Jika di Kota Jakarta ada yang namanya Kota Tua, di Kota Bandung ada daerah yang cukup terkenal yaitu Braga dan di Yogya ada tempat yang bernama 0 Km. Ketiga tempat tersebut merupakan saksi biksu sejarah pada zaman penjajahan Belanda pada saat itu. Dimana bangunan yang bergaya klasik masih dapat kita jumpai. Begitu juga dengan Kota Ampenan yang dimana kota ini dikenal dengan sebutan Kota Tua Ampenan atau nama lainnya yaitu Eks Pelabuhan Ampenan. Selamat datang di cerita saya kali ini tentang Keindahan Klasik di Kota Tua Ampenan.
Jalanan cukup lengang di pagi hari
Kota Tua Ampenan merupakan kecamatan yang termasuk dari daerah Kota Mataram. Mengapa disebut kota, karena dulu pada zaman penjajah Belanda, kota ini merupakan pusat pemerintahan sekaligus pusat perdagangan yang ada di Pulau Lombok. Itulah mengapa di kota ini terdapat bekas pelabuhan dan beberapa bangunan bergaya klasik yang masih berdiri. Walaupun sekarang pusat pemerintahan sudah dipindah ke Kota Mataram, sebutan Kota Tua Ampenan masih melekat diantara masyarakat Pulau Lombok.
sekitaran simpang lima Kota Tua Ampenan
simpang lima di pusat Kota Tua Ampenan
Kota Tua Ampenan kelihatan sangat indah dan bersih saat matahari muncul dari sebelah timur. Tampak dari simpang lima yang menjadi pusat kota tua ini, begitu sepi dari kendaraan bermotor dan udara masih bersih. Disinilah kita bisa menikmati keindahan Kota Tua Ampenan dan bagi yang gemar di dunia fotografi, disinilah tempat yang cocok buat mengambil gambar.
Bangunan peninggalan masa lalu yang masih cantik dan klasik
Keramaian di Jalan Niaga
persimpangan jalan yang menuju ke Jalan Niaga
Sebagian besar warga di Kota Tua Ampenan merupakan warga asli Pulau Lombok atau disebut Suku Sasak. Tetapi keunikan di kota ini yaitu selain dari Suku Sasak, disini juga terdapat berbagai suku antara lain Suku Bugis ( Kampung Bugis ), Suku Melayu ( Kampung Melayu ), Tiongkok, Arab, Suku Bali pun tinggal berbarengan dengan tenang.
Cidomo yang sedang menaiki ibu-ibu yang habis berbelanja
Pasar Ampenan atau Pusat Perbelanjaan Barata
Disaat saya berjalan melewati pasar ( Pasar Ampenan ) atau sebutan lainnya Pusat Perbelanjaan Barata, pagi itu sudah ramai dengan warga yang melakukan transaksi jual beli barang dagangannya dan bekerja menjadi tukang parkir dan kusir cidomo. Cidomo merupakan alat transportasi tradisional khas dari Pulau Lombok yang dikendalikan oleh seorang kusir dan ditarik oleh seekor kuda. Daya tampung cidomo ini sekitar 4-6 orang dan gak hanya manusia yang diangkut tetapi sayur-sayuran dan hasil dagangan lainnya bisa diangkut menggunakan cidomo.
bemo yang menjadi alat transportasi di dalam kota
Jembatan Kali Jangkok yang masih kokoh berdiri
saya sedang menikmati suasana pagi hari di pinggiran Kali Jangkok
Ke arah sedikit ke sebelah timur kota, disini terdapat sungai atau biasa disebut Kali Jangkok. Kali Jangkok merupakan sungai terbesar dan terpanjang yang ada di Pulau Lombok, hilirnya di Gunung Rinjani dan hulunya berada di Kota Tua Ampenan. Sungai yang lumayan bersih dan sudah tertata rapi dulunya tempat warga Ampenan melakukan segala macam kegiatan seperti mandi dan mencuci pakaian, tapi sekarang karena perubahan zaman sungai ini sudah berbeda kondisinya dibandingkan dari masa lalu. Di sungai ini juga dibangun sebuah jembatan yang bernama Jembatan Jangkok yang menghubungkan Kota Tua Ampenan dengan Kota Mataram.
Eks Pelabuhan Ampenan yang berubah nama menjadi Pantai Ampenan
Sisa-sisa tiang dermaga yang masih kokoh
Saksi bisu dari menara mercursuar
sebuah kapal tangker BBM yang baru saja berlabuh
Antara pedagang akuarium ikan dengan pembeli yang sedang melakukan transaksi jual beli
Sebuah vihara berada sekitar Eks Pelabuhan Ampenan yang dibangun pada zaman kolonial Belanda
Sedikit berbicara soal sejarah di masa lalu bahwa di Kota Tua Ampenan dulunya dibangun sebuah pelabuhan terbesar di Pulau Lombok bahkan di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan sampai saat ini masih terasa begitu besarnya kejayaan pelabuhan ini di masa lalu yang bisa dilihat dari peninggalan bangunan-bangunan yang berjejer di sekitar eks pelabuhan ini. Pelabuhan ini dibangun pada tahun 1924 oleh kolonial Belanda dan mulai digunakan sekitar tahun 1928-1970-an.
Sayangnya ketika pelabuhan dagang di Pulau Lombok dipindah dari Pelabuhan Ampenan ke Pelabuhan Lembar, disaat itulah perlahan-lahan pelabuhan ini menjadi vakum dan sepi dari perdagangan melalu jalur laut sampai saat ini. Oleh sebab itu pemerintah kota sedang gencar-gencarnya mengupayakan Kota Tua Ampenan menjadi wisata klasik di Pulau Lombok karena bangunan peninggalan dari zaman penjajahan Belanda yang begitu megah dan klasik ini, harus kita jaga dan rawat.
Penulis dan Fotografer : Lazwardy Perdana Putra
0 comments:
Post a Comment