Sunday, 8 June 2025

Shalat di Masjid Gedhe Kauman : Masjid Tertua di Yogyakarta


Yogya memiliki beragam obyek wisata yang bisa kita kunjungi kapan saja. Dari pantai, gunung, kuliner, budaya hingga kekayaan sejarahnya. Yogya juga banyak menyimpan kenangan bagi siapa saja yang pernah datang kesini. 

Buat saya pribadi, kalau datang ke Yogya teringat tempat-tempat bersejarah yang kental dengan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. 

Empat hari berlibur di Yogya, ada beberapa tempat yang sudah kami kunjungi. Salah satunya bangunan yang memiliki nilai religi sangat kental akan budaya dan sejarah yaitu Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Lokasinya gak jauh dari Malioboro. 

Sehabis istirahat siang dan mandi-mandi sore, selesai shalat magrib kami keluar jalan-jalan. Rencananya ingin menikmati suasana Malioboro di malam hari. 

Pas banget cuaca juga sedang baik-baik saja. Kami memutuskan untuk berjalan kaki seperti biasanya dari hotel yang jaraknya ke Jalan Malioboro gak begitu jauh. 



Suasana Malioboro malam itu sungguh romantis. Melihat pejalan kaki yang sebagian besar orang berlibur ke Yogya. Toko-toko pakaian batik dan oleh-oleh yang dibanjiri pembeli. 

Para tukang becak yang sedang bersantai menunggu penumpang. Kusir delman memakai pakaian khas Jawa lengkap dengan blangkonnya. Gak lupa para pengamen jalanan yang sedang beraksi memainkan alat musik instrumen. 

Suasana semakin romantis karena ada dua malaikat kecil kami berdua yang sangat senang diajak jalan kaki malam hari. Di tempat kami gak pernah jalan seperti ini. Biasanya jalannya pakai motor keliling kota saat malam saja. 

Berjalan sepanjang Jalan Malioboro, gak terasa kami sudah sampai di perempatan lampu merah Benteng Vredenburg dan Istana Presiden atau kita menyebutnya 0 kilometer Yogyakarta. Disinilah pusat atau titik awal dari Yogyakarta. Serem juga ya kedengarannya, hehehe. 

Sehabis foto-foto disini, kami lanjut berjalan ke arah Alun-Alun Utara. Tujuan kami selanjutnya ingin Shalat Isya di Masjid Gedhe Kauman yang letaknya gak begitu jauh dari posisi kami saat itu. 



Sejarah Masjid Gedhe Kauman 

Sesuai dengan rencana awal, kami memang ingin berkunjung ke sebuah masjid yang konon merupakan masjid tertua di Yogyakarta. 

Masjid Gedhe Kauman atau Masjid Kauman berada di sebelah barat Alun-Alun Utara atau kurang lebih seratus meter dari Keraton Yogyakarta.

Beralamatkan di Jalan Kauman, Kampung Kauman, Ngupasan, Gondomangan, Kota Yogyakarta, Prov.DI Yogakarta

Sejarahnya masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1773 Masehi dengan arsiteknya bernama K.Wiryokusumo.

Bangunan masjid ini dibuat dengan gaya arsitektur tradisional Jawa. Bagian atap masjid berbentuk tajug bersusun tiga pada ruang utama dan limasan pada serambi. Pola ini bermakna tiga capaian kesempurnaan hidup manusia yaitu hakikat, syari'at dan ma'rifat.

Di bagian ujung teratas lapisan atap terdapat mustaka berbentuk daun kluwih bermakna keistimewaan hidup bagi manusia yang sudah mencapai kesempurnaan hidup. Dan gada berbentuk huruf Alif yang bermakna hanya Allah yang satu.

Semua simbol tersebut mengartikan bahwa manusia yang menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, hidupnya akan selalu dekat dengan Allah SWT. 

Dinding masjid terbuat dari batu alam putih dan plester. Tiang-tiang yang kokoh terbuat dari Kayu Jati yang umurnya sudah ratusan tahun. Lantai masjid sudah berupa marmer yang membuat lantai teratas dingin. 




Seperti masjid-masjid kuno Jawa lainnya, masjid ini memiliki beberapa ruang antara lain ruang utama shalat laki-laki, serambi yang berfungsi sebagai ruang serbaguna dan melakukan beberapa acara agama lainnya, ruang shalat perempuan (pawestren), tempat wudhu, dan kolam kecil untuk membasuh kedua kaki bila hendak masuk ke dalam masjid. 

Keunikan dari masjid ini yaitu di dalam ruang shalat masjid terdapat ruang kecil terbuat dari kayu dengan hiasan emas dan perak bernama maksura. Maksura ini digunakan untuk tempat shalatnya raja dan keluarga raja. 

Kita bisa melihatnya ketika hendak melaksanakan shalat di masjid ini. Ruangnya terdapat di sebelah kiri dari mimbar. Uniknya lagi, posisi shaf di masjid ini agak miring atau gak mengikuti posisi bangunan masjid.

Sebagain besar masjid-masjid di Yogya khususnya, arah kiblatnya gak sesuai dengan posisi bangunan masjid karena posisi Yogyakarta berada di sebelah selatan Pulau Jawa dan bangunan di Yogya arahnya ke barat dan bukan ke arah kiblat. 

Selain digunakan untuk beribadah dari kalangan kerajaan dan rakyat setempat, masjid ini dikenal sebagai Masjid Raya Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebagai kelengkapan Kerajaan Islam Ngayogyakarta Hadiningrat.  

Selain bangunan utama masjid, kita juga bisa melihat beberapa bangunan lainnya yang berada di bagian samping dan depan masjid. Di kiri kanan masjid terdapat bangunan yang berfungsi sebagai menyimpan beberapa perlengkapan masjid dan memainkan gamelan pada hari-hari besar, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW atau sekarang kita mengenal dengan nama Sekaten. (sumber : https//jogjacagar.jogjaprov.go.id)




Di bagian depan masjid terdapat pintu gerbang atau gapura berwarna putih khas Jawa. Gapura ini melambangkan ampunan dari dosa. 

Halaman masjid ini juga sangat luas sekali. Di sekitar masjid terdapat halaman yang sangat luas. Fasilitas lainnya, ada rak penitipan sepatu atau sandal bagi jamaah yang hendak melaksanakan shalat. Area parkir kendaraan yang cukup luas. 

Di depan pintu gerbang masjid juga terdapat pohon beringin yang cukup rindang. Berjejer becak yang terparkir sambil menunggu penumpang. 



Alhamdulillah saya dan keluarga diberikan kesempatan shalat Isya di masjid ini. Masjid yang dulunya sering saya datangi saat melaksanakan shalat Jumat dan shalat-shalat fardhu. 

Saat memasuki masjid, yang saya rasakan seperti memasuki lorong waktu. Suasanaa yang hening, teduh, dan merasakan suasana Jawa jaman dulu. Peninggalan bersejarah yang masih eksis sampai sekarang. 

Anak-anak pun sangat senang diajak kesini. Dapat beribadah dan berwisata religi di Masjid Gedhe Kauman. Istripun sangat bahagia bisa shalat di masjid tertua yang ada di Yogyakarta yang berumur ratusan tahun.

Masjid tertua yang memiliki nilai sejarah yang kental dengan budaya dan masuknya Islam pertama kali di tanah Jawa. 

Masjid ini dibuka untuk umum bagi jamaah yang akan melaksanakan shalat. Bagi pengunjung non muslim juga diijinkan masuk ke area masjid ini dengan aturan-aturan yang sudah ditentukan oleh takmir masjid. 


Setelah melaksanakan shalat Isya berjamaah, kami mengabadikan beberapa moment untuk didokumentasikan. Selanjutnya, kami mencari makan malam sekalian berkeliling menaiki becak dengan harga 30 ribu saja.

Melewati pintu gerbang Keraton Yogyakarta, lalu melewati perkampungan Kauman, kemudian berbelok ke arah Pasar Ngasem dan berakhir di Alun-Alun Kidul yang lokasinya gak begitu jauh dari Masjid Gede Kauman. 

Di Alun-Alun Kidul kami menghabiskan malam dengan makan malam disana sekalian mengajak anak-anak bermain.

Kesimpulan : 

Bila berlibur ke Yogya, kalian wajib datang ke Masjid Gedhe Kauman. Selain melaksanakan shalat disini, kita juga bisa belajar sejarah Islam Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. 

Lokasinya sangat strategis dari destinasi wisata lainnya seperti Keraton Yogyakarta, Pasar Beringharjo, Malioboro, Alun-Alun Utara dan Kidul, Pasar Ngasem, dan Taman Sari. 

Masjid yang menjadikan simbol keharmonisan raja dengan rakyatnya. Bagi siapa saja yang datang ke masjid ini dapat merasakan suasana yang teduh dan hening. 

Waktu yang paling tepat datang berlibur ke Yogya pada saat Sekaten (Maulid Nabi) dan Bulan Ramadhan. Banyak kegiatan yang ada di masjid ini. Salah satunya mengadakan buka puasa sebulan penuh dengan menu-menu yang lezat dan mengenyangkan. 

Masjid yang menjadi cagar budaya milik Daerah Istimewa Yogyakarta ini penting untuk kita jaga dan lestarikan. Peninggalan bersejarah yang menjadi saksi masuknya Islam ke tanah Jawa. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Friday, 30 May 2025

Keliling Kota by Trans Jogja : Tranportasi Favorit !


Bagi saya pribadi yang tinggal di Lombok, berharap sekali di kota tempat tinggal saya ada transportasi umum yang menghubungkan destinasi wisata yang satu dengan lainnya. Misalkan mau ke museum atau pantai, bahkan ke mall saja masih minim namanya angkutan umum. 

Sejauh ini hanya ada ojek online dan taxi saja yang bisa kita gunakan bila ingin ke tempat tujuan. Dulu masih ada namanya bemo atau angkot. Tapi sekarang seiring berjalannya waktu, kalah saing dengan kendaraan pribadi dan ojek online. 

Mungkin kalau dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya, Lombok khususnya di Kota Mataram masih jauh dari namanya ramah transportasi umum. 




Saat berlibur ke Yogya beberapa bulan yang lalu, saya dan istri sudah memiliki banyak rencana mau berkunjung ke beberapa destinasi wisata. 

Gak perlu khawatir soal mau naik apa menuju lokasi tujuan. Di Kota Yogya sudah ada transportasi umum andalan warga kota yaitu Trans Jogya yang memiliki banyak jalur.

Mau ke Candi Prambanan, Malioboro, Keraton Yogya, Gembira Loka Zoo, Bandara Adi Sucipto bahkan ke Pantai Parangtritis atau Merapi pun sudah ada akses menuju ke lokasi. 

Hari pertama di Yogya, kami jalan-jalan ke Gembira Loka Zoo menggunakan Trans Jogya. Pulangnya pun pakai Trans Jogya dan turunnya tepat di depan penginapan. 

Entah kebetulan atau gimana, awalnya gak tau kalau di seberang jalan depan hotel, ada shelter semacam portable tempat menurunkan dan menaikkan penumpang Trans Jogya. Beruntungnya lagi, tempat-tempat yang akan kami kunjungi semuanya bisa diakses oleh Trans Jogya. 


Bagi kami sebagai tamu yang berlibur ke Yogya, sangat dimudahkan dengan adanya layanan transportasi seperti Trans Jogya.

Menurut website resmi Dinas Perhubungan DIY, Trans Jogya sendiri merupakan salah satu program penerapan bus bergaya angkutan cepat bus (BRT) yang dicanangkan oleh Departemen Perhubungan RI.  

Dikelola oleh dua operator yaitu PT. Jogya Tugu Trans dan PT.Anindya Mitra Internasional yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah Istimewa Yogyakarta.

Beroperasi mulai jam setengah enam pagi hingga sembilan malam (tergantung shelter/portable). Ditambah lagi memiliki banyak jalur dan saling terkoneksi satu sama lainnya. Mirip-mirip seperti layanan TransJakarta. 

Trans Jogya mulai beroperasi sekitar tahun 2008 lalu. Saat itu saya baru setahun kuliah di Yogya. Sangat bahagia menjadi orang yang pernah mencoba layanan Trans Jogya disaat pertama kali beroperasi. Dulu ada enam jalur antara lain ; jalur 1A,1B,2A,2B,3A dan 3B.





Berhubung istri dan anak-anak baru pertama kali ke Yogya, saya mengajak mereka berjalan kaki dari hotel ke shelter Malioboro 1 sambil menikmati suasana Malioboro di pagi hari. 

Jalan Malioboro sekarang ini sudah tertata rapi. Jalan-jalan sudah ada sebagian yang sudah diganti dari aspal menjadi papin blok. Seperti jalan disamping Malioboro Plaza dan Kantor DPRD Prov.DIY. 

Di jalur pejalan kaki Malioboro sudah gak ditemui parkiran liar motor lagi. Sekarang sudah tertata rapi dengan bangku-bangku dan lampu jalan atau taman khas Kota Yogya. 

Anak-anak sangat senang berjalan kaki disini. Udara pagi Jalan Malioboro masih sejuk. Banyak pepohonan di sekitaran jalur pejalan kaki. 

Gak terasa capeknya berjalan kaki dari hotel ke shelter Malioboro 1. Mungkin kalau siang hari cukup terasa capeknya karena di Yogya udaranya sangat panas. 

Untuk melihat jalur, jam kedatangan dan posisi armada Trans Jogya, lebih mudah dengan melihat di aplikasi Trans Jogya yang bisa kita download di play store. Bahkan untuk pembelian secara online pun bisa melalui aplikasi. 

Saya pun sudah mendownload aplikasinya. Jadinya bisa melihat jam kedatangan bus yang akan kita naiki dan posisi busnya sudah sampai mana. 

Untuk jalurnya, Trans Jogya sudah memiliki jalur yang cukup banyak. Selain jalur 1A sampai 3B, ada jalur baru yang belum saya coba yaitu jalur yaitu 4AB,5AB,6,8,9,10,11,12,13,14 dan ada juga Bus Elektric yang menggunakan listrik. Hanya saja jam dan jalurnya terbatas. Lebih lengkap dan jelasnya kalian bisa melihat jalurnya di aplikasi TransJogya. 



Kebetulan di hari itu saya dan anak istri ingin keliling Kota Yogya. Kami pun memulai perjalanan dari shelter Malioboro 1. Untuk metode pembayaran menggunakan layanan Trans Jogya ada beberapa cara. Bisa menggunakan kartu e-money, Flash, Multi Trip KRL, Brizzi, Gopay, Qris, kartu pelanggan khusus siswa sekolah dan lansia dan bisa juga dengan uang chas. 

Saya lebih memilih pembayaran dengan uang cash karena lebih simple dan mudah menurut saya. Kebetulan juga Qris saya lagi bermasalah. Kartu e-money atau Brizzi juga saldonya lagi kosong, hehehe. 

Oh ya, jadi lupa. Kita naik Trans Jogya dikenakan biaya Rp.3.500 per orang. Itu sudah sama transit di beberapa shelter untuk melanjutkan menggunakan jalur lainnya. Untuk kami berempat hanya dikenakan tiga orang saja karena anak paling kecil masih umur tiga tahun. So, dapat diskon satu orang saja. Lumayan !.

Untuk armadanya cukup banyak ya. Apalagi sekarang armada dari Trans Jogya terlihat masih bagus. Berbeda dari awal pertama kali beroperasi. Butuh peremajaan di setiap tahunnya. Bus yang digunakan berukuran lebih kecil dari TransJakarta.

Di dalam bus, udaranya cukup dingin. Kursinya juga cukup nyaman dengan konfigurasi menyamping. Ada kursi khusus untuk difabel juga. Bagi yang gak kebagian kursi, bus ini juga sudah dilengkapi pegangan tangan dari depan hingga bagian belakang bus. Jadi gak perlu khawatir gak kebagian bus. 

Etikanya lebih mengutamakan para anak kecil, ibu hamil, lansia dan orang sakit untuk diberikan tempat duduk. Petugas di dalam busnya juga cukup ramah. Terdiri dari satu supir dan satu kondektur berseragam rapi. 

Sedangkan di setiap shelternya juga ada petugasnya. Ada juga shelter atau disebut portable yang gak memiliki petugas. Tapi jangan khawatir, meskipun di shelter gak ada petugas, kondektur bus siap membantu tentang informasi jalur dan metode pembayaran kalian. 






Waktu menunggu busnya menurut saya gak terlalu lama. Kurang lebih sepuluh menit paling lama selama kami menggunakan layanan Trans Jogya saat itu. Apalagi saya selalu memantau posisi armada yang akan kami gunakan. 

Kami memilih naik jalur 1A yang mengarah ke Candi Prambanan. Kebetulan sekarang jalur 1A agak sedikit berubah jalurnya. Yang saya tau dulu jalur ini memilih jalur Gembira Loka Zoo tapi sekarang gak lagi. Dari Malioboro mengarah ke utara baru ke timur. 

Setelah menunggu di shelternya, akhirnya bus kami tiba juga. Terlihat dari kejauhan bus mini berwarna kuning dan hijau mendekat ke arah shelter. Para penumpang sudah siap memasuki bus.

Untungnya di dalam bus masih sepi penumpang. Kami masih bebas memilih tempat duduk. Anak-anak minta duduk di kursi paling depan. Katanya biar ngeliat pak supir. 

Enaknya duduk di depan itu bisa leluasa melihat ke depan tanpa terhalang oleh ornamen kaca depan busnya. Kaca busnya cukup besar, jadinya anak-anak senang duduk di depan sambil melihat pemandangan ramainya lalu lintas Kota Jogya pagi itu. 

Kecepatan busnya juga standar bus perkotaan pada umumnya. Gak seperti bus kota jaman dulu yang bisa dibilang super cepat untuk kejar setoran. Mana kaki sebelah belum menyentuh tanah, busnya sudah jalan lagi. Hahaha. 

Bus kami melewati beberapa shelter. Dari shelter Malioboro 1, kita mengarah ke selatan melalui Jalan Malioboro. Di shelter Malioboro 3, ramai juga penumpang naik dari sini. Otomatis bus langsung penuh didominasi oleh ibu-ibu yang akan berlibur ke Candi Prambanan. 

Setelah perempatan 0 kilometer, lalu berbelok ke timur melewati shelter Taman Pintar. Lanjut ke Jalan Mataram, melewati shelter Stadion Kridosono. 

Disini banyak yang turun untuk transit, tapi kami berencana untuk transit di shelter Bandara Adi Sucipto untuk melanjutkan jalur 3B menuju arah Universitas Gajah Mada (UGM). 

Dari Stadion Kridosono lalu mengarah ke arah Ambarukmo Mall atau Jalan Solo. Lanjut ke timur melewati shelter Jembatan Janti dan akhirnya kami turun di shelter Bandara Adi Sucipto untuk berganti bus. 

Disini kami pergunakan untuk ke kamar mandi yang lokasi berada di belakang shelter. Gak jauh dari shelter ada Stasiun Maguwo yang berada persis di depan bandara. Buat kalian yang akan naik KRL menuju Klaten atau Solo, sangat dimudahkan. 

Cukup lama menunggu jalur 3B disini tapi berhubung kami hanya sekedar keliling kota saja. Jadinya dibawa santai saja. 

Sekitar sepuluh menit lebih menunggu, bus kami tiba juga. Untuk livery busnya agak berbeda sekarang. Tadinya livery busnya berwarna kuning hijau. Sekarang warnanya full biru tua. Di dalam busnya juga agak sedikit berbeda. Dimana kursi paling depan posisinya agak tinggi. Sedangkan di tengah posisi kursinya agak rendah. Perjalanannya juga cukup lancar. 

Setelah kurang lebih satu jam berkeliling kota dengan Trans Jogya tibalah kami di shelter Malioboro 1 lagi. Berhubung bus kami gak melewati portable depan hotel, jadinya kami turun di Malioboro 1. It's oke. 

Untungnya siang itu langit sedang mendung, jadinya kami bisa berjalan kaki tanpa terkena teriknya matahari. Meskipun mendung tetap saja hawa panas Kota Yogya puanaaa poooll. 

Dari tadi saya bercerita banyak untungnya ya. Memang kami banyak beruntungnya saat berlibur di Kota Yogya. Over all, pasti kangen banget baik Trans Jogya lagi setelah balik ke Lombok nanti. 

Penasaran juga nyobain jalur lainnya, terutama ke arah Bantul dan Merapi. Next time kalau ke Yogya lagi ! Hehehe 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Friday, 23 May 2025

Menikmati Malam di Yogya : Pendopo Lawas Alun-Alun Utara


Liburan ke Yogya, gak lengkap rasanya kalau gak nyobain kulinernya. Apalagi di Yogya banyak sekali tempat kuliner yang menarik buat dicoba.

Salah satunya yaitu Pendopo Lawas Alun-Alun Utara. Lokasinya berada di sebelah timur Alun-Alun Utara dan Keraton Yogyakarta. 

Lebih mudahnya, kita bisa berjalan kaki dari Jalan Malioboro ke arah selatan. Selanjutnya menyeberang ke Kantor Pos atau Kantor Bank BNI di 0 kilometer. Lanjut berjalan ke arah selatan menuju Alun-Alun Utara. Kurang lebih lima ratus meter ke sisi timur dari Alun-Alun Utara, kita sudah sampai di lokasi.

Tapi saya dan anak istri gak berjalan kaki menuju lokasi. Kami memesan taxi online dari hotel tempat kami menginap agar cepat sampai. Kebetulan juga kondisi anak-anak lagi kurang fit alias kecapean habis jalan-jalan seharian. 

Kami jalan dari hotel sehabis shalat magrib. Perjalanan memakan waktu kurang lebih sepuluh menit. Melewati Jalan Malioboro dan 0 kilometer. Lanjut ke arah selatan menuju Alun-Alun Utara. 

Sudah terlihat dari kejauhan puluhan lampu berwarna kuning tergantung menghiasi sebuah bangunan lawas berbentuk pendopo. Itulah dia tujuan kami yaitu Pendopo Lawas. Sampai di lokasi, pengunjung masih sepi. Hanya beberapa orang saja yang duduk sambil menikmati hidangan yang dipesan.





Setelah turun dari taxi, kami mencari tempat duduk. Berhubung masih sepi, jadinya kami masih bebas memilih tempat duduk.

Banyak meja kursi dari kayu yang berukuran panjang. Bisa untuk empat sampai enam orang. Sebagian besar meja kursinya berada di outdoor. Sedangkan sisanya di semi outdoor alias di dalam pendopo.

Kami memilih duduk di dalam pendopo agar kalau hujan gak kebasahan. Suasana romantis Kota Yogya sangat terasa saat saya duduk disini bareng anak istri. 

Kota penuh dengan kenangan. Dimana kalau lagi ada waktu senggang bersama teman-teman saat kuliah dulu, pasti nongkrongnya di sekitar Malioboro atau Alun-Alun.

Kebetulan lagi liburan bareng keluarga ke Yogya, harus dicoba nongkrong disini sambil makan malam. 

Kenapa memilih makan malam di angkringan ?. Bagi saya angkringan adalah ciri khas dari Kota Yogya. Kalau menyebut Yogya, pasti yang terbayang itu angkringan dengan menu-menu yang klasik dan ngangenin. 

Pendopo Lawas mengambil tema angkringan modern. Dimana angkringan yang kita ketahui yaitu berupa gerobak yang isinya berbagai macam makanan seperti nasi kucing, sate-satean, gorengan, isi daleman yang dibakar kemudian dinikmati bersama dengan nasi kucing. 

Duduk di bangku panjang, ngobrol bersama orang banyak sambil ngopi atau minum teh hangat, wedang ronde atau susu jahe. 

Seiring berjalannya waktu di tengah dunia yang serba digital ini, tema angkringan diangkat dengan konsep yang lebih modern. Dari tempat yang menarik, menu-menu yang enak sehingga sukses menarik para pengunjung baik domestik maupun mancanegara yang sedang berlibur atau sedang menimba ilmu di Kota Pelajar ini. 









Di Pendopo Lawas banyak sekali menu yang ada. Terlihat dari dua gerobak yang isinya serba makanan. Dari sego (nasi) kucing, sego bakar, oseng-osengan, sate-satean atau lawuhan, baceman, gorengan, jajanan dan wedangan. 

Untuk harga cukup terjangkau. Segala menu makanannya dimulai dari harga 4 ribuan. Sedangkan untuk minuman dimulai dari harga 4 ribuan juga. Hitungannya satu orang bisa menghabiskan 25 ribu saja untuk makan sambil nongkrong disini. 

Para karyawan angkringannya cukup banyak yang didominasi para anak-anak muda. Terlihat mereka semua cekatan dalam melayani pembeli. Jadi gak khawatir kalau pesanan kita lama datangnya. 

Di tempat ini, kita bebas mau mengambil apa saja. Ambil satu per satu menu apa saja yang pengen dimakan. Setelah itu, baru bayar di meja kasir. Jadi, bayar dulu baru kita bawa makanan ke meja masing-masing.

Kecuali untuk minuman, kita harus pesan terlebih dahulu. Ada minuman hangat sampai minuman dingin. Kembali ke selera masing-masing.  






Saya tertarik mencoba sego bakarnya. Terlihat sangat menggoda sekali. Selain itu saya mengambil ati bakar, tahu bacem dan oseng-oseng tempe sebagai lauknya. 

Sedangkan anak-anak dan istri mengambil menu yang berbeda. Ada sego putih, ayam bacem, ayam goreng, sate-satean dan cemilannya jajanan pasar. 

Untuk minumnya kami memesan teh hangat dan jeruk hangat. Aroma teh hangatnya enak benar. Teh dengan aroma bunga melati dan rasanya khas teh Jawa. 

Jeruk hangatnya seger banget. Apalagi diminum di tengah cuaca yang dingin sehabis gerimis, syahdu banget. 

Semakin malam, pengunjung semakin ramai yang berdatangan. Ada yang berduaan bareng pasangan, ada yang serombongan, ada pula yang ngejomblo. 

Perlahan-lahan meja kursi sudah terisi semua. Dari infonya, Pendopo Lawas mampu menampung sebanyak dua ratus orang. Lumayan banyak juga ya. Terlihat area tempat duduknya luas banget.

Mulai buka dari jam empat sore hingga tengah malam. Banyak yang betah berlama-lama nongkrong disini. Dari anak-anak, remaja, sampai orang tua terlihat datang kesini.

Selain menu-menunya yang enak-enak. Tempatnya juga sangat nyaman untuk ngobrol ngalor ngidul, arisan, buat surprise ulang tahun pasangan, nembak gebetan, gathering kecil-kecilan juga bisa. 

Ditambah lagi disini ada mini panggung tempat live music yang disediakan. Pendopo Lawas dikenal banyak orang dikarenakan disini kita mulai mengenal musisi yang viral di youtube beberapa tahun belakangan ini yaitu Trisuaka bersama istrinya Nabila. Kalian tau kan kedua penyanyi asal Yogya yang suaranya sangat enak di dengar itu ?. 

Sayangnya kami gak bisa berlama-lama nongkrong disini dikarenakan pengen cepat balik ke penginapan. Jadinya sehabis makan, kami langsung out. Hehehe.

Disini saya sedikit review makanannya. Sego bakarnya cukup enak. Ada isian ayam suwir dengan bumbu rempah-rempahnya. Nasinya pulen dan aroma asapnya khas banget. 

Untuk tahu bacemnya agak kurang berasa sampai ke dalam. Warnanya juga masih seperti tahu goreng. Biasanya yang tahu bacem yang pernah saya makan itu warnanya agak sedikit gelap, rasanya manis sampai ke dalam, ukurannya juga lebih besar. 

Teh hangatnya luar biasa enaknya. Hangat ditenggorokan dan bikin saya ketagihan minumnya. Teh khas Jawa yang sangat saya sukai. 

Over all, pelayanan disini cukup baik. Tempatnya sangat nyaman, ramah anak dan menu-menunya lengkap. Yang tadinya kangen mau makan di angkringan. Terobati kalau datang ke Pendopo Lawas Alun-Alun Utara. Gak kecewa makan disini sambil nongkrong. Next time, kalau ke Yogya lagi, bakalan balik kesini. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra

Saturday, 17 May 2025

Keliling Seharian di Gembira Loka Zoo : Ampun Dah !


"Bangun tidur ku terus mandi. Jangan lupa menggosok gigi. Habis mandi ku tidur lagi. Bangun-bangun sudah pagi lagi", hehehe. 

Setelah seharian di perjalanan, sampai di hotel malamnya, kami langsung tertidur karena kelelahan. Keesokan paginya waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB. 

Buka pintu kamar ternyata langit sudah terang benderang. Gak lama setelah saya bangun tidur, anak-anak dan istri ikutan bangun. Hari ini agendanya kami akan pergi jalan-jalan ke kebun binatang di tengah Kota Yogyakarta.

Setelah mendengar pagi ini akan ke kebun binatang, anak-anak sudah gak sabaran pengen segera berangkat. 

Sebelum berangkat, kami mandi dan bersih-bersih dulu karena semalam gak sempat mandi alias langsung pingsan,hehehe. 




Sekitar jam delapan pagi, kami bersiap-siap berangkat. Gak lupa sebelumnya sarapan nasi kucing dulu. Sedangkan anak-anak sarapan nasi telur agar nanti diperjalanan gak kelaparan. 

Rencananya kami akan menggunakan moda transportasi umum ke kebun binatangnya. Lokasi yang akan kami tuju yaitu Gembira Loka Zoo. 

Lokasi Gembira Loka Zoo berada di tengah Kota Yogyakarta. Tepatnya di Jalan Kebun Raya no.2, Rejowinangun, Kec. Kota Gede, Kota Yogyakarta. 

Untuk menuju kesana, kami menggunakan Trans Jogya nomor 1B dari Halte Malioboro 1. Transit di Halte Taman Pintar kemudian lanjut naik Trans Jogya nomor 1A jurusan Halte Candi Prambanan, dengan pemberhentian di Halte Gembira Loka Zoo.

Ini pertama kalinya anak-anak dan istri naik Trans Jogya. Pengalaman pertama buat mereka dan kesannya sangat senang. Sudah lama juga saya gak naik Trans Jogya. Terakhir kali belasan tahun yang lalu. 

Dari hotel, kami jalan kaki menuju Halte Malioboro 1 yang lokasinya persis di depan kantor DPRD Prov.Yogyakarta. Kurang lebih lima belas menit dari hotel kami. 

Berhubung pagi itu, langit masih mendung. So, gak terasa panasnya. Jalan kaki sambil menikmati suasana Malioboro yang masih sepi. Toko-toko masih banyak yang belum buka. Terlihat banyak yang masih lari pagi di Jalan Malioboro. Asyik nih olahraga pagi-pagi. 

Perjalanan dari Malioboro ke Gembira Loka Zoo gak terlalu lama. Kurang lebih sepuluh menit dengan kondisi lalu lintas ramai lancar, kami sudah sampai di halte yang berada di seberang pintu masuk kebun binatang. 

Berhubung di hari kerja, area parkir kebun binatang gak begitu ramai. Para pengunjung di pagi itu juga masih sepi. Hanya kami berempat dan beberapa pengunjung lainnya yang dominasi keluarga kecil seperti kami. 

Sebelum masuk ke kebun binatangnya, kami membeli tiket terlebih dahulu di loket. Harga tiketnya cukup terjangkau yaitu 60 ribu saja untuk semua usia kecuali anak-anak yang tingginya kurang dari 85 cm yang gratis. 

Tinggi badan kedua anak kami di atas 85 cm. So, kena tiket semua. Gak apa-apalah, yang penting kita explore kebun binatang ini seharian. 






Setelah membeli tiket. Kami berjalan menuju pintu masuk bagian timur. Disana setiap pengunjung akan dicek kesesuaian tiket oleh petugas yang sudah berjaga di depan pintu masuk. 

Sebelum memasuki area kebun binatang. Saya membaca buku aturan dan tata tertib selama di dalam. Beberapa diantaranya, setiap pengunjung gak boleh buang sampah sembarangan, dilarang memberikan makanan kepada hewan selain makanan yang petugas berikan. Dilarang mengganggu hewan. Ngajak mereka fotoan boleh asalkan mereka mau saja, hehehe. Semua aturan yang ada, harus dipatuhi oleh setiap pengunjung. 

Next .... 

Baru saja masuk, kami sudah disambut oleh hijaunya pepohonan yang menjulang tinggi. Udara yang cukup sejuk. Suara kicauan burung-burung. Ditambah lagi suara gemericik air pancuran di beberapa titik. 

Berjalan menuju beberapa zona yang ada di Gembira Loka Zoo. Seenggaknya dilihat dari peta digital, kita akan melalui lima zona. Apa saja itu ? Yuuk diikuti sampai cerita ini selesai.

Spot yang pertama kami kunjungi yaitu Petting Zoo. Zona dimana kita akan melihat beberapa jenis hewan jinak yang lucu-lucu dan menggemaskan. Diantaranya ada keledai, ayam mutiara, domba batur, kura-kura, babi mini, alpaka dan masih banyak lainnya. 

Setelah melihat-lihat area petting zoo, kami berempat melanjutkan perjalanan menuju zona selanjutnya. 








Cukup jauh berjalan kaki menyeberangi jembatan, kami sampai di Zona Reptil yang dihuni oleh segala macam jenis reptil seperti buaya, ular, biawak, kura-kura yang berusia lebih dari seratus tahun. 

Selanjutnya ada Zona Bird Park. Disini kita bisa melihat beragam jenis burung. Penataan sangkar burungnya juga cukup menarik. Setiap pengunjung bisa masuk ke dalam sangkar raksasa untuk berinteraksi dengan berbagai jenis burung yang hidup di dalamnya. 

Kita juga bisa berfoto bersama burung kakatua dan lain sebagainya yang warnanya menarik sekali dan anak-anak pun sangat senang ketika mereka melihat burung-burung. 

Ada juga area yang dimana tempat habitatnya burung flamingo asal Amerika Latin. Ada bangau, merak dan masih banyak lagi jenis burung lainnya. 

Selanjutnya, kami berjalan ke Zona Ikan. Disini kami memasuki sebuah bangunan yang dimana di dalamnya terdapat berbagai macam jenis ikan yang bisa dilihat dari akuarium raksasa. Suasana di dalamnya cukup gelap, hanya terpantul cahaya lampu dari salam akuarium saja. 

Baik jenis ikan air tawar maupun air laut ada disini. Selain itu ada juga berbagai jenis hewan alligator disini seperti ular, bunglon dan lain-lain. 

Di luar bangunan akuarium raksasa, kami juga sempat melihat pinguin dari balik kaca akuarium raksasa. Waw, jarang sekali melihat pinguin secara langsung. Kapan lagi, sayangnya gak sempat fotoin karena di area tersebut paling ramai oleh anak-anak TK yang sedang study tour bareng ibu guru mereka. 







Ohya, antar zona di kebun binatang ini jaraknya cukup jauh lho ya. Kalau jalan kaki bawa anak-anak kami rasa cukup melelahkan. 

Untungnya disini ada fasilitas kereta tarling (transportasi keliling) yang siap mengantarkan pengunjung ke setiap zona. Dimana di setiap zona ada haltenya masing-masing. Jadi kita gak perlu bingung mau kemana. Para petugas kereta siap memberikan informasi kepada pengunjung ke zona mana saja yang akan dituju. 

Hari semakin beranjak siang. Kami sudah melakukan setengah perjalanan. Gila ini kebun binatang luas banget. Menurut infonya, Gembira Loka Zoo memiliki luas 20 hektar. Dibangun sejak tahun 1933 dengan berbagai macam kendala dan rintangan. Dan pasca gempa Bantul di tahun 2006, kebun binatang ini mengalami perombakan besar-besaran. 

Sampai sekarang, Gembira Loka Zoo memiliki fasilitas yang lengkap dan menjadi salah satu kebun binatang terbaik di Indonesia. Bisa dibilang Gembira Loka Zoo merupakan kebun raya sekaligus kebun binatang sebagai ruang terbuka hijau tujuan wisata terbesar dan terluas yang ada di Kota Yogyakarta. 

Lanjut... !

Sinar matahari sudah terik, kami sudah berada di Zona Cakar dan dilanjutkan ke Zona Primata. Nah kedua zona ini yang menurut saya lebih keren. Khususnya Zona Cakar yang memiliki vibes padang rumput Benua Afrika. 

Zona ini tergolong masih baru. Kurang lebih seminggu yang lalu, sebelum kami tiba disini, zona ini baru selesai pengerjaannya dan diresmikan oleh Pemerintah DI Yogyakarta. 

Terdapat sebuah lorong yang dimana samping kirinya terdapat kaca tebal. Dari sini kami bisa melihat kehidupan para singa, harimau, macan dan predator lainnya. Serem-serem gimana gitu, kita berdiri berhadapan dengan singa dipisahkan oleh sebuah dinding kaca tebal. Gak kebayang kalau dinding kaca itu pecah. Jadi ayam goreng buat mereka. Btw, singa suka ayam goreng gak ya ?.



Melewati Zona Cakar, kami tiba di Zona Primata. Disini Kakak Kenzi sudah rewel dan mengeluh bosan katanya. Sedangkan Adeq Nala masih penasaran sama apa yang ada di Zona Primata. 

Padahal di zona ini saya pengen melihat tingkah laku Orang Utan, Simpangse, Monyet, Bekantan dan lain-lain. Tempat hidup mereka juga disini cukup keren. Terdapat sangkar raksasa dimana di dalamnya ada pepohonan yang rindang sebagai rumah mereka. 

Desain bangunannya juga kece. Kami berjalan melewati jembatan kayu pemisah antar hewan primata. Sejauh ini saya dibuat takjub sama kebun binatang ini. Sudah banyak perubahan yang cukup baik. Ternyata semua binatang disini dijaga dan dipelihara layaknya tempat tinggal asli mereka di jauh sana. Cukup terharu melihatnya. 

Berhubung anak-anak sudah kelelahan. Saya dan istri mengajak mereka menonton pertunjukkan binatang yang dimulai pukul 11.00 WIB. Disini sudah penuh dengan anak-anak kecil dan pengunjung dewasa lainnya. 

Ada beberapa pertunjukkan yang diperlihatkan. Seperti pertunjukkan si mungil landak. Ada juga kelihaian orang utan memenjat pohon dan tali. Terakhir ada pertunjukkan gajah yang lucu-lucu.

Setelah menonton pertunjukkan, kami menuju tepi danau buatan Mayang Tirta untuk menaiki perahu Katamaran. Dengan perahu ini kita diajak berkeliling sekitar danau. Cukup lebar dan besar ukuran danau ini. Satu perahu Katamaran bisa menampung kurang lebih tiga puluh orang. 

Untungnya danau disini gak ada ombaknya. Jadi jalannya mulus-mulus saja. Selain itu di danau ini ada fasilitas speed boat, bebek kayuh dan bumper boat yang harganya terpisah dari tiket masuk. 





Setelah berkeliling danau menggunakan perahu Katamaran, kami beristirahat sejenak di salah satu resto yang lokasinya gak jauh dari danau. Nama restonya Resto Gajah. Disini kami membeli beberapa cemilan dan minuman dingin.

Duduk santai sambil menunggu giliran naik ke kereta tarling. Haltenya cukup ramai oleh antrian pengunjung yang akan menuju pintu keluar kebun binatang. So, kami bersantai disini saja sambil menikmati minuman dingin. 

Di zona terdekat dengan pintu keluar, kami melihat dari kejauhan ada unta, kuda nil, kanguru, gajah dan buaya. Sayangnya kami melihat dari kejauhan saja. Berhubung kaki sudah pegel-pegel jalan kaki seharian. Itupun dibantu dengan naik kereta tarling. Masih terasa pegel nih kaki. Faktor umur juga sih sepertinya. Hehehe. 

Over all, seharian kami berkeliling Gembira Loka Zoo, rasanya amazing. Destinasi wisata pertama yang kami kunjungi setelah tiba di Kota Yogyakarta sehari sebelumnya. 

Menurut saya sangat rekommended bagi kalian yang datang berlibur bersama keluarga ke Jogya. Untuk harga tiket masuk sebesar 60-75 ribu dengan berbagai macam fasilitas yang ada, saya rasa cukup terjangkau. 

Harga segitu masih tergolong murah diantara tiket masuk di kebun binatang lainnya. Di Bali saja gak dapet harga segitu. Padahal di Gembira Loka Zoo, luas dan vibesnya dapat banget. 

Kebun binatangnya bersih, gak ada orang merokok di dalamnya, ramah anak, tingkat safetynya sangat baik, pelayanannya yang bintang lima, para petugas yang ramah-ramah dan hewan-hewan sangat bahagia dan sehat. 

Di hari pertama di Yogya, kami sangat puas. Anak-anak pun sangat senang diajak kesini. Next time, kalau datang ke Yogya. Bisa menjadi pilihan wisata ramah anak lagi

Buka setiap hari dari pukul 09.00-15.00 WIB. Untuk harga tiket di hari biasa seharga 60 ribu sedangkan di hari Weekends seharga 75 ribu. Itu sudah dapat fasilitas kereta tarling dan perahu Katamaran gratis. 

Untuk lebih jelasnya, kalian bisa lihat di akun instagram (Gembira Loka Zoo) dan peta digital yang sudah saya taruh di atas. 

Gak banyak yang bisa saya review karena saking banyaknya hal yang gak bisa saya tulis semuanya. 

Ohya, Gudeg di salah satu warung makan di pintu keluar Gembira Loka Zoo, enak lhoo. Perlu kalian coba kalau datang kesini, hehehehe. 

Penulis : Lazwardy Perdana Putra