Thursday, 18 December 2025

Menginap di Tengah Kota Surabaya : Suites Surabaya Hotel


Pagi Surabaya !.


Setelah sampai di Surabaya malam hari, saya segera menuju ke penginapan sekaligus hotel tempat kegiatan pelatihan. Saya mengambil paket pelatihan sekaligus menginap selama empat hari tiga malam karena kegiatan berlangsung selama empat hari. Dimulai dari Kamis pagi sampai Sabtu siang. 


Tapi peserta sudah bisa check in di Hari Rabunya. Kali ini saya menginap di salah satu hotel yang berada di tengah Kota Surabaya. Tepatnya di Hotel Suites Surabaya Jalan Plaza Boulevard atau Jalan Pemuda no.33-37, Embong Kaliasin, Genteng, Kota Surabaya. 


Suites Hotel Surabaya merupakan sebuah hotel bintang empat. Hotel ini dibangun pada tahun 1993 menurut surabayasuites.com. Memiliki tujuh lantai. Dimana di setiap lantainya dapat diakses melalui lift yang ada di tengah bangunan hotel. 


Bisa dibilang hotel ini berada di kawasan pusat perbelanjaan, wisata kota dan pemerintahan kota. Di depan hotel ada WTC Plaza sedangkan di sampingnya ada Plaza Surabaya. Gak jauh dari hotel ada Museum Kapal Selam dan Stasiun KA Gubeng. 


Dari Bandara Juanda Surabaya, saya memilih menggunakan taxi ke hotel agar cepat sampai. Selain taxi ada juga transportasi umum lainnya seperti travel dan bus DAMRI bandara dengan tujuan Terminal Bungurasih, Sidoarjo. 


Untuk taxi saya memilih menggunakan mybluebird kelas gold nya. Penasaran sama pelayanannya eksekutifnya dan armadanya yang bagus. Kali ini saya dapat armada Kijang Inova hitam. Untuk biaya dari bandara ke hotel dikenai tarif 240 ribu, sudah termasuk masuk tol dan bebas parkir. 


Perjalanan dari bandara ke hotel cukup lancar. Pak supirnya juga ramah dan pembawaan mobilnya juga smoth alias kalem. Sambil duduk di kursi yang super empuk, saya menikmati Kota Surabaya di malam hari. Melalui jalan tol Waru, gedung-gedung tinggi, lampu-lampu jalan yang indah dan jalanan kota yang lebar nan padat. Bisa dibilang Kota Surabaya ini hampir mirip dengan Jakarta karena banyak gedung-gedung pencakar langitnya. 


Waktu tempuh kurang lebih empat puluh menit dari bandara, akhirnya sampai hotel. Suasana malam yang begitu ramai di depan hotel. Para pedagang kaki lima yang berjejer rapi di seberang jalan. Kendaraan yang melintas di depan hotel. Mall di seberang hotel yang masih ramai oleh pengunjung. Gak nyangka, lokasi hotel ini berada di tengah keramaian. 


Foto : Lazwardy Journal 


Sesampai di hotel, saya turun dari taxi dan segera masuk ke ruang lobi hotel. Petugas yang berjaga di depan pintu membukakan pintu dengan sambutan hangat. Ruang lobi yang begitu megah dengan ornamen-ornamen klasik perpaduan Eropa dan Jawa. 


Suasana lobi yang nyaman dengan lampu-lampu hias bercahayakan kuning. Ada sofa panjang dan kursi bernuansa klasik yang nyaman di tengah lobi. Saya berjalan menuju meja resepsionis untuk check in


Sejauh ini staf hotel sangat ramah dan bekerja secara profesional terhadap tamu hotel. Staf hotel memberikan saya kartu kamar. Kamar saya berada di lantai tiga dengan nomor 341. Untuk kelas kamarnya sepertinya superior pada umumnya. Untuk kamar sudah disiapkan oleh panitia. Di kamar saya gak sendirian, ada peserta lainnya yang sekamar sama saya. 


Setelah proses check in beres, saya menuju lantai tiga menggunakan lift. Liftnya berjumlah empat unit dan saling berhadapan. Ada cerita lucu saat masuk ke dalam lift. Saya masuk ke lift gak sendirian. Ada beberapa tamu hotel di dalam lift. Awalnya saya pencet angka tiga, tapi gak nyala. Sedangkan tamu lainnya pencet angka dan menyala. 


Setelah mereka keluar lift. Saya kembali pencet angka tiga tapi tetap gak menyala juga. Pintu lift tertutup lagi. Saya sendirian di dalam lift. Dan ternyata lift turun ke lantai satu lagi. Saya bingung, kenapa turun ke lobi lagi. Akhirnya saya keluar lift dan pindah ke lift satunya. Di dalam lift saya bersama seorang bapak yang mau menuju lantai lima. Saya pencet lagi angka tiga. Dan ternyata liftnya bergerak sampai ke lantai lima. Tambah bingung lagi, ini lift kenapa ngambek ya. Dan ternyata, pas bapak itu keluar lift. Beliau menyarankan saya untuk tab kartunya dulu baru pencet angka. 


Dan ternyata benar, angka tiganya menyala. Pintu lift tertutup lagi dan bergerak turun ke lantai tiga. Pintu lift terbuka, akhirnya saya sampai juga di lantai tiga. Ternyata beda hotel, beda juga cara naik liftnya ya. Atau saya saja yang katrok.hahaha 


Setelah keluar lift, saya mencari kamar. Untuk mencari kamar gak susah. Ada petunjuk menuju kamar sesuai nomor kamarnya. Untungnya posisi kamar gak begitu jauh dari lift. Dan juga lorong menuju kamar gak begitu horor. Cahaya lorongnya terang dan berlantai karpet tebal. 


Dari lift saya berjalan ke arah lorong sebelah kiri. Belok ke kanan setelah bertemu pertigaan. Setelah bertemu pertigaan lagi, belok kanan dan kamar saya berada di pojokan. 


Foto : Lazwardy Journal


Membuka kamar dengan tab kartu. Pintu kamar berbunyi dan taraaaaa...., kamarnya luas sekali. Saya menyalakan lampu kamar, lampunya remang-remang. Gila ini kamar apa rumah BTN, luas banget. Terdapat dua buah bed terpisah seukuran satu orang dewasa. Ada kursi sofa, lampu tidur, meja kerja, tv, lemari penyimpan pakaian, kotak brankas, alat pemanas air, cangkir, mini kulkas yang menyala dengan baik. 


Untuk botol air mineral gak tersedia disini karena hotel ini menerapkan "no sampah plastik". Jadinya pihak hotel menyediakan muk kosong dari kaca untuk dipakai mengambil air di dispenser yang tersedia di pojok-pojok lorong kamar. Semua hotel di Surabaya menerapkan hal demikian karena ini program Pemerintah Kota Surabaya. Salut !. 


Untuk kamar mandinya juga luas banget. Ada handuk dua buah,wastafel, kaca cermin lebar, closed duduk, bathub untuk berendam dan shower lengkap dengan sabun, shampo dan perlengkapan mandi lainnya. 


Sesampainya di kamar, teman satu kamar belum datang. Infonya beliau dari Madiun dan akan menginap di rumah mertuanya di Surabaya. Jadinya malam ini saya tidur sendirian di kamar yang luas banget. Terkesan horor, apalagi ada jendela besar ditutupi gorden putih. Apalagi lantai kamar dilengkapi dengan karpet tebal bergaya jadul gitu.  


Wajar saja kesannya jadi horor. Tapi karena sudah terbiasa di kamar hotel sendirian kalau perjalanan dinas, jadinya rasa takut saya lawan dengan menyalakan tv keras-keras. Untungnya chanel tv-nya cukup banyak. Jadinya gak bosen dan rasa takut berkurang selama di dalam kamar. 


Setelah beres-beres barang bawaan, saya pergi ke bawah dan mencari makan malam di depan hotel karena malam ini kami gak dapat jatah makan malam dari pihak hotel dan panitia. Waktu juga masih sekitar jam delapan malam. Kalau di Lombok sudah jam sembilan malam. Gak lupa berkabar dulu sama orang rumah kalau sudah sampai hotel. 


Sempat bingung mau makan apa. Di depan hotel ada beberapa cafe yang menjual makanan seperti pizza, dan masakan ala resto. Ada juga coffee shop yang menggoda. Tapi kali ini saya pengen makan makanan kaki lima saja. Lumayan untuk mensejahterakan usaha kecil dan UMKM. Nengok kanan kiri, saya melihat salah satu gerobak dimana menjual nasi goreng. 


Foto : Lazwardy Journal


Saya akhirnya pesan nasi goreng mawut satu porsi seharga 13 ribu. Uniknya porsi nasi gorengnya seukuran porsi kuli. Banyak amat, sampai kenyang banget. Nasi gorengnya enak, nasinya agak kering. Bumbu rempah-rempahnya nendang banget. Perpaduan antara nasi dan mie yang digoreng bersamaan. Maknyuuss ala mendiang Pak Bondan.


Setelah makan nasi goreng di depan hotel, saya kembali ke kamar dan beristirahat. Gak banyak kegiatan yang saya lakukan malam itu. Tidur sampai pagi dan keesokan paginya bisa bangun cepat dan bisa olahraga pagi. 


Bangun pagi, langsung shalat subuh dan bersiap-siap joging pagi. Pakai sepatu dan turun ke lobi. Langit Kota Surabaya pagi itu cukup cerah. Saya memutuskan untuk muter-muter sekitar hotel saja. Melewati Jembatan Boulevard, kemudian berjalan di trotoar sepanjang Jalan Ketabang Kali dan sampai di Jembatan Bendungan Karet Gubeng.


Bisa baca sini : Sensasi Berada di Kapal Selam KRI Pasopati


Suasana lalu lintas kota yang masih lengang. Melewati Museum Kapal Selam dan Plaza Surabaya. Udara Kota Surabaya pagi itu cukup segar. Banyak juga warga yang berolahraga. Ada yang bersepeda, joging pagi dan sekedar berjalan kaki seperti saya. 



Foto : Lazwardy Journal


Dua kali muter hotel, saya rasa cukup berkeringat. Lumayan olahraga pagi biar badan dan pikiran fresh sebelum memulai kegiatan seharian nanti. Sehabis olahraga, lihat jam tangan menunjukkan jam enam pagi. Saatnya kembali ke hotel. 


Sesampainya di ruang lobi, saya langsung menuju resto untuk sarapan. Untuk jadwal sarapan dimulai dari jam enam pagi hingga sepuluh pagi. Resto hotelnya berada di lantai satu tepat di depan lobi. Ruangan restonya cukup luas. Suasana resto bergaya klasik. Meja kursi bernuansa Eropa terbuat dari kayu jati. Dinding resto full kaca, sehingga kita bisa melihat ke arah luar hotel. 


Untuk menu sarapannya beragam. Ada menu nusantara seperti nasi goreng, nasi putih, mie goreng, mie mihun, soto ayam, ayam goreng, ayam bakar bumbu kecap, sayuran dan lain-lain. Ada juga spaggeti, kentang goreng. Untuk cemilannya ada bubur kacang ijo, bubur ketan hitam, bubur ayam dan lain-lain. 


Menu sehatnya ada buah potong, salad, jus buah, susu putih dan infus water. Selain itu ada minuman favorit saat pagi yaitu kopi susu dan kopi hitam. Habis makan enaknya ngopi. 



Foto : Lazwardy Journal


Ohya, setiap paginya menu-menunya berubah-ubah ya. Gak selalu sama seperti hari sebelumnya. Kalau untuk menu sarapannya saya suka banget. Banyak pilihan dan mengenyangkan. Kita bisa makan sepuasnya tapi ingat jangan berlebihan karena berlebihan itu gak baik bagi kesehatan. 


Untuk restonya terbagi dua ruangan. Ada ruang di dalam dan ada ruang makan di luar area resto tapi masih berdekatan. Letaknya semi outdoor gitu. Kita bisa nongkrong sambil melihat pemandangan sekitar hotel. Bisa melihat lift berjalan turun naik. Bisa melihat staf hotel yang cantik. Bisa ngopi pagi disini sambil ngobrol dengan tamu hotel lainnya. 


Untuk Suites Surabaya Hotel ini merupakan hotel lama kelas bintang empat. Bangunannya juga bisa dikatakan terawat dan adem. Dari ruang lobi yang adem dan sejuk. Tercium aroma wangi khas hotel berbintang. Lantainya berkarpet tebal. Ada sofa panjang dan kursi bergaya Eropa. Banyak tanaman hias hijau di area dalam hotel. Liftnya berjalan dengan baik sehingga gak buat saya khawatir. 


Kamar tempat saya menginap juga sangat bersih, luas, bed-nya kasurnya empuk, pendingin ruangan yang dingin, wifi-nya kencang, bed-nya empuk lengkap dengan bed cover dan bantal. Ada kursi dan meja. Belum lagi ada meja kerja. Tv yang memiliki banyak channel, ada lemari penyimpan pakaian, kulkas yang berfungsi dengan baik. 


Kamar mandinya juga luas banget. Mungkin bisa dibilang luas kamar mandinya seluas kamar tidur saya di rumah. Lantai marmer dan bersih. Semuanya berfungsi dengan baik. Gak kecewa kalau menginap di hotel ini. Menurut saya hotel ini saya kasi bintang lima. 


Selesai sarapan di resto, saya kembali ke kamar untuk bersiap-siap mandi dan memulai hari ini dengan belajar hal yang baru. Selama empat hari kedepan saya akan mengikuti Pelatihan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Level 1 yang diadakan oleh LPKN (Lembaga Pelatihan dan Konsultasi Nasional) dan di hari terakhir, saya akan mengikuti uji kompetensi yang diadakan kerjasama LPKN dengan LKPP. 


Foto : Lazwardy Journal


Untuk kegiatannya dimulai pukul 08.00 WIB yang lokasinya berada di ruang Lengkuas lantai dua. Total peserta pelatihan berjumlah tujuh belas orang yang berasal dari berbagai daerah. Paling dekat dari Kota Malang dan paling jauh dari Maluku. 


Ini merupakan ilmu baru yang saya dapatkan dan ilmu ini juga gak jauh-jauh dari keilmuan profesi yang saya punya saat ini. Ilmu yang berkaitan dengan perencanaan dan pengadaan, tapi konteksnya jauh lebih kompleks. Bukan hanya perencanaan dan pengadaan obat dan alat kesehatan saja tapi pengadaan lainnya seperti bangun gedung, pengadaan barang lainnya, pemeliharaan dan konsultansi. 


Over all, menginap dan berkegiatan di Suites Surabaya Hotel sangat rekommended banget menurut saya. Lokasi hotelnya yang sangat strategis. Dekat dengan pusat perbelanjaan, destinasi wisata, pusat pemerintahan dan gak jauh dari stasiun kereta api yaitu Stasiun Gubeng. 


Untuk tarif menginap lebih jelasnya kalian bisa lihat di aplikasi seperti tiket.com, booking.com atau traveloka. Estimasi tarif per malam hotel ini untuk kelas superior seharga 400 hingga 500 ribuan (tergantung season). Harga bisa berubah-ubah sewaktu-waktu. 


Pelayanannya juga sangat oke. Menu-menu makanannya juga gak mengecewakan. Saya suka dengan beberapa jajanan pasarnya yang enak-enak. Selama empat hari berkegiatan, saya gak pernah jajan di luar (makan di luar maksudnya). Dari pagi sampai malam, makan dari hotel saja karena panitia kegiatan menyediakan makan siang dan malam untuk peserta. Good Job !. 


Cukup sampai disini dulu cerita Suites Surabaya Hotel nya. Nanti kita sambung lagi di tulisan berikutnya. Jangan bosan dibaca !. Ditunggu ceritanya di minggu depan !.


Penulis : Lazwardy Perdana Putra


Friday, 12 December 2025

Terbang di Cuaca Buruk : Lion Air Boeing 737 800


Gak terasa sudah berada di akhir tahun. Kondisi cuaca akhir-akhir ini juga lagi kurang baik. Sepanjang hari hujan turun dengan lebatnya. Beberapa wilayah seperti Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat dilanda musibah banjir dan tanah longsor. Ribuan korban terkena dampaknya. Kondisi kota lumpuh, rumah-rumah hanyut. Yang memprihatinkan banyak yang kehilangan sanak saudara.


Mari kita doakan untuk saudara kita yang ada disana, semoga selalu diberikan kesehatan dan kesabaran menghadapi musibah ini. Bantuan demi bantuan berdatangan silih berganti baik melalui jalur udara maupun darat meskipun akses yang begitu sulit ditempuh.


Cuaca saat ini sedang gak baik-baik saja, saya malah mendapatkan tugas untuk mengikuti kegiatan pelatihan. Sebenarnya  senang bisa ngetrip lagi ke tanah Jawa. Tapi karena lagi musim hujan, agak berat untuk ninggalin anak-anak di rumah. 


Karena ini tugas negara, ya saya gak bisa menolaknya. Apalagi ini menyangkut harga diri. Kalau sudah diperintahkan berangkat, berarti kita termasuk orang yang dipercaya. Gimanapun resiko tugasnya nanti, kita berusaha untuk melaksanakan dengan sebaik-baiknya, Asyiiik (curhat colongan). 


Di tahun ini sudah dua kali saya berkunjung ke Kota "Pahlawan". Sebelumnya sekitar Bulan April di tahun ini, saya bareng keluarga singgah di kota ini untuk melanjutkan perjalanan ke Jogya. Dan di awal Desember ini, kesini lagi sendirian. 


Berhubung ini perjalanan dinas, untuk segala kebutuhan dari biaya pelatihan, transportasi, hotel dan makan minum sudah diurus oleh kantor. Jadinya saya tinggal jalan saja. 


Untuk menuju Surabaya, saya memilih naik pesawat saja untuk menghemat waktu di jalan. Ada beberapa maskapai yang melayani rute Lombok - Surabaya. Saya memilih pesawat sore saja karena kegiatan pelatihan dimulai di keesokan pagi harinya.


Lagi-lagi maskapai yang saya pilih yaitu pesawat sejuta umat karena pesawat plat merah sementara ini gak ada melayani rute Lombok - Surabaya. 


Alasan lainnya kenapa pilih maskapai ini karena jadwal keberangkatannya bisa dibilang banyak pilihan. Ada yang pagi, siang maupun sore sampai malam. 


Kebetulan ada jadwal keberangkatan paling terakhir jam lima sore, jadinya saya ambil jam segitu biar gak buru-buru. Bisa lebih lama bareng anak-anak juga karena ditinggal empat hari nantinya. 


Tepat di hari H, sekitar jam satu siang, tiba-tiba langit mendung dan gak lama hujan turun dengan deras. Sudah satu jam lamanya hujan turun, saya cek ulang barang yang akan dibawa agar gak tertinggal. Pikir saya, hujan gak hujan, jam tiga siang saya tetap jalan ke bandara. 


Syukurnya jam tiga kurang, hujan pun sudah reda. Ketika si kecil sudah tidur, saya memesan taxi via aplikasi. Saya memilih menggunakan bluebird group karena nyaman saja dan armadanya cukup baik. 


Istri dan si kakak (anak pertama) masih terbangun. Ketika taxi sudah datang, saya berpamitan ke istri dan si kakak. Agak berat juga sebenarnya ninggalin mereka disaat kondisi cuaca seperti ini. Tapi Bismillah saja, namanya ini ibadah. 




Dari rumah yang berlokasi di Desa Rumak, Lombok Barat, waktu tempuh ke Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (BIZAM) memakan waktu kurang lebih tiga puluh menit. Tarif taxi sekitar 150 ribuan. 


Sampainya di bandara, saya langsung turun dari taxi dan berjalan menuju area check in tiket. Suasana bandara siang itu cukup ramai. Lumayan banyak jadwal keberangkatan pesawat sore itu. Ada yang ke Jakarta, Surabaya, Balikpapan, Makassar, Bima dan Tambolaka. 


Karena gak ada bagasi, saya cetak boarding pass mandiri di mesin boarding pass yang berada di area check in. Sebelumnya saya sudah minta bantuan adek yang kerja di maskapai Lion Air untuk check in online. 


Setelah boarding pass tercetak, saya menuju lantai dua. Berjalan menuju area pengecekan barang dan lain-lain. Seperti biasa, yang membawa ikat pinggang, jam tangan, jaket, topi dan hp, bisa dilepas dan ditaruh di nampan plastik yang sudah disediakan. 


Setelah dipastikan barang bawaan aman semua dari alat X-ray, saya segera menuju ruang tunggu penumpang. Tertera di boarding pass, Lion Air dengan nomor penerbangan JT 823 tujuan Surabaya jadwal boarding pukul 16.35 WITA melalui Gate 2. Cek di layar status penerbangan ke Surabaya on schedule.




Baik Gate 1 maupun Gate 2 berada di gedung terminal baru. Untuk kondisi ruangannya sangat keren. Ada sofa-sofa panjang melingkar yang berada di area gedung ini. Selain itu kursi ruang tunggunya juga cukup enak. Ornamen-ornamen modern tanpa menghilangkan kesan budaya Lombok sendiri yang ada di bagian atap maupun dinding. 


Di bagian depan, terdapat dinding kaca sehingga kita bisa leluasa melihat pesawat yang take off maupun landing. Bandara BIZAM ini sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Sudah banyak area yang sudah mengalami perbaikan. Beberapa spot juga sudah dipercantik untuk memanjakan para wisatawan domestik maupun mancanegara yang berlibur bahkan yang datang untuk menonton MotoGP ke Lombok.  


Beberapa toko oleh-oleh, resto, caffe dan minimarket dengan brand terkenal sudah ada di dalam area ruang tunggu penumpang. Fasilitas umum lainnya ada toilet pria, wanita dan difabel yang cukup bersih. Mushola dengan ukuran yang gak begitu besar tapi cukup menampung para calon penumpang yang akan melaksanakan shalat. Ada juga playground anak agar anak-anak gak cepat bosan. 


Menariknya saya melihat kondisi ruang tunggu di Gate 1 maupun 2 sangat ramai oleh calon penumpang. Ada juga antrian penumpang yang sedang berbicara dengan petugas maskapai. Penasaran sama apa yang terjadi. Kepikiran mungkin saja ada salah satu pesawat yang mengalami delay. 




Ternyata, gak hanya satu pesawat saja yang delay. Tapi ada beberapa pesawat yang mengalami gangguan operasional. Parahnya lagi ada salah satu maskapai yaitu Super Air Jet tujuan Jakarta, sudah lebih delapan jam delay. Yang tadinya jadwal berangkat jam sembilan pagi, dari informasi terakhir akan diberangkatkan jam tujuh malam. 


Harap-harap cemas juga semoga pesawat saya gak ikutan delay. Lihat di traffic flight radar, pesawat yang akan saya naiki nanti sedang menuju Lombok dari Surabaya. Tanya sama adek yang kerja di bandara ini juga, infonya juga sama. 


Selama menunggu di ruang tunggu, saya pergunakan untuk duduk bersantai sejenak sambil minum susu favorit. Ngobrol sesekali dengan calon penumpang yang duduk di sebelah. Mereka sejak pagi sudah berada di ruang tunggu ini menunggu pesawat yang belum pasti berangkat jam berapa. 


Dimaklumi karena kondisi cuaca seperti ini, sangat wajar penerbangan pada delay. Apalagi yang menuju arah timur seperti Makassar, Tambolaka dan Bima kondisi cuaca disana lagi buruk. Sehingga mengganggu jarak pandang pilot dan membahayakan pesawat yang melintas.  


Sekitar jam setengah lima sore, pesawat Lion Air Boeing 737 800 PK LOR sudah terlihat landing di runway 31. Sedikit tenang karena kemungkinan pesawat berangkat tepat waktu. 


Pesawat yang akan menerbangkan saya dan lainnya ke Surabaya berjalan perlahan menuju apron. Pesawat berbadan putih dengan lambang Singa Terbang merah di bagian ekor dan tulisan Lion di bagian badan pesawat. 


Sudah lama rasanya saya gak terbang bersama Lion Air lagi. Gak sabar rasanya ingin cepat-cepat masuk ke dalam kabin pesawatnya. Setelah pesawat selesai menurunkan penumpang, sudah diumumkan bagi penumpang Lion Air dengan nomor penerbangan JT 823 tujuan Surabaya dipersilahkan menuju pesawat. 




Antrian panjang penumpang di Gate 2 untuk melakukan pengecekan terakhir boarding pass dan kartu pengenal sebelum masuk ke dalam pesawat. Syukurnya pesawat kami gak mengalami delay. 


Setelah melakukan pengecekan boarding pass, saya berjalan menuju pesawat melalui garbarata. Sudah terlihat secara jelas pesawat yang akan menerbangkan saya ke Bandara Juanda Surabaya. 


Langit sore yang cukup cerah pertanda penerbangan nanti baik-baik saja. Perlahan-lahan para penumpang memasuki pesawat. Saya duduk di seat nomor 2A. Dua baris dari depan. Duduk di sebelah jendela bagian kiri pesawat. 


Para pramugari dengan ramah melayani para penumpang menuju seat (kursi) masing-masing agar gak tertukar dengan penumpang lain. Setelah meletakkan tas bawaan di kompartemen bagasi di atas kursi, saya segera duduk di kursi saya sendiri sebelum ada penumpang yang iseng nyerobot kursi yang bukan semestinya. Biasanya ada saja penumpang yang sengaja duduk di tempat duduk kita dan beralasan itu tempat duduknya. Kebanyakan ibu-ibu atau bapak-bapak (menurut pengalaman pribadi). 


Para penumpang satu per satu duduk di seatnya masing-masing. Setelah pintu pesawat sudah ditutup. Pesawat sebentar lagi akan berangkat. Para awak kabin mendemokan alat keselamatan seperti jaket pelampung dan masker oksigen. 


Gak lupa di depan kursi kita, ada informasi keselamatan yang wajib dibaca. Selain itu ada majalah dan buku doa sesuai keyakinan masing-masing. Saya sangat beruntung bisa duduk di samping jendela bagian depan. 




Untuk kursi (seat) nya masih terawat. Dengan bahan kursinya semi kulit berwarna biru tua khas Lion Air tanpa ada sarung kursi yang berwarna merah pada biasanya. Untuk kaca jendela masih cukup bersih dengan usia pesawat yang menurut traffic flight radar sekitar 11,5 tahun. 


Lion Air Boeing 737 800 dengan nomor registrasi PK LOR ini pertama kalinya dioperasikan oleh maskapai Lion Air pada tahun 2015. Kelas semuanya full ekonomi dengan konfigurasi seat 3-3 dan bisa mengangkut penumpang sebanyak 189 orang (selain awak kabin). 


Untuk jarak antar seat bagian depan dan belakang menurut saya gak sempit-sempit amat seperti pesawat Lion Air lainnya. Kalau yang PK LOR ini menurut saya jarak antar seatnya cukup longgar dengan tinggi saya 165 cm. 


Pesawat sudah push back dan taxi menuju runway 31. Cuaca sore itu cukup cerah meskipun di arah barat awan terlihat tebal. Semoga saja di atas nanti gak sering bertemu dengan hujan.




Setelah pesawat berjalan pelan menuju runway, gak lama terdengar suara mesin pesawat yang cukup bising di bagian sayap kiri dan kanan. Pertanda pesawat sudah berjalan cepat untuk take off. Ini moment bagi saya yang cukup menegangkan. Setiap naik pesawat, yang saya khawatirkan itu disaat take off dan landing


Gak lama kemudian, pesawat sudah take off dan menukik ke atas dengan tajam. Baru kali ini saya naik pesawat, nukiknya cukup tajam. Apa setiap pilot itu punya ciri khas dalam menerbangkan pesawat gak ya ?. 


Setelah tiga menit take off, pesawat terbang dengan stabil. Agak sedikit tenang. Terlihat view cantik Kota Mataram di sore hari. View laut dengan deretan perbukitan Pulau Lombok yang memanjakan mata dan selalu saya rindukan setiap keluar pulau. 


Pesawat masuk ke dalam awan tebal. Semakin terbang tinggi, pesawat terasa terguncang kecil. Pulau Bali pun gak terlihat karena terselimuti awan tebal. Pertanda di bawah sana hujan turun. 


Sepuluh menit terbang, pesawat terkena turbulance beberapa kali. Sampai tanda mengenakan sabuk pengaman menyala beberapa kali. Goncangan demi goncangan juga terasa cukup keras. Yang tadinya mau tidur, jadinya gak bisa tidur. Suasana tiba-tiba sunyi di dalam kabin pesawat. Hanya terdengar suara mesin pesawat dan pada awal kabin yang berbicara kecil. Sesekali terdengar suara pilot yang berkomunikasi dengan pihak ATC terdekat. 





Suasana horor sedikit berkurang ketika dari celah awan tebal terlihat sinar matahari yang akan tenggelam. Sudah lama sekali gak melihat moment matahari terbenam dari dalam pesawat. Sampai gak ingat lagi kapan terakhir naik pesawat sambil menikmati sunset seperti ini. Rasa cemas karena turbulance sedikit berkurang karena melihat sunset yang begitu cantik. 


Posisi pesawat sudah berada di atas Jawa Timur. Bali Barat dan Banyuwangi terlihat jauh di bawah dengan Selat Bali yang memisahkan. Begitu juga dengan ratusan lampu terang dari Paiton yang memanjakan mata. Ditambah lagi jalan tol Probowangi yang terlihat seperti ular putih yang meliuk-liuk di kawasan pantura Jawa Timur. 


Pesawat kami sudah terbebas dari awan tebal. Guncangan kecil masih terasa tapi itu dalam kondisi yang wajar bagi pesawat. Kalau sudah melihat Pulau Jawa, tandanya sebentar lagi kita akan tiba di Bandara Juanda Surabaya. 


Semakin lama, langit semakin gelap. Matahari pun sudah terbenam. Lampu-lampu rumah warga sudah menyala. Sebentar lagi pesawat akan landing di Bandara Juanda Surabaya. Rasanya cepat sekali ya. Baru saja setengah jam terbang, eh sudah sampai saja di Surabaya. 


Perlahan-lahan pesawat turun. Tekanan udara pun berubah drastis sampai telinga pun agak berdengung. Suasana hening, sebagian penumpang tertidur di kursinya masing-masing. Untungnya dua kursi di sebelah saya kosong. Jadinya agak leluasa untuk merekam dan mengabadikan moment selama penerbangan. 


Lampu di dalam kabin pesawat dimatikan. Pesawat sebentar lagi akan mendarat. Terdengar ban pesawat sudah diturunkan. Moment menegangkan kembali hadir. Kali ini moment paling kritis dari pesawat salah satunya saat landing


Jantung berdebar-debar saat sudah terlihat ujung landasan dengan lampu di pinggir landasan. Terdengar "kreeekkkk", ban pesawat menyentuh aspal landasan dan mesin terdengar sangat bising karena pesawat melakukan pengereman. 


Akhirnya pesawat landing dengan sempurna dan segera berjalan menuju apron. Terlihat bangunan Bandara Juanda dengan ciri khas rumah Joglo dan beberapa pesawat terparkir. 




Setelah pesawat berhenti dengan sempurna. Para penumpang segera bersiap-siap turun dari pesawat melalui tangga yang sudah disiapkan. Pintu pesawat sudah dibuka. Awak kabin mempersilahkan seluruh penumpang untuk berjalan turun dari pesawat dengan tertib. Jangan lupa mengecek barang bawaan agar gak tertinggal terutama "tumbleur" masing-masing. 


Penumpang turun gak melalui garbarata, tapi melalui tangga manual. Wah ini yang saya tunggu-tunggu karena bisa melihat badan pesawat secara utuh. 


Langit Surabaya sedang bersahabat malam itu. Kami sampai di Surabaya sekitar jam setengah enam magrib. Ada perbedaan waktu satu jam lebih lambat dari Lombok. Kurang lebih satu jam penerbangan dari Lombok ke Surabaya. 


Setelah turun dari pesawat, saya dan para penumpang lainnya berjalan kaki menuju terminal kedatangan. Suasana bandara malam itu cukup ramai. Ada beberapa penerbangan di malam itu. Terlihat di ruang tunggu masih ramai oleh penumpang yang sedang menunggu jadwal keberangkatan. 


Karena gak ada bagasi, saya pun langsung keluar bandara dan mencari taxi yang sudah saya pesan via aplikasi. Kali ini saya ingin mencoba bluebird taxi dengan kelas gold nya. Pelayanannya cukup oke dengan armada saat itu mobil Inova hitam dengan driver yang sangat ramah. Tarifnya sekitar 240 ribu. Itu sudah sampai biaya masuk tol. Gak dikenakan biaya tambahan lagi. 


Over all, penerbangan Lombok - Surabaya kali ini bersama Lion Air Boeing 737 800 dengan nomor penerbangan JT 823 PK LOR sangat saya nikmati. Meskipun penerbangan low cost carrier, tapi pelayanan standarnya cukup baik. Awak kabin yang ramah dibandingkan awak kabin maskapai merah sebelah, hehehe. 


Kondisi pesawatnya juga cukup oke. Gak ada drama delay dan pendingin udaranya bekerja dengan baik. Saya pribadi gak merasa kepanasan di dalam pesawat. Kali ini penerbangan sungguh menyenangkan. 


Hanya saja terbang di waktu yang kurang tepat. Cuaca buruk yang menimpa hampir seluruh wilayah Indonesia. Hujan dengan intensitas tinggi sepanjang hari sehingga kita harus berhati-hati dalam melakukan perjalanan. 


Syukurnya setibanya di Bandara Juanda, langit Kota Surabaya cukup cerah. Perjalanan dari Bandara Juanda menuju hotel tempat saya menginap beberapa hari kedepan memakan waktu tempuh dua puluh menit. 


Untuk hotelnya nanti saya review di tulisan selanjutnya. Jadi sampai disini dulu cerita saya edisi Surabaya. Ditunggu cerita selanjutnya yang lebih seru dan gak jelas lagi. Hehehe. 


Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Friday, 14 November 2025

Kembali ke Lombok Berlayar Bersama KM Mutiara Barat : Kapal Hantu yang Gak Berhantu

 


Setelah hampir seminggu trip ke Banyuwangi, tibalah waktunya pulang ke rumah. Berhubung waktu cuti segera berakhir, dengan berat hati saya dan keluarga harus balik lagi ke Lombok. 


Pengennya sih nambah beberapa hari lagi di Tanah Blambangan ini, tapi kondisi belum mengijinkan. Masih banyak tempat-tempat yang belum saya explore seperti Pantai Pulau Merah, touring ke Alas Gumitir, Kawah Wurung dan lainnya. 


Oke, kita mulai saja cerita di tulisan terakhir edisi Banyuwangi 2025. Kali ini saya akan mengajak kalian para pembaca setia Lazwardy Journal untuk berlayar bersama kapal yang banyak orang menyebutnya "kapal hantu". 


Kapal yang sejak pertama kali beroperasi dari Lombok ke Banyuwangi, bikin saya penasaran untuk mencobanya. Alasan utama kenapa saya pengen banget nyobain kapal ini yaitu karena kapal ini cukup legend. Umurnya sudah gak muda lagi. Ukurannya juga sangat besar. Saking besarnya, banyak ruang di dalam kapal ini yang terkunci atau gak digunakan. 


Fasilitas di dalam kapalnya juga klasik. Dari lorong kapal, kantin yang dulunya restoran pada zamannya, sampai kamarnya berkesan vintage. Maklum saja, kapal ini merupakan kapal bekas Jepang. Saking klasiknya, saat memasuki kapal ini saya merasakan vibes berada di dalam sebuah kapal mewah Jepang di tahun 90-an.


Cerita dimulai dari pembelian tiket. Saya memesan kapal ini cukup unik. Mungkin kalian yang sudah membaca tulisan pertama saya trip ke Banyuwangi, pastinya sudah tau. Jauh-jauh hari sebelum berangkat ke Banyuwangi. Saya berhasil mendapatkan beberapa nomor kontak kru kapal yang akan saya naiki dari temen yang sering bolak-balik Lombok Banyuwangi. 


Menyesuaikan jadwal keberangkatan kapal dengan hari kepulangan. Setelah melihat jadwal keberangkatan kapal di website PT.Antosium Lampung Pelayaran (ALP), pas banget dengan keberangkatan kapal KM Mutiara Barat. Orang biasa menyebutnya dengan kapal "City Line" karena tulisan di badan kapalnya tertulis jargon tersebut. 


Kapal ini merupakan salah satu tol laut yang menjadi program dari Pak Jokowi semenjak menjabat menjadi presiden dulu. Hingga sekarang banyak masyarakat yang menggunakan tol laut ini untuk bepergian dari satu pulau ke pulau lainnya. Saya rasa sih cukup membantu bagi kita yang tinggal di kepulauan. 


Ada beberapa kapal yang sama yang melayani rute Lombok - Banyuwangi PP yaitu KM Mutiara Berkah II, KM Mutiara Sentosa III, KM Mutiara Barat, KM Mutiara Ferindo I dan II. Jadi saat ini ada lima kapal ALP yang beroperasi lintas Pel.Gili Mas menuju Pel. Tanjungwangi PP. Banyak juga orang menyebutkan kapal-kapal ini dengan sebutan kapal kembar City Line karena dari bentuk dan ukuran kapalnya hampir sama semua. 


Balik ke laptop !. 


Setelah memutuskan akan naik kapal tersebut, saya mengontak salah satu kru kapalnya. Kerennya direspon cepat sama mereka. Yang saya tanyakan apakah kapalnya dipastikan jalan dan harga sewa kamar karena rencananya saya dan keluarga akan menyewa kamar di dalam kapal. 


Dari informasinya kapal akan berangkat ke Lombok sekitar jam dua belas malam. Tapi kendaraan sudah bisa masuk sekitar jam delapan malam. Begitu juga dengan kamarnya, saya berhasil nego kamar kelas VIP dengan empat bed, lengkap dengan satu sofa dan pendingin ruangan seharga 250 ribu. Untuk pembayaran sewa kamarnya bisa nanti di atas kapal. 


Saat sudah memastikan kapal dalam kondisi baik-baik saja dan akan berangkat ke Lombok, saya langsung memesan tiket via website resmi PT.ALP. Caranya cukup mudah sekali.


Kita tinggal masuk ke dalam websitenya. Mengisi beberapa data yang diminta. Dari pilihan rute kapal, tanggal berangkat, nama kapal, jenis kendaraan, nomor kendaraan, nama penumpang sampai proses pembayaran. 


Hal yang perlu diperhatikan disini. Ketika akan memesan tiket, kita pastikan kendaraan yang akan kita gunakan. Jangan salah memasukkan jenis kendaraan dan nomor kendaraan. 


Setelah jenis kendaraan sudah diinput, lalu nama-nama penumpang jangan lupa dimasukkan. Jika membawa motor, itu sudah termasuk dua penumpang gratis. Caranya klik supir dan kernet. Lalu masukkan nama penumpangnya sejumlah dua orang. 


Hal penting lagi, jika penumpang kendaraan lebih dari dua orang, kita bisa menginput penumpang lainnya tapi bayar seharga penumpang. Kalau gak salah untuk dewasa seharga 105 ribu sedangkan anak-anak hanya 15 ribu. Tapi bisa juga gak dimasukkan kalau ingin berhemat, hehehe. 


Untuk pembayarannya sementara ini hanya bisa pakai Livin Mandiri bila ingin transaksi online. Bagi yang gak mau ribet, kalian bisa pesan di agent-agent resmi yang bekerjasama dengan PT.ALP di sekitar pelabuhan. 





Oke... Setelah urusan pertiketan beres, sekitar jam enam sore sehabis shalat magrib, kami berangkat menuju Pelabuhan Tanjungwangi. Sedih juga saat berpamitan dengan keluarga Banyuwangi. Kapan lagi kesini, semoga masih diberikan kesehatan, rezeki dan waktu buat datang kesini lagi. 


Saya bersama anak istri menggunakan Blumax, sedangkan bapak ibu pakai motor Vario. Untuk urusan barang bawaan jangan ditanya lagi. Apa yang bisa dibawa, kami bawa. Sisanya saya dan istri paket lewat ekspedisi hehehe. 


Perjalanan dari Rogojampi ke Pelabuhan Tanjungwangi memakan waktu tempuh kurang lebih empat puluh lima menit. Melewati Kota Banyuwangi dan Pelabuhan Ketapang. Akhirnya kami tiba tepat waktu di Pelabuhan Tanjungwangi. 


Langit malam saat itu agak mendung. Kecepatan angin juga cukup kencang. Sepertinya akan turun hujan. Semoga waktu memasuki kapalnya belum turun hujan. 


Memasuki pintu pelabuhan, kami diarahkan oleh petugas pelabuhan menuju portal pemeriksaan tiket. Setelah di depan portal, saya mengeluarkan handphone untuk membuka barcode pemesanan tiket. Setelah itu, barcode diarahkan ke layar yang ada di mesin scan.


Setelah terscan, artinya proses check in berhasil dan sudah bisa masuk ke dalam kapal. Gak perlu nyetak e-tiket lagi. Tinggal tunjukkin barcode e-tiket kepada petugas. Semuanya sudah beres. 


Untuk urusan check ini beres, selanjutnya kami diarahkan menuju ruang tunggu penumpang. Suasana di pelabuhan malam itu belum begitu ramai oleh penumpang pejalan kaki atau kendaraan. Yang ramai itu antrian truk-truk ekspedisi yang akan ikut menyeberang ke Lombok. 


Kapal KM Mutiara Barat sudah bersandar di dermaga bersama beberapa kapal barang lainnya. Gak lama menunggu, seluruh penumpang baik pejalan kaki maupun yang membawa kendaraan pribadi dipersilahkan memasuki kapal melalui ramdor yang berada di bagian buritan kapal. 


Gila ukuran kapalnya gede dan panjang banget. Ini pertama kalinya saya naik kapal berukuran panjang seperti ini. Mana bentuknya juga seperti kapal perang dengan livery dominan putih polos dan biru tua bertuliskan City Line di badan kapal. Benar-benar memberi kesan tersendiri.


Sepertinya perjalanan nanti akan seru karena saya rencananya akan mengexplore kapal ini dari buritan hingga haluan. Semoga kaki ini kuat jalan dan persiapan mental karena memang benar, kapal ini seperti kapal hantu saking besarnya. Sampai anak saya saja nanya, "ayah kok kapalnya serem dan gelap?". Saya bingung jawabnya gimana. 


Saat memasuki lambung kapal, gerimis pun datang. Cepat-cepat saya membawa motor masuk ke dalam cardeck. Untungnya petugas kapal mengarahkan motor saya dan bapak, parkir di samping ramdor yang berada di bagian buritan. Gak perlu jauh-jauh parkir motor. 


Cardeck kapal ini ada dua lantai. Lantai satu untuk kendaraan besar dan berat, sedangkan lantai dua untuk kendaraan sedang seperti truck kecil, mobil dan motor. 


KM Mutiara Barat ini memiliki bobot muat kotor sekitar 11.500 ton dengan panjang 166 meter dan lebar 25 meter. Bisa memuat kendaraan sekitar 115 unit dan penumpang sejumlah 1000 orang. Kapal ini dibangun pada tahun 1991 di Jepang. Dulu saat masih beroperasi di Jepang, kapal ini sudah beberapa kali berubah nama. Salah satunya bernama Ocean West (sumber : marine traffic).


Meskipun kapal ini tergolong sudah tua dan bekas kapal Jepang, fisiknya masih tetap terjaga. Bagi saya kapal ini memiliki kesan tersendiri. Kalau dibandingkan dengan kapal-kapal yang sudah saya naiki seperti punyanya PT.DLU pastinya kalah dari sisi fasilitas. Tapi kapal-kapal milik ALP ini banyak yang cari karena harga tiketnya cukup terjangkau dan hanya satu-satunya penyeberangan Banyuwangi langsung ke Lombok saat ini. 


Setelah memarkirkan motor dengan aman, kami berjalan menuju lantai atas untuk menuju deck penumpang. Suasana cardeck cukup lengang karena baru kendaraan kecil saja yang dipersilahkan masuk. Kendaraan besar masih berada di parkiran pelabuhan menunggu giliran masuk kapal. 


Penerangan di cardeck cukup minim pencahayaan. Kami melalui jalan menanjak ke cardeck lantai dua. Cukup terjal juga tanjakannya. Lumayan nyari keringet malam-malam. Berada di cardeck lantai dua, kondisi masih kosong melompong. Kami mencari tangga untuk menuju deck atas. Melalui pintu, di pinggir cardeck terlihat tangga menuju deck atas. Gila anak tangganya banyak banget. Benar-benar nih kapal buat saya jadi olahraga hahaha. 





Sesampainya di deck atas. Hujan turun dengan lebatnya. Kami segera masuk ke dalam ruang penumpang. Suasana ruang penumpangnya adem banget. Masih sepi dengan penumpang. Hanya terlihat beberapa kru kapal yang sedang bertugas. Dengan ramahnya, kami langsung ditawari kamar. Saya pun langsung menjawab sudah pesan kamar sama Mas Tian. Salah satu kru tempat saya berkomunikasi sebelumnya. 


Kami langsung disamperin oleh Mas Tian dan mengantarkan kami ke kamar VIP yang berada di Deck A. Menaiki tangga lagi penghubung Deck A dan Deck B. Kami memasuki pintu kaca dorong. Melewati lorong kamar VIP. Disini kamarnya banyak banget. Saking banyaknya saya gak sempat hitung jumlahnya berapa. Lantai lorongnya juga bersih. 


Mas Tiang langsung membuka pintu kamar dan taraaaaa, kamarnya cukup lega. Tersedia empat bed susun. Kasurnya juga empuk dan seprainya bersih. Kamarnya gak usah ditanya. Bersih banget meskipun beberapa perabotan sudah usang. 


Sejauh ini, kami senang dan puas. Terutama anak-anak ceria mendapatkan kamar yang super lega. Untuk kami berenam cukup nyaman mendapatkan kamar ini. Untuk review kamarnya menurut saya, kamar dan bed-nya bersih, seprainya juga wangi. Sayangnya gak ada bantalnya ya. Tapi it's oke, gak apa-apa. Yang penting dapat tidur pulas malam ini. 


Ada sofa panjang yang menghadap ke jendela. Pendingin ruangan bekerja dengan baik. Ada wastafel yang berfungsi dengan baik. Lemari untuk menyimpan barang dan ada lift jacket dewasa sebanyak empat buah. Penerangan kamarnya juga cukup terang. Melihat hujan turun dengan lebatnya dari dalam kamar. Gak peduli kapal berangkat jam berapa. Yang ada di pikiran kami malam itu, bisa tidur dengan nyenyak. 


Berhubung sudah ngantuk banget, saya tertidur sebentar. Sedangkan anak-anak masih asyik bermain di dalam kamar. Bangun-bangun kapal masih belum berangkat. Lihat jam tangan, waktu menunjukkan jam sebelas malam. Hujan juga sudah berhenti. Sepertinya asyik juga keluar kamar untuk melihat suasana di luar. Saya ijin sama istri untuk keluar sebentar. Ibu bapak dan anak-anak juga sudah tertidur. 


Sebelum keluar, terdengar informasi untuk jatah makan pertama sudah disiapkan dan bisa diambil di kantin kapal. Saya pun mengambil jatah makan untuk enam orang. Ini sudah termasuk tiket ya. Jadinya gak perlu bayar lagi. Untuk menunya, nanti saya bahas di saat pengambilan jatah makan kedua keesokan harinya. 




Muter-muter di atas kapal, suasana di sekitar pelabuhan syahdu banget karena habis turun hujan. Berjalan ke arah haluan, ternyata view malam keren banget. Dari sini kita bisa melihat lampu-lampu kapal ferry yang melintas dari Pelabuhan Gilimanuk, Bali ke Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.


Nongkrong sebentar di pinggir pagar kapal, selanjutnya kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur. Gak banyak kegiatan yang dilakukan saat malam. Mau nunggu kapalnya berangkat, tapi sepertinya masih lama karena antrian truk yang akan masuk ke dalam kapal masih panjang.


Besok saja kalau sudah terang, baru kita explore kapal ini. Masuk ke dalam kamar untuk lanjut tidur sambil mengedit beberapa tulisan blog yang belum selesai. Sekitar jam setengah satu pagi waktu Banyuwangi, terdengar bunyi bel kapal sebanyak dua kali. Pertanda kapal akan segera diberangkatkan. 


Ini moment yang saya tunggu-tunggu. Kapan lagi melihat kapal sebesar kapal pesiar ini berangkat dengan cara ditarik oleh kapal tunda atau disebut tugboat. Saya pun kembali keluar untuk melihat proses kapal berangkat. Terlihat dua tugboat bersiap-siap menarik kapal KM Mutiara Barat. Tali tambat kapal sudah dilepas. Perlahan-lahan kapal meninggalkan dermaga menuju ke tengah. 


Keren juga ya, dua tugboat bisa menarik kapal besar menggunakan tali tambat. Langit malam itu cukup cerah. Angin laut juga cukup kencang. Semoga pelayaran aman-aman saja. Sempat khawatir juga naik kapal ini karena beberapa insiden pernah dialami oleh kapal lainnya yang satu bendera dengan KM Mutiara Barat seperti kejadian terbakarnya KM Mutiara Timur dan tenggelam di Selat Lombok beberapa tahun yang lalu.


Belum lagi insiden KM Mutiara Berkah II yang mengalami trouble di mesin saat akan berangkat dari Pelabuhan Gili Mas, Lombok menuju Pelabuhan Tanjungwangi, Banyuwangi di hari kami berangkat menuju Banyuwangi seminggu sebelumnya. 


Bisa baca ceritanya disini : Tiket Kapal Hangus : Touring Lombok - Banyuwangi


Sejauh ini kapal aman-aman saja. Setelah kapal berangkat, saya memutuskan untuk kembali ke kamar. Lanjut tidur biar gak kesiangan bangun. Semoga bisa bangun pagi sebelum matahari terbit. Dan benar saja, saya dan lainnya bangun kesiangan. Waktu menunjukkan jam enam pagi. Lihat jendela kamar, langit sudah terang di luar. 


Shalat subuh dulu, habis itu lanjut jalan-jalan pagi di pinggir kapal bareng anak-anak yang sudah bangun juga. Istri gak mau ketinggalan untuk ikutan juga. Sedangkan bapak ibu masih pengen di kamar saja. 





Semalam saya tidur cukup pulas. Jadinya badan terasa kembali seger dan siap keliling kapal. Btw, posisi kapal sudah berada di utara Pulau Bali tepatnya di atasnya Buleleng. Biasa di perairan ini kita bisa melihat kawanan lumba-lumba yang berenang di pinggir kapal seakan-akan mengiringi kami menuju tujuan. 


Sayangnya kami belum berhasil bertemu dengan kawanan lumba-lumba secara dekat. Hanya bisa melihat dari kejauhan. Belum beruntung namanya. Oke, kami berjalan menuju haluan kapal untuk menikmati matahari terbit. Disini juga sudah beberapa penumpang lainnya yang menunggu sunrise. 


Cuaca sangat cerah dan lautan dalam keadaan tenang. Kurang lebih sudah enam jam kapal ini berlayar dari Banyuwangi. Masih ada enam jam lagi kapal akan berlayar menuju Lombok. Anak-anak pun sangat senang diajak keliling kapal. Mereka sangat antusias melihat Pulau Bali dari kejauhan. 


Pagi itu saya, istri dan anak-anak menghabiskan waktu untuk berkeliling kapal dari deck A ke deck B, dari haluan sampai buritan. Ada beberapa ruangan yang menarik direview. Kapal ini memiliki beberapa ruang penumpang. Dari ruang penumpang kelas ekonomi lesehan tanpa adanya AC. Selain itu ada kamar khusus supir yang berada di bagian paling belakang. 



Ada kamar penumpang kelas VIP dengan fasilitas tempat tidur, sofa, meja kerja, lemari, wastafel dan AC. Ada juga kamar penumpang kelas bisnis tanpa AC. Ada kamar kelas paling tinggi untuk satu keluarga lengkap dengan kamar mandi dalam.


Uniknya lagi, di dalam kamar mandinya ada semacam jacuzzi yaitu bak air untuk berendam. Biasanya dilengkapi dengan air panas dan gelembung air. Kebiasaan berendam di jacuzzi ada di Jepang. Gak heran karena kapal ini bekas kapal Jepang. Sayangnya sudah gak digunakan lagi saat ini. 

 





Fasilitas toilet dan kamar mandi di kelas VIP semuanya bersih tanpa ada aroma yang aneh. Untuk kamar yang kami sewa,toilet dan kamar mandinya ada di luar. Sedangkan untuk kelas lesehan, toilet dan kamar mandinya terpisah dengan kelas VIP. Untuk kebersihan kamar mandi kelas lesehan agak kurang terjaga kebersihannya dan aromanya gak sedap. 


Di kapal ini gak ada ruang penumpang yang ada kursi duduknya seperti kapal ferry dan lainnya. Jadinya hanya ada ruang lesehan dan kamar tidur penumpang. Tinggal memilih mau dimana sepanjang pelayaran dua belas jam lamanya. Untuk ruang kantin ada satu saja dan itu gak terlalu luas. Ada kursi sofa dan meja. Tapi sayangnya, bagi kita yang gak suka asap rokok, jangan duduk disini karena banyak para supir yang merokok. 


Anehnya, ruang kapal ini terutama di depan kantin ber-AC dan ada peringatan gak boleh merokok. Tapi kenyataannya, banyak yang merokok. Serem juga kalau terjadi kebakaran gara-gara seputung rokok. Perlu jadi perhatian buat dinas perhubungan khususnya petugas kapal. Harus tegas dalam melarang penumpang merokok di dalam ruang ber-AC.


Untuk fasilitas lainnya, kapal ini juga sudah dilengkapi dengan alat keamanan seperti kapal sekoci, ban pelampung dan lift jacket yang bisa digunakan disaat keadaan darurat. Ada juga area muster station atau area tempat berkumpul jika terjadi sesuatu yang gak kita inginkan. 


Setelah puas berkeliling sekitar kapal, kami mampir di kantin untuk mengambil jatah makan kedua. Selain itu saya memesan dua gelas kopi susu hangat seharga 10 ribu buat saya dan bapak. Cemilannya, kami beli pisang goreng seharga 5 ribu dapat tiga pisang goreng. 


Habis itu lanjut ke kamar untuk menyantap menu sarapan yang kami ambil di petugas kantin. Untuk menu makan pertama dan kedua, menurut saya cukup enak. Pastinya ada kelebihan dan kekurangan. 





Menu makan pertama, kita dapat nasi putih, ikan lele goreng, sayur hijau dan sambal lalapan. Berhubung malam itu laper banget, saya menghabiskan dua kotak nasi karena ada sisa satu kotak yang gak dimakan. Untuk ikan lelenya ukurannya cukup besar. Dagingnya lembut dan sambelnya nendang pooool.


Kalau menu makan kedua, kita dapat ayam goreng, capcay dan sambel. Menu sarapan ini enak banget. Ayam gorengnya empuk dan lembut, capcaynya juga enak. Nasi putihnya juga lembut. Baik makan pertama dan kedua, porsinya cukup banyak. Jadinya mengenyangkan seukuran perut saya. 


Di luar ekspektasi saya, menu makan yang didapat selama perjalanan, ternyata semuanya enak dan gak mengecewakan. Meskipun lauknya sederhana, tapi sangat mengenyangkan dan gak pelit bumbu. 





Setelah sarapan, saya lebih banyak berada di dalam kamar untuk melanjutkan istirahat sejenak sambil mengecek draft tulisan yang belum selesai. Ngopi pagi, duduk di pinggir jendela sambil memandang Pucak Gunung Agung, Bali. 


Sebenarnya ada hiburan di depan tangga dan kantin yaitu live music yang dibawakan oleh dua biduwan dengan penampilan menarik. Suara biduannya cukup bagus dan lagu-lagu dibawakan kebanyakan dangdut dan Jawa. Keluar sebentar untuk nonton, tapi mata ini sudah gak kuat. Mau diajak tidur saja. Balik lagi ke kamar buat lanjutkan tidur. 


Posisi kapal sudah berada di ujung timur Pulau Bali. Itu artinya sebentar lagi, kita sudah memasuki Selat Lombok. Langit pagi itu cukup cerah. Gelombang laut yang cukup tinggi. Sudah terasa kapal oleng ke kanan dan ke kiri tapi hanya terasa samar-samar gitu. 


Yang saya suka dari kapal ini meskipun umur sudah senior, tapi semenjak berangkat meninggalkan Pelabuhan Tanjungwangi semalam, kami merasa nyaman. Kecepatan kapal ini juga sedang. Gak terlalu lambat dan gak terlalu cepat.


Meskipun sering menonton beberapa review dari youtuber yang sudah mencoba naik kapal milik PT.ALP rute Banyuwangi - Lombok dengan rata-rata ulasan mereka cukup menarik. Rasanya gak percaya sebelum mencobanya sendiri. Dan benar sekali, kapal ini cukup nyaman dan bagi saya sangat beruntung bisa naik kapal ini. Sebelum dipensiunkan, sayang banget kalau gak dicoba. 


Kurang lebih tiga jam lagi kapal akan tiba di Pelabuhan Gili Mas, Lombok. Sisa waktu tersebut, saya manfaatkan untuk tidur sejenak. Anak-anak juga kembali tidur. Bangun-bangun kapal sudah berlabuh di Teluk Lembar untuk menunggu antrian masuk ke dermaga Pelabuhan Gili Mas. 


Waktu menunjukkan jam dua belas siang. Kurang lebih dua belas jam perjalanan dari Banyuwangi ke Lombok. Dan gak menunggu lama, mesin kapal sudah dinyalakan lagi. Pertanda kapal sudah berjalan untuk sandar di dermaga. 





Dua buah kapal tunda segera mendekati kapal untuk membantu dalam proses sandar. Ini sudah menjadi standar operasional prosedur dari dunia perkapalan. Dimana ketika ada kapal besar akan sandar di dermaga, maka akan dibantu oleh satu atau dua buah kapal tunda. Alasannya karena kapal besar susah untuk bermanuver sendiri di pelabuhan. Bisa-bisa nanti kapal akan kandas di perairan dangkal. 


Setelah kapal sudah sandar sempurna di dermaga, kami bersiap-siap untuk menuju cardeck. Gak lupa mengecek barang bawaan jangan sampai ada yang tertinggal. Para petugas kapal jalan berkeliling kamar untuk mengambil kunci kamar. 


Kami segera turun ke cardeck menuju kendaraan yang terparkir di seberang ramdor kapal. Motor bisa keluar duluan dari kendaraan lainnya. 


Pelayaran memakan waktu dua belas jam, akhirnya kami menginjakkan kaki di Pulau Lombok lagi. Cuaca siang itu cukup cerah meskipun beberapa wilayah terlihat awan mendung. Angin laut sepoi-sepoi mengiringi kami seakan-akan mengucapkan selamat datang di rumah kembali. 


Over all, di luar ekspektasi. Dimana diawal saya mengira kapal ini banyak kekurangannya dari ruang yang panas, toilet yang gak bersih dan menu makan yang gak sesuai di lidah. Ternyata semuanya tertepis karena kapal ini sangat nyaman sekali. Kamar yang dingin, toilet dan kamar mandi yang bersih, menu makanan yang enak dan mengenyangkan. 


Dengan harga 250 ribu untuk motor, saya rasa worth it banget. Meskipun kekurangannya banyak perokok yang berada di ruang ber-AC. Jadinya tercium bau asap rokok yang menyengat. 


Bagi kalian yang gak dikejar waktu dalam bepergian, pas banget mencoba naik kapal ini. Untuk jadwal keberangkatan kapal ini gak tentu. Gak sesuai dengan jadwal keberangkatan yang tertera di website resminya. Saran saya, kalian bisa menanyakan ke salah satu kru kapalnya yang kalian dapat nomor kontaknya atau bisa menanyakan jadwal keberangkatan langsung di agent-agent resmi. 


Untuk nomor kontaknya kalian bisa japri saya ya. Nanti saya kasi nomor kontak kru kapal-kapal ALP rute Lombok - Banyuwangi PP. 




Penulis : Lazwardy Perdana Putra