugaq sambil menikmati minum kopi. 


Saat ini pengunjung belum dikenakan tiket masuk. Hanya dikenakan biaya parkir sekitar 5 ribu untuk mobil dan 2 ribu untuk sepeda motor. Itupun kalau ada tukang parkir dari pengelola desa. Kebetulan saat itu gak ada tukang parkirnya hehehe. 


Kedepannya dari info yang saya pernah baca, rencana pengembangan wisata di sekitar Bukit Batu Palar ini mencakup area kuliner, lapak hasil pertanian lokal, dan wahana seperti flying fox dari bukit ke arah Jembatan Pelangi, meskipun masih terkendala pembiayaan. Saya doakan semoga lancar semua. Amin.


Menurut saya banyak potensi yang saya lihat dari tempat ini. Bukit Batu Palar dikembangkan sebagai destinasi pelengkap bagi Jembatan Pelangi, dengan potensi ekowisata yang melibatkan olahraga alam, wisata pertanian, panjat tebing, hingga camping di tepi sungai. 


Akses menuju kesini juga sangat mudah. Jalan sudah aspal mulus dari pusat kota menuju desa. Keamanan juga cukup baik. Panorama alam yang bisa menggaet wisatawan domestik maupun luar negeri untuk berkunjung ke desa ini. 


Gimana, sangat menarik bukan !. 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra